E M P A T P U L U H

1.6K 122 19
                                    

JANGAN LUPA VOTE, DAN SHARE CERITANYA!

🔥HAPPY READING🔥

***

Lauren meletakkan tas sekolah, melepaskan kaus kaki, lalu terduduk di kursi ruang tamu.

Dia memijit pelipis lelah.

Mulai dari rambut yang tak tertata rapi – yang sialnya justru membuat dirinya terkesan bad boy – kemudian alis tebalnya, lalu sepasang mata yang begitu mempesona, bentuk hidung yang sangat sempurna, rahang tegas dan kokoh, dan bibirnya yang berwarna merah.

Sial! Kenapa gue mikirin dia?!– batin Lauren saat mengingat wajah Rega.

Cepat-cepat Lauren menghilangkan pikiran itu dari otaknya.

“Woi!” ujar Chandra. Saat ini dirinya sedang menatap Lauren secara lekat membuat gadis ini gugup.

“Lo habis ngapain di kamar Rega berduaan?”

“E—engga!”

“Gue kira lo diamuk.”

Chandra paham betul seperti apa seorang Rega. Saat kejadian tadi pagi, Chandra benar-benar dibuat gila oleh keduanya.

Chandra menyandarkan tubuhnya di sofa.

“Lo gak masuk kamar?” tanya Lauren pelan.

Pria ini hanya menggeleng kecil.

“Gue ke kamar dulu,” ujar Lauren saat melihat Chandra memejamkan matanya.

Chandra hanya mengangguk kecil tanpa melihat lawan bicaranya.

Lauren melangkahkan kaki menaiki anak tangga satu persatu. Memasuki kamar lalu memutuskan untuk segera mandi. Seharian beraktivitas membuatnya benar-benar gerah. Dan ia butuh merendam dalam air dingin dengan aroma wangian strawberry secepatnya.

•••

Hari sudah pagi, Arloji telah menunjukkan pukul 08:00 WIB.

Semua murid kelas XI. BAHASA 2 menoleh saat pintu kelas terbuka. Mereka semua langsung menggelengkan kepalanya untuk mengapresiasikan sikap Rega yang tidak pantas untuk ditiru.

Datang pukul 08:45 dengan kondisi yang jauh dari kata normal. Wajah yang di banjiri oleh peluh, rambut berantakan, dan seragam yang tidak dikancing sehingga menampilkan kaos hitam polos didalamnya.

“Rega, kamu tau ini jam berapa?” tanya Pak Alfirdan selaku guru yang mengajar di kelas.

Rega melirik Arloji yang ada ditangannya. “Jam sembilan Pak,” jawabnya.

“Masih berani kamu menjawabnya?”

Rega diam dia sedang tidak ingin berdebat. Berkeliling lapangan sudah cukup membuatnya lelah, ia tidak ingin dihukum lagi.

“Datang dengan keadaan kacau seperti ini, mau jadi apa kamu?!” sentak Pak Alfirdan.

Baginya Rega adalah murid yang paling bebal yang selalu membuatnya geleng-geleng kepala.

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang