57. BAGIAN TERKECIL DARI KATA LEPAS

Zacznij od początku
                                    

Lalu dengan cepat-cepat wanita paruh baya itu masuk ke dalam mobilnya saat menangkap mata Aurora yang memergoki aksinya.

Kenapa dia melihat Angkasa se-lekat itu? Batin Aurora.

"Mau mampir makan dulu, Ra?" tanya Angkasa.

"Boleh," balas Aurora. Ia memang lapar sekarang.

"Dimana?" tanya Angkasa.

Aurora berfikir, lalu memperlihatkan handphonenya yang menampilkan alamat tempat makan favoritnya. "Bisa kesini kan?"

"Anything for u, Ra."

Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, dan melaju bersama menuju tempat tujuannya selanjutnya.

**

Sesampai di Gramedia, perempuan berbanda biru itu seperti menemukan dunianya, sejak tadi ia mengeliling rak-rak buku dengan senyum yang terus-terusan terbit, seolah ini adalah candu baginya.

Angkasa membuang nafasnya kasar, ikut berjalan di belakang Aurora dengan wajah sabar. Bagaimanapun toko buku bukanlah tempat yang ia minati.

"Sa, nggak usah ikutin aku terus deh, cari buku sana," sahut Aurora tanpa menoleh, perempuan berbanda biru itu sibuk dengan buku-buku yang ada di depannya.

"Nggak, gue mau jagain lo," tegas Angkasa.

Aurora memutar bola matanya malas. See? Di toko buku aja harus di jaga? Perempuan berbanda biru itu menggeleng-geleng, ternyata benar, semua orang akan bucin pada waktunya.

"Cari komik kalau nggak suka baca buku," timpal Aurora.

Angkasa tidak menjawab. Ia memilih tetap mengekori Aurora yang masih sibuk dengan buku-bukunya.

Hingga sampai di rak "NOVEL", Aurora kembali berhenti untuk mencari novel buruannya bulan ini, perempuan itu mengeluarkan handphonenya, sembari menghubungi Vana untuk berkonsultasi.

Aurelani Aurora: Gue di toko buku Va.

Aurelani Aurora: Lo mau titip novel?

Tanpa menunggu hitungan menit, handphone Aurora kembali bergetar.

Vana imut: Garis waktu by bung fiersa

Aurelani Aurora: Wait

Mata Aurora mulai mencari secara jeli judul novel itu, diikuti dengan Angkasa yang ikut mencarinya.

"Ini bukan?" tanya Angkasa menyodorkan buku itu di depan Aurora.

Aurora menoleh, ternyata ada faedahnya mengajak Angkasa ikut bersamanya. "Makasih Angkasa,"

Angkasa hanya mengangguk, lalu kembali mengikuti Aurora. Sesekali cowok itu melirik ke arah jam tangannya dan mantap, sudah hampir 2 jam mereka ada disini.

"Ra? buku apa lagi?" tanya Angkasa.

"Masih banyak sih, aku juga mau beli buku biologi," kata perempuan berbanda biru itu santai.

"Lo nggak capek?" selidik Angkasa.

Dengan senyum manis yang Aurora punya, ia tersenyum pada cowok yang sejak tadi mengusik fokusnya, "Nggak, Angkasa."

"Pulang yuk, Ra?" ajak Angkasa.

"Nggak,"

Angkasa berfikir, "Nonton yuk?"

"Nggak,"

"Okay," Angkasa mengalah. Sejak bersama perempuan berbanda biru ini, Angkasa merasa ada yang hilang dalam sikapnya, ya, ketegasan.

DIA ANGKASA Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz