Sedangkan Orion masih saja tertawa dan melangkah pergi menuju kamarnya.

Beberapa menit kemudian Orion kembali dengan membawa sebuah kotak berwarna merah dan duduk di kursi tadi.

"Sayang ini aku kemarin dapet titipan dari Dekka, buat kamu."

Deg!

Abel yang baru saja membuka mulutnya ingin melahap kue langsung mengembalikan kue itu ke piringnya.

Jantungnya berdetak tidak karuan. Nama itu. Lagi dan lagi.

"Kamu gapapa?"

Abel menggelengkan kepalanya. "Kenapa ga dikasih sendiri?"

"Kata dia nanti kamu kaget. Kalo bukan dia yang ngasih kaget kamu bakal berkurang."

Dengan tangan gemetar, Abel menerima kotak berwarna merah. Ah Dekka. Mengapa kotak ini berwarna merah. Mengapa cowok itu masih saja mengingat warna kesukaannya.

"Ini boleh aku buka?"

Orion tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Abel terdiam sejenak. Menerka-nerka isi kotak di tangannya.

Semesta? Apakah ada rahasia yang kau simpan lagi dan aku harus mengetahuinya sekarang? Katakan.

Masih dengan tangan gemetar, Abel membuka kotak itu dengan sangat hati-hati. Melihat hal itu Orion langsung membelai rambut Abel pelan, "Kalo kamu belum siap ga harus di buka sekarang. It's okay. Right?"

Abel menggeleng. "Engga. Gapapa. Aku kuat kok. Bisa kok bisa."

Akhirnya dengan segala kemantapan hati Abel, kotak itu terbuka.

Di kotak tersebut terpampang sebuah kotak cincin berbentuk hati berwarna hitam dan ada sebuah amplop berwarna hitam juga.

Abel menengokkan kepalanya ke Orion seakan meminta persetujuan untuk membuka semua itu. Orion yang paham langsung menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Abel meraih cincin di tempat berbentuk hati warna hitam itu. Dengan hati-hati lagi dan lagi Abel membukanya. Dan seketika mata Abel terbelalak. Di sana tersemat cincin berlian yang sangat mewah dan nampak anggun. Sepertinya cincin itu adalah sebuah cincin pernikahan.

Abel mengerutkan keningnya dengan maksud pemberian Dekka. Namun kebingungannya tampaknya sudah diprediksi oleh Dekka. Dan jadilah Abel menemukan secsrik kertas putih di bawah kotak cincin itu.

To Bebel

Bingung ya? Penasaran banget? Yakin? Kasih tempe kaga ya? Yauda deh kasih tahu aja. Buka amplop itu. Janji ya? Aku gamau ada gerimis satu pun. Oke? Kalo ngelanggar ga aku beliin es krim. Fix. Yaudah gih cepet baca.

Salam dingin, Dekka

Abel terkekeh sehabis membaca secarik kertas itu. Bisa-bisanya Dekka masih saja bercanda. Padahal Abel sudah serius. Itulah Dekka. Selalu saja begitu dan tidak berubah.

Abel menuruti perintah secarik kertas itu. Ia beralih ke amplop hitam di samping tempat cincin tadi.

Di kertas tersebut tertera namanya. Abel membuka dengan hati-hati seakan itu adalah arsip kuno. Ia mendapati kertas putih dengan tulisan yang sangat rapi seperti sehabis diketik.

Abel membentangkan surat itu lebar-lebar. Sebelumnya ia menarik napas dalam dan mengeluarkannya. Bagaimanapun ia harus siap mental dengan isi surat itu. Mungkin saja ini adalaj sebuah jawaban dari semesta untuk kegamangannya selama ini dan tiga hari ini.

Dear Abel

Halo Abel. Iya, kamu baik-baik aja kan? Kamu hilangnya lama banget. Kamu hilang ke Mars yah? Masih suka es krim? Masih suka minum kopi? Hehe gausah dijawab. Aku tahu jawabannya. Janji dulu ya, gaada gerimis, gaada puter balik. Oke, ini serius.

-DEEP-जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें