60. BERKORBAN LAGI?

Comenzar desde el principio
                                    

"Gue ngikut aja, Va," balas Aurora.

Melihat jalanan yang semakin padat, Vana membanting stirnya ke lorong kanan, ia akan melewati jalan pintas ini untuk sampai ke tujuan have funnya dengan Aurora.

Sepanjang perjalanan dua perempuan itu menghabiskan waktunya untuk berbagi cerita, berbagi keluh kesah, walaupun setiap hari ia sering melakukan hal itu, tapi ini memang nyata, dengan sahabat basa-basi akan terasa begitu berisi bukan?

Aurora yang kebiasaannya melihat ke luar jendela, tidak sengaja menangkap pantulan motor yang ada di belakangnya. Motor merah? Sekala?

"Va, kok ada Sekala di belakang kita?" tanya Aurora.

Vana ikut menoleh pada spion mobilnya, "Itu Sekala?"

"Nggak tahu, gue cuman tahu kalau motornya warna merah," balas Aurora.

Vana memelankan laju mobilnya. Berharap orang itu akan menyalip kendaraannya dan mendahului mobil yang ia bawa.

"Dia kayaknya ngikutin kita," simpul Vana.

Jalanan yang mereka lewati memang sepi, hanya ada semak-semak yang mengelilinginya. Ini memang satu-satunya jalan yang paling di hindari oleh pengendara, Vana berani melewati jalur ini karena merasa hari belum terlalu malam, dan ia juga tidak sendiri, ada Aurora bersamanya.

Aurora menaikkan alisnya satu, "Ngapain Sekala ngikutin kita?"

**

Angkasa mendobrak pintu utama Gudang 20 dengan kasar. Hantaman cowok itu mampu menggulingkan beberapa benda yang menghalangi jalannya. Kemudian, mata tajamnya ia edarkan ke seluruh penjuru ruangan yang isinya adalah benda-benda pabrik yang tak terpakai.

Kosong.

Tidak ada siapapun disini, hingga membuat cowok itu mengerang, rahangnya mengeras seketika, Angkasa  benci jika ada orang yang berani bermain-main dengannya. Dan bisa di pastikan, orang itu akan mati di tangannya nanti, liat saja!

"ANJING!" sentak Angkasa emosi.

Langkah antisipasi tapi cepat membuat Angkasa akhirnya sampai pada ruangan paling gelap di gudang ini. Suasananya sangat hening, tetapi Angkasa bisa merasakan ada sesuatu yang bergesek di depannya.

"CIH! TAKUT LO SAMA GUE?" teriak Angkasa, suaranya mendominasi ruangan itu.

Derap langkah kaki seseorang mulai terdengar, Angkasa berjaga-jaga, di ruangan gelap seperti ini, pernyerangan bisa datang dari mana saja kan?

"Jangan main-main sama gue!" peringat Angkasa.

Aruna adalah salah satu orang yang paling berarti dalam hidupnya, Aruna adalah dirinya, Aruna adalah adik terbaik yang ia punya, adik kesayangannya, dan seseorang yang akan selalu ia lindungi sampai hidup Angkasa selesai. Persetan dengan apapun yang ada di depannya, Angkasa tidak takut, sekalipun nyawanya yang jadi taruhannya, cowok itu tidak akan mengambil langkah mundur jika ada orang yang mengusik apapun yang ia sayangi.

Seseorang yang berdiri di belakang Angkasa, menyeringai. Lo hancur hari ini!

"Do you miss me?"

Suara perempuan. Dan suara itu tidak asing di telinganya.

"DIMANA ADEK GUE?!" erang Angkasa, seolah tidak butuh dengan basa-basi murahan. 

Perempuan itu tertawa kecil, "Gue suka ngeliat ekspresi tegang lo." 

"Bagaimana menurut lo? apa permainan ini menyenangkan?" sahut perempuan itu lagi. 

DIA ANGKASADonde viven las historias. Descúbrelo ahora