E N A M B E L A S

3.1K 308 16
                                    

HAPPY READING

•••

P

agi ini dikediaman Aldenvino sedang melakukan ritual sarapan bersama.

“Ayah lagi bicara sama kamu, Rega!” Ayah, Ibu dan Anak itu baru saja menyelesaikan sarapannya.

Pagi ini Rega di kejutkan dengan kedatangan orang tuanya yang baru saja pulang dari mengurus perusahaannya. Bukannya senang pria ini malah kesal, moodnya berubah drastis.

“Apalagi sih, Yah? Aku sudah selesai makan.” Rega memutarkan bola matanya malas. Pria itu ingin cepat-cepat pergi dari sini.

“Bisa hargain Ayah kamu yang lagi bicara sama kamu, Rega!?” tanya Aina pada anak semata wayangnya.

Mau tak mau Rega duduk kembali. “Kenapa?” tanya datar sambil memainkan gelas yang ada di atas meja makan.

“Gimana sekolah kamu?” tanya Sang Ayah.

“Biasa aja,”

Naufal menghela nafas sabar, anaknya ini memang duplikat dari dirinya. Menduplikati wajahnya dan juga sikap wataknya saat muda.

“Mau sampai kamu terus-terusan seperti ini? Om Gery, selalu memberikan laporan kepada Ayah, kalau kamu membuat keributan di sekolah dengan anak sekolah lain, Ayah gak suka!” kata Naufal, memarahi Rega.

“Dan, kamu juga di suruh menjadi perwakilan di acara pentas seni kelas 12 yang akan lulus tahun ini, kan? Gimana persiapan kamu?”

Kali ini Rega melirik Ayahnya, ia menegakkan duduknya, lalu tersenyum miring.

“Ayah gak suka itu urusan Ayah, Rega gak peduli. Dan, untuk acara pentas seni, aku sudah mempersiapkan semuanya.” balas Rega lalu pergi meninggalkan orang tuanya.

“REGA BERHENTI KAMU!” teriak Sang Ayah, namun hiraukan oleh Rega.

Anak itu tetap melangkahkan jalannya dan menulikan pendengarannya.

Aina yang menyaksikan itu hanya menatap kasihan pada keduanya.
Suami dan Anaknya itu memang memang memiliki karakter yang sama, salah satunya adalah keras kepala.

Aina selalu melihat perdebatan seperti tadi. Perdebatan tentang seorang Ayah dan Anak yang selalu menentang.

Rega membanting pintu kamarnya, ia tak habis pikir dengan Ayahnya yang hanya bisa menuntutnya ini–itu tanpa memikirkan perasaan dirinya.

Rega tak suka di kekang. Dirinya hanya ingin kedua orang tuanya mengerti dengan perasaannya.

Rega bisa saja menuruti permintaan kedua orang tuanya, namun jika keduanya tidak mengerti apa yang di inginkan oleh anaknya, dan mereka juga terlalu sibuk dengan semua segala urusannya masing-masing.

Rega mendongkak dan menatap langit-langit kamarnya.

“Arghh! Gue capek!” ujarnya lirih.

Rega bangkit dan mengambil salah satu minuman di lemari es kecil yang ada di kamarnya. Dia memperhatikan botol bertulisan Jack Daniel itu dan tersenyum miring, meneguknya sedikit dan berjalan menuju balkon.

Rega tersenyum melihat bunga mawar hitam ya ia tanam dengan pot di balkon kamarnya. Bunga itu sangat cantik, namun membahayakan bagi siapapun yang menyentuhnya dengan sembarang.

Rega kembali meneguk minuman itu, lalu menghela nafas berat.

Seharusnya dia sekarang sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya di markas. Namun, jika sekarang dirinya keluar rumah itu pasti sangat mustahil, Ayahnya pasti akan melarangnya.

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang