[35] Can I go where you go?

Start from the beginning
                                    

"Zyakiel Dirandra, ketakutan kamu semuanya nggak akan pernah terjadi. Aku benar-benar suka sama kamu, cuma kamu, maunya kamu, cukup kamu. Jadi, aku nggak bakal pergi kemana pun. Aku bakal selalu di sini, di dekat kamu, kecuali kalau kamu usir."

"Saya nggak akan pernah usir Kak Nala!" sergah Zyakiel, menatap tegas Zahera.

"Kalau gitu gue bakal selalu nempel sama lo." Zahera tersenyum tulus. "Bahkan hanya dengan lo genggam tangan gue aja udah buat gue senang bukan main." Dia balik menggenggam tangan Zyakiel.

Zyakiel tersenyum. Mabuknya bercampur dengan rasa kantuk yang membuat kelopak matanya ingin sekali terpejam. "Karena Kak Nala udah buat saya suka sama Kakak.... Kakak... tolong Kak Nala harus tanggung jawab...." Zyakiel tidak pernah bisa menyelesaikan kalimatnya karena ia sudah tertidur dalam pelukan Zahera.


~to my first love~

Ketukan di pintu membuat Zahera yang sedang duduk di meja hias jadi menoleh ke sumber suara. Apakah itu Syakia? Namun, sepertinya itu bukan Syakia. Sebab beberapa menit lalu Syakia berpamitan ingin main basket bersama Nirail. Atau ada yang ketinggalan? Bisa jadi. Anehnya, kenapa tidak langsung masuk? Kenapa harus mengetuk pintu terlebih dulu? Yang lebih aneh lagi tidak ada suara setelah ketukan. Seolah pelaku pengetuk pintu itu ragu dan malu untuk memberitahu identitasnya.

Zahera yang kebetulan sudah selesai berdandan pun memutuskan berdiri. Sekalian keluar jadi dibukakan saja pintunya, pikirnya.

Menarik engsel dan membuat pintu terdorong ke belakang. Zahera melebarkan bola matanya mendapati Zyakiel berdiri di depannya dengan kedua telinga memerah. Setelah melihat Zahera, Zyakiel langsung memalingkan wajah sembari menggaruk tekuk lehernya.

"Kiel, kamu masih mabuk?" Zahera yang cemas menyentuh pipi Zyakiel.

"H-heh? Maksudnya?" Zyakiel langsung panik, wajahnya semakin merona. Ia ingin menjauhkan tangan Zahera dari pipinya, tetapi merasa kehilangan tenaga.

"Muka kamu merah banget. Kamu masih mabuk?" Zahera menatap khawatir Zyakiel.

Zyakiel merapatkan bibirnya, berusaha mengendalikan dirinya dari rasa malu. Kemudian ia meraih tangan Zahera, menurunkan tangan Zahera sekaligus untuk ia genggam. "Saya nggak mabuk."

"Terus kenapa muka kamu merah?"

"Muka saya nggak cuma pas mabuk aja merahnya. Ada beberapa kondisi lain yang jadi penyebab muka saya merah," jelas Zyakiel.

Zahera berpikir sejenak, lalu ia tersenyum setelah mendapati sebuah jawaban. "Kamu lagi malu, ya? Makanya muka kamu merah banget."

Zyakiel semakin merapatkan bibirnya, tidak bisa membantah. "Kak Nala..... selalu aja godain saya..." ia memalingkan wajah, menghindari tatapan Zahera.

Zahera tertawa menikmati wajah imut Zyakiel. "Oke, kamu boleh lepasin tangan aku. Aku nggak akan ledekin kamu lagi. Terus kita bisa pergi bareng ke bawah."

"Nggak mau."

"Hah? Nggak mau apanya?" tawa Zahera menghilang, berganti oleh keterkejutan.

"Saya nggak mau lepasin tangan Kak Nala.... itu... hmm.... ada yang mau saya omongin jadi bisa kita di sini dulu?" tanya Zyakiel gugup.

"Oke, aku bakal dengerin apa yang mau kamu omongin."

Zyakiel memalingkan wajah, menggaruk tekuk lehernya lagi. "Soal semalem.... saya mabuk..."

"Ah, semalem kamu benar-benar mabuk. Ternyata kamu nggak bisa minum alkohol, ya? Imut banget." Zahera menyentuh pipinya sendiri dengan satu tangan yang lain sembari tersenyum gemas kepada Zyakiel.

"Bukan itu yang mau saya omongin... itu... saya.... pas mabuk.... apa saya melakukan tindakan tidak senonoh kepada Kak Nala?" Zyakiel menundukkan kepala, malu sekali bertanya seperti ini kepada Zahera.

"Yang lo maksud tindakan tidak senonoh itu kayak gimana?" Zahera menahan senyum, ia sedang menggoda Zyakiel.

"Kayak di film-film.... itu.... hmm.... gitu... hal yang gitu..." Zyakiel yang kesulitan menjelaskan hanya terus tertunduk.

"Maksudnya lo memperkosa gue sampai hamil?" tanya Zahera begitu santai.

"K-kak Nala kenapa bisa-bisanya ngomong sesantai gitu?" Zyakiel terkejut hingga menatap Zahera langsung.

Zahera tertawa melihat reaksi Zyakiel. "Semalem aman kok. Kamu ketiduran. Walaupun setan di kuping aku nyuruh aku buat melakukan 21++, tapi aku bisa menahan diri. Jadi kamu nggak usah khawatir."

Zyakiel menepuk keningnya frustasi. Ketika ia sedang ketakutan melakukan sesuatu yang tidak senonoh, Zahera justru terlihat santai. Bahkan sangat ceria dan berbicara dengan frontal.

"Kiel, kalau kita melakukannya, kamu tinggal tanggung jawab, kan?" Zahera mengacungkan jempol dengan senyuman penuh percaya diri.

Zyakiel benar-benar kehabisan kata untuk menghadapi Zahera yang terlalu frontal. Namun, melihat tingkah Zahera yang seperti itu membuatnya ingin tertawa. Perlahan ia dekati Zahera. Tepat di telinga gadis itu, ia berbisik, "iya, saya pasti bertanggung jawab." Kemudian ia menjauhkan dirinya, menatap Zahera dengan pandangan berani, juga senyuman lebar.

Berbeda dengan Zahera yang langsung membeku. Di dalam hati ia berteriak,

DIMANA KIEL NYA YANG IMUT?

Sebab, sekarang yang ia lihat adalah sosok laki-laki yang berhasil membuatnya menciut, berdebar, dan ingin bersembunyi.


🎈TO MY FIRST LOVE🎈

Gimana chapter ini?

Pendapat kalian tentang kiel?

Pendapat kalian tentang nala?

Pendapat kalian tentang aris?

Pendapat kalian tentang nira?

Pendapat kalian tentang tama?

Pendapat kalian tentang rena?

Pendapat kalian tentang malpi?

Pendapat kalian tentang cale?

Jangan lupa vote dan spam komen

Jangan lupa follow :

@palupiii07

@kieliel_d

@callmezaheraa

Makasih🍭🍭

First Girlfriend To BrondongWhere stories live. Discover now