[19] This is me praying that

Mulai dari awal
                                    

Ricale mengenal Zyakiel dari SMP. Bukan karena mereka satu SMP. Namun, saat SMP Ricale satu sekolah dengan Malviro dan berteman dekat. Saat Ricale kelas dua SMP, Malviro sudah kelas satu SMA. Di SMA, Malviro berteman dengan Orion dan Sagatara. Kemudian, Malviro mengajaknya yang masih anak SMP untuk ikut nongkrong. Ketika nongkrong bersama Orion dan Sagatara untuk pertama kalinya lah Ricale bertemu Zyakiel. Orion yang mengajak Zyakiel. Semenjak itu ia mengenal Zyakiel.

Berteman dengan Zyakiel sejak SMP membuat Ricale mengetahui betul bagaimana sifat dan kebiasaan sahabatnya itu. Salah satu kebiasaan Zyakiel yang sangat kentara adalah selalu memakan permen kaki kapan pun ada kesempatan. Zyakiel juga suka makan biskuit rigel.

"Kiel, jepitan lo pakai." Ricale menunjuk poni depannya sendiri. Sekadar mengingatkan supaya Zyakiel menjepit anak poni rambutnya supaya tidak mengganggu.

Zyakiel yang sudah selesai melipat rapi seragam sekolah, memasukkannya ke totebag. Setelah itu ia menjempit anak poninya dengan jepitan yang sudah ia keluarkan dari totebag sebelumnya.

Ricale juga sudah berganti baju olahraga. Seragam sekolahnya tidak ia lipat serapi milik Zyakiel, lebih terlihat hanya digulung-gulung. Dia berdiri di depan Zyakiel, menyentuh anak poni Zyakiel yang sudah dijepit.

"Bukannya baru dipotong? Udah panjang aja poni lo," tuturnya.

"Iya, baru satu bulan lalu," sahut Zyakiel.

Ricale menurunkan tangannya, melangkah keluar kamar mandi. Tidak lupa sebelumnya ia pamit pada teman kelasnya yang lain, yang masih ada di dalam kamar mandi.

Ngomong-ngomong soal kebiasaan Zyakiel. Ricale menangkap jika teman sebangkunya itu memiliki kebiasaan menundukkan kepala ketika berjalan seperti sekarang. Zyakiel tidak pernah mengeluh atau membandingkan dirinya kepada orang lain. Tidak terlihat seperti orang yang memiliki ketidakpercayaan diri, tetapi dengan kebiasaannya yang menunduk itu Ricale tahu Zyakiel memiliki perasaan insecure dalam dirinya.

"Gue baca komik yang lo buat. Gue download aplikasinya," kata Ricale sekadar memberitahu.

Zyakiel menyelesaikan cepat membuka bungkus permen kaki, lalu memasukkan permen ke dalam mulut. "Kamu download?" tanyanya dengan bola mata berbinar.

"Iya, gue penasaran aja." Ricale merasa silau setiap kali bola mata Zyakiel berbinar seperti itu.

"Kamu bukannya nggak suka komik?"

"Emang nggak suka. Cuma gue pengen tau aja alur cerita komik yang lo buat. Dan ternyata seru. Itu juga bakal dicetak?"

"Saya belum tau soal dicetak atau nggaknya."

"Hmm...." Ricale memperhatikan Zyakiel yang seperti sedang memikirkan sesuatu.

Kehadiran yang tak terduga menghalangi jalan di depannya. Lantas Ricale meluruskan pandangan. Melihat sosok Zahera yang berdiri di depan mereka sembari tersenyum dan sorot mata fokus ke Zyakiel, Ricale menghentikan langkah untuk menyambut kehadiran seniornya.

Zyakiel pun menghentikan langkahnya ketika sorot matanya yang mengarah ke bawah melihat dua sepatu di depannya.

Aroma parfume yang familiar menyeruak ke sekitar. Bersamaan dengan sentuhan lembut di kedua pipinya. Sentuhan tangan mungil itu mengangkat kepala Zyakiel hingga menatap lurus ke depan. Menyadari bahwa pelakunya Zahera, pupil mata Zyakiel langsung membesar dan gagang permen yang menggantung membuat bibir terbuka kecil.

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang