65. TITIK HENTI YANG (TIDAK) LAGI SAMA

Start from the beginning
                                    

Angkasa memijat pelipisnya kasar. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa ucapan Alaska.

"Iya, aneh, tapi lo nggak usah buat gue mikir kalau Neng Rora kenapa-kenapa, bangsat," ucap Bobby.

Tatapan tajam tiba-tiba menyorot dari mata Angkasa ketika Bobby mengucapakan kata 'kenapa-kenapa'. Angkasa benci menghindari ini, tapi sejak tadi perasaannya memang sudah tidak tenang. Seperti ada banyak hal yang tertahan, dan itu menyakitkan.

RORA-NYA ANGKASA is calling you

Semua mata sepakat tertuju pada handphone Angkasa yang berada di atas meja, mereka membaca nama yang tertera di layar handphone itu.

Secepat kilat, Angkasa menyambar handphonenya. Lalu berjalan menjauhi kerumunan teman-temannya.

"Selamat malam, Angkasa,"

Suara perempuan kesayangannya berhasil membuat cowok itu tersenyum kecil. Lalu kembali datar di detik selanjutnya.

"Sa?"

Angkasa menghela nafasnya cukup panjang, jujur saja, cowok itu muak melihat tingkah Aurora yang tidak bisa ia tebak. See? Baru 1 minggu Aurora melakukan permainannya, dan Angkasa sudah terlihat berantakan karenanya.

"Maaf aku nggak datang," sahut perempuan berbanda biru itu di seberang sana.

Angkasa sebenarnya sangat ingin marah, tapi sekuat mungkin ia menekan dirinya supaya tidak lost control jika bicara dengan Aurora.

"Dimana, Ra? Gue rindu," tutur Angkasa.

Terdengar sedih, terdengar pilu, Angkasa merasa Aurora sangat jauh dengan dirinya sekarang, cowok itu merasa akan ada yang lekas pergi di antara keduanya.

"Di rumah sama Ayah," jawab perempuan berbanda biru itu, dan setelahnya keduanya sama-sama diam.

Waw? Aurora bahkan tidak membalas kata 'rindu' yang Angkasa utarakan, Aurora tidak membalasnya! Menyedihkan sekali kau, Angkasa.

"Sa?" panggil Aurora. Suara itu terdengar lemah, argh! Mungkin pendengaran Angkasa yang salah.

"Apa?" tanya Angkasa.

"Jangan lupa bahagia."

Angkasa memejamkan matanya mendengar suara perempuan kesayangannya. Bisakah Aurora bersikap seperti dulu lagi? Bisakah semua kembali seperti dulu lagi? Maksudnya, kenapa setiap kata dan kalimat yang perempuan itu katakan selalu berhasil membuat Angkasa berfikir keras?

"Aku tutup, sampai jumpa, Sa."

"JA-"

—ngan dulu.

Tut Tut

Sampai jumpa, Sa.

Sampai jumpa, Sa.

Sampai jumpa, Sa.

Bangsat. Kenapa ucapan itu terulang-ulang di kepala Angkasa hah?!

Angkasa berbalik, ia menatap teman-temannya yang sontak terdiam karena langkahnya semakin mendekat. Mata Vana menyorot 'tanya' kepadanya, Angkasa tidak menggubris siapapun, cowok itu hanya menyambar kunci motornya, kemudian pergi meninggalkan keramain yang ada di dalam rumahnya.

Setelah keluar dari pelataran rumah, Angkasa mengendarai motornya dengan begitu kesetanan, cowok itu membelah jalanan kota di pukul setengah 12 malam dengan kecepatan yang tinggi. Persetan, ia harus menemui Aurora sekarang.

Beberapa klakson dan umpatan pengemudi yang lain tidak ia hiraukan, Angkasa terus memacu motornya dengan kecepatan di atas rata-rata hingga akhirnya sampai di depan rumah Aurora.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now