L I M A

4.6K 499 6
                                    

HAPPY READING🕊️

•••

Terhitung sudah sebulan Lauren bersekolah di SMA Lavendra, ia sudah mulai banyak berbaur dengan teman-teman sekelasnya, 10 Bahasa 1 menerima kehadiran dirinya dengan sangat baik.

Lauren cukup akrab dengan Nara, Shela, Tasya dan juga Yovana begitu pula dengan yang lainnya. Pernah sewaktu-waktu teman-temannya menyerang dengan pertanyaan seputar Rega, mengira bahwa ia dengan Rega berpacaran, mendengar hal itu sontak Lauren tertawa.

Namun ada sedikit yang membuatnya kesal, karena ia harus pulang pergi baren Rega. Rega adalah manusia dingin yang sangat menyebalkan.

BRUK!

Rega tersentak saat Lauren terjatuh. Rega menatap gadis yang ada di hadapannya sebentar sebelum membantu gadis itu untuk berdiri.

“Sakit?” tanya Rega mengangkat satu alis kananya setelah membantu berdiri gadis itu.

Lauren menggeleng dengan pelan tanpa menatap wajah Rega. Lalu Rega berjongkok di hadapan dirinya. “Naik!” titah Rega sambil menepuk punggungnya.

Lauren menggeleng. “Cepet naik!” kata Rega membuat Lauren pasrah.

Lauren naik ke punggung Rega, lalu Rega berjalan sembari mengendong Lauren menuju kelas.

“Demi apa Rega gendong Aure?”

“OH MY GOOD! SO SWEET BANGET!”

“Mau juga di gendong!”

Lauren menoleh saat bisik-bisikan yang ada di koridor terdengar di telinganya. Lauren menghela nafas kesal.

“Gak usah di dengar!” ucap Rega pada Lauren.

Kelas 10 BAHASA 1 mendadak hening ketika melihat Rega menggendong Lauren. Rega masuk ke dalam kelas 10 BAHASA 1 menuju meja Lauren dan menurunkan Lauren di kursi.

Rega menatap Lauren sejenak sebelum ia memutuskan untuk pergi ke kelasnya. “Makasih,” kata Lauren pada Rega. Kemudian Rega pergi meninggalkan kelas Lauren.

•••

Kelas 10 BAHASA 2 sudah seperti pasar malam. Suara dangdutan dari speaker yang di bawa oleh Abi dapat merubah suasana tersebut. Rega yang baru masuk langsung menatap kelas Abi yang sedang naik ke atas meja sambil menggoyangkan pinggulnya tidak lupa dengan alas meja yang ia jadikan slayer di kepalanya.

“Berisik banget lo, Bi!” suara Erik terdengar nyaring. Tapi Abi tak menghiraukan hal itu, ia tetap bergoyang.

“MATIIN!” pinta Geo sambil melempar penghapus papan tulis kepada Abi. Abi bahkan tak menghiraukan temannya itu.

Hingga suara speaker mati membuat Abi merubah raut wajahnya, dan turun dari meja dengan tenang tanpa berdosa.

“Puas lo es batu!?” sewot Abi saat Geo menatap ke arahnya.

Rega melirik kedua temannya itu yang selalu saja bertengar, padahal ini masih pagi.

Seluruh murid terdiam saat pintu kelas terbuka bersamaan masuk seorang guru, Alfirdan Sastrawan.

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang