66. USAHA ANGKASA

Start from the beginning
                                    

"Cari siapa?"

Suara itu mengagetkan Angkasa, apalagi lorong yang ia tempati cukup sepi. Shit!

Angkasa menoleh, seorang dokter perempuan menatapnya lekat, umurnya mungkin sebelas dua belas dengan Ayahnya.

Tanpa berminat untuk menjawabnya, Angkasa lalu membuang mukanya. Toh, apa urusannya Dokter itu kepo dengan dirinya. Ta-tapi tunggu, bukannya Dokter itu keluar dari ruangan administrasi besar? Berarti ia bisa mencari informasi dengannya kan?

Cowok bermata elang itu akhirnya berhenti, lalu memutar badannya. Ya, dokter itu masih berdiri di sana dengan posisi yang sama. Ia lalu tersenyum melihat Angkasa berbalik ke arahnya.

"Gue mau cari data pasien atas nama Aurelani Aurora," kata Angkasa menjelaskan maksudnya.

"Aurelani Aurora?" Dokter itu melafalkan ulang nama perempuan berbanda biru itu.

"Mari masuk ke ruangan saya," katanya lagi.

Dokter Falra MT. Angkasa membaca dengan baik nama yang tersemat di jas putihnya.

Keduanya lalu masuk di ruangan itu sama-sama, Dokter Farla dengan ramah mempersilahkan Angkasa duduk di depannya, lalu ia sendiri sibuk membuka dan membaca dokumen pasien yang baru saja di bawah oleh tim administrasi ke ruangannya.

"Pasien atas nama Aurelani Aurora sepertinya tidak ada," ungkap Dokter Falra. "Sejak minggu ini, rumah sakit kami tidak menerima pasien dengan nama itu."

Angkasa membuang nafasnya kasar, jika bukan di rumah sakit dan sedang sakit, perempuan kesayangannya sebenarnya dimana dan kenapa?

"Dia siapa? Teman? Sahabat?" tanya Dokter Farla kepo pada Angkasa.

"Kesayangan gue, Dok," jawab Angkasa.

Dokter Falra manggut-manggut lalu meneliti kembali dokumen yang ada di tangannya, "Tapi kalau atas nama Aurel ada."

Aurel? Bukannya itu panggilan Dwipa Matra kepada putri kesayangannya? Angkasa dengan sigap mendekat, ikut membaca riwayat pasien. Kamar 379

"Makasih, Dok, lo banyak membantu malam ini," kata Angkasa kemudian melangkah keluar, mencari kamar nomor 379.

"Tapi, dia-"

Ucapan Dokter Farla terpotong, karena Angkasa sudah tidak terlihat lagi di ruangannya. Mata lentik Dokter itu ikut berkaca-kaca. Ya, yang di depannya dan berbicara dengannya tadi adalah Angkasa Naufal Merapi.

377

378

379. Langkah Angkasa berhenti tepat di ruangan itu, tangannya tiba-tiba dingin, entah pengaruh apa, yang jelasnya Angkasa merasa jantungnya tidak stabil sekarang.

Belum sempat cowok itu melangkah maju dan membuka pintu ruangan itu, seorang suster lebih dahulu keluar dan menjumpainya.

"Ada keperluan apa, Mas?" tanya suster itu.

"Ini ruangan Aurel?" tanya Angkasa memastikan.

"Iya, betul."

"Pasien ada di dalam?" tanya Angkasa lagi.

Suster menggeleng, raut wajahnya berubah, "Maaf, tapi pasien sudah meninggal."

APA?!

Jantung Angkasa seperti di pompa lebih cepat lagi. Tubuhnya seperti melemah seketika, bak mati rasa bersamaan dengan jawaban itu. Tangannya bergetar hebat, lihat, pengaruh Aurora bagi ketua Satrova.

"Mas keluarganya?" tanya suster itu ketika melihat warna wajah Angkasa.

"Bukan, gue pacarnya," jawab Angkasa lemah.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now