[20] Not where the story line ends

Start from the beginning
                                    

"Orang gila!" cibir Nirail.

"Serem banget!" julid Renata.

Ricale tertawa melihat tingkah Zahera. Sedangkan Sagatara hanya menggelengkan kepala pasrah.

"Geli banget anjir liat lo begitu! Bisa berhenti godain adek gue nggak?" sungut Malviro.

"Lo harus ingat umur. Kiel masih di bawah umur. Lo mau buat anak kecil trauma sama sikap gila lo itu, hah?" cemooh Orion.

Zahera berhenti memukuli meja, satu tangannya terangkat ke atas dengan siku di atas meja. Kepalanya ia putar menghadap Malviro dan arion. Di antara jari-jarinya yang terkepal, hanya satu jari yang berdiri kokoh. Jari tengah. Sebagai isyarat supaya kedua cowok menyebalkan itu berhenti bicara dan tidak mengganggunya.

"Oh, ya minggu depan libur lima hari. Gimana kalau kita liburan bareng?" usul Ricale tiba-tiba, menatap bergilir orang-orang yang duduk mengelilingi meja bundar.

Zahera sudah duduk dengan tegak lagi, ia cukup tertarik oleh ide dari adik kelasnya tersebut. "Liburan kemana?"

Ricale melebarkan senyumnya mendapatkan pertanyaan demikian dari Zahera. "Ke pulau aja gimana? Keliatannya bakal seru."

"Wih, ide lo bagus juga, Cale! Gue setuju! Gue juga butuh liburan buat hilangin stres!" Renata berseru riang menyambut ide Ricale. Tanpa banyak aba-aba, kedua orang itu melakukan tos.

"Gimana menurut kalian? Dari pada gabut, mending healing." Ricale menunggu respons yang lainnya.

"Gue sih oke aja. Tama kalau Rena ikut pasti ikut." Malviro menunjuk Sagatara dengan ibu jari.

Sagatara melirik Renata yang juga sedang meliriknya. "Gue ikut."

"Gue sama Nira juga ikut," celetuk Orion, mengangkat tangan ke atas.

Nirail langsung menatap tajam Orion. "Gue belum bilang ikut!" sanggahnya.

"Nira, kita ini soulmate. Gue ikut, berarti lo juga ikut. Mana mungkin gue pergi tanpa lo, kan?"

Nirail yang dirundung kekesalan perlahan melunak mendengar kalimat penuh percaya diri dari Orion. Kerutan di keningnya pun sudah menghilang, ekspresinya berganti melongo. Benar-benar pemaksaan halus yang sulit ditolak oleh Nirail. Selalu saja ia lemah jika tentang cowok itu, terutama ketika sudah melihat senyumnya.

Nirail yang pasrah menghela napas. "Karena lo maksa gue, berarti lo bayarin gue."

"Loh, loh, loh, kok gitu sih?" protes Orion.

"Lo yang ngajak, lo yang bayarin, lah! Atau lo mau gue nggak ikut?" ancam Nirail.

"Jahat banget lo segala ancam-ancam gue," keluh Orion.

"Padahal lo yang lebih jahat dibandingkan gue." Nirail berakting sedih, memalingkan wajah dari Orion.

"Kapan gue jahat sama lo?" tanya Orion, tidak terima.

"Udah jahat, nggak sadar diri lagi," sindir Renata, menatap menuduh Orion.

"Semoga lo kena karma, Ris," timpal Zahera.

First Girlfriend To BrondongWhere stories live. Discover now