S E P U L U H

4K 412 2
                                    

HAPPY READING

•••

Rega berjalan dengan santai, kedua lengannya ia masukan ke dalam saku celananya yang berwarna hitam dengan tatapan mata yang tajam. Saat dirinya sedang asik belajar bersama anggota intinya juga yang lain, speaker sekolah berbunyi meminta seluruh murid untuk diam di tempat dan menunda jam istirahat karena anak SMA lain berada di gerbang.

Rega membuang ludahnya ke sembarang tempat ketika berada di hadapan rivalnya. Tatapan masih datar dari sebelumnya, ia menatap tajam pria yang ada di hadapannya.

“Mau apa lo?” tanya Rega to the point.

“Kalau lo berani lawan kita.” celetuk salah satu dari mereka. Rega menautkan alisnya sambil menatap datar pria itu.

Anggota The Victor yang yang lainnya datang dengan terburu-buru saat menghetahui ada musuh di depan gerbang sekolah.

“The Victor yang selalu menang saat bertarung dan juga balapan?”

Rega menggeram. Tanpa basa-basi ia langsung memukul lawannya membuat pria itu tersungkur ke tanah.

“Bangsat!”

Pria itu memejamkan mata ketika sebuah pukulan mendarat di kepalanya. Ia menoleh, wajahnya berubah jadi garang seperti harimau yang sedang lapar.

“KURANG AJAR LO YA!”

BUGH!

Terjadilah aksi pukul-pukulan membuat suasan SMA Lavendra sangat berbeda dari biasanya. Seragam putih yang terkena tetesan darah segar dan wajah lebam mereka.

Rega menarik musuhnya itu dengan sangat kuat. Jika sudah seperti itu, ini tandanya Rega sudah sangat marah. Bahkan musuhnya bisa saja mati sekarang juga.

“Lo mati!”

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

“Ga, udah Ga.” Abi menarik Rega dari rivalnya itu. Jika tidak maka lawannya akan mati hari ini. Namun Rega menepis tangan Abi.

BUGH!

“Udah Ga! anak orang bisa mati.” sentak Geo menarik Rega sekuat tenaga. Hanya Geo yang berani menarik Rega seperti itu. Ali menghampiri musuhnya memperingati untuk tidak menemui ajal dadakan.

Rega menepis tangan Geo dan berlalu begitu saja membuat anggota The Victor terdiam. Sang ketua sudah sangat marah berarti mereka harus waspada. Salah sedikit maka nyawa mereka yang akan menjadi taruhannya.

•••

“Udah berantemnya?”

Rega menoleh saat suara seorang gadis terdengar. Ia menautkan alisnya dan menatap gadis yang ada di hadapannya dengan membawa sebuah kotak makan.

“Kenapa?” bukannya menjawab Rega malah balik bertanya membuat gadis itu menggelengkan kepalanya dan segera menarik Rega menuju UKS. Rega hanya diam tidak berontak sedikit pun.

Sesampainya di UKS, Lauren mengambil kotak P3K untuk mengobati wajah Rega.

“Pelan-pelan.”

“Aw–,” Rega meringis kesakitan ketika kapas yang di pegang oleh gadis itu mengenai bagian luka akibat pukulan tadi.

Lauren hanya diam, tidak memperdulikan Rega yang sedang meringis kesakitan. Bahkan sampai selesai mengobati pun Lauren hanya diam enggan untuk bicara.

“Hobi lo berantem terus, ya?”

Rega menautkan alisnya. Ia memejamkan mata ketika Lauren menekan luka yang ada di wajahnya. Rega kembali diam, ia hanya menatap gadis yang kini ada hadapannya.

Setelah selesai mengobati Lauren menaruh kotak P3K di tempat semula dan menatap Rega dengan datar.

Lauren mengambil kotak makan yang tadi ia simpan di meja.

“Apa?”

“Roti coklat dari Kakak,”

Rega tersenyum, bahkan sangat tipis sampai Lauren tidak sadar akan senyuman itu. “Dari Gerald atau dari lo?”

Lauren melototkan matanya.

PLAK!

Ia memukul lengan Rega tapi Rega hanya diam seperti tidak merasakan sakit. Lauren mendengus kesal ketika melihat tingkah Rega.

“Jangan berantem terus,” ujar Lauren tiba-tiba.

Rega mengangkat satu alisnya.

“Kasihan muka lo,”

“Kenapa?”

“Kasihan muka lo bonyok, masa ganteng-ganteng bonyok,” kata Lauren tak sadar.

Rega terkekeh kecil membuat Lauren menatap Rega dengan bingung. “Jadi gue ganteng?” tanya Rega.

Lauren memutar bola matanya malas, kemudian menggeleng saat baru menyadari kalimat yang ia lontarkan.

Rega diam, tangannya masih setia berada di pipi gadis yang kini tengah menatapnya. “Thank’s, lo udah mau jadi partner balap gue nanti malam.” kata Rega kemudian ia tersenyum.

Lauren mengangguk dan tersenyum. “Iy–,”

BRAK!

Pintu UKS terbuka lebar membuat Lauren langsung menepis tangan Rega dari pipinya. Rega menatap kedua sahabatnya yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Ops–sorry,” Abi dan Erik menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mereka pergi begitu saja. Lauren melirik Rega yang masih diam, ia harus cepat-cepat keluar dari sini.

“Kalau gue cabut dulu, see you to night, bye!”

Lauren berlari meninggalkan Rega yang masih duduk tenang di atas brankar UKS. Rega tersenyum tipis, ia menundukan kepalanya saat melihat kotak makan yang berada di pangkuannya.

Roti coklat?

Bersambung....

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang