41. MENUJU ACARA PENSI

Mulai dari awal
                                    

"Kok lo nggak pernah cerita, Las?" tanya Rama.

"Ngapain gue cerita sama lo semua kalau gue tetanggaan sama Pak Yono? Mau numpang makan lo di rumahnya?" timpal Alaska.

"Haha, gini-gini gue kalau ke rumah orang lalu di ajakin makan, nunggu sampe 3 kali panggilan dulu, baru gue terima," kata Bobby cengengesan.

"Biar apa tuh, Bob?" tanya Rama.

"Biar di kira nggak laper-laper amat, padahal aslinya mah gue lapar banget," ujar Bobby yang membuat cowok-cowok itu tertawa.

"Laper tapi gengsi, lucu juga," kata Bara.

"Mending, daripada cinta tapi gengsi," sahut Alaska sembari melirik Angkasa yang tidak peka dengan ucapannya.

Ke-6 cowok itu sama-sama berjalan menuju Warung Zebra setelah di bolehkan bubar dari lapangan, jangan tanyakan kemana Sekala, cowok itu pastinya sedang sibuk dengan anak OSIS yang lain mengurus acara pensi nanti malam.

"Setelah acara pensi, ulangan kenaikan kelas akan di adakan kan?" tanya Bobby.

"Uhh! Nggak lama lagi kita naik kelas dan jadi senior, Man," lanjut Bara tanpa menanggapi pertanyaan Bobby.

"Bangga banget, Bar, kelas XII itu masanya nggak panjang, dan pastinya kita akan di sibukkan dengan tryout dan banyak ujian, gue nggak mau," jelas Rama.

Selain itu, setelah masa SMA berakhir, satu persatu akan sibuk mengejar impiannya kan?

"Bagaimanapun lo melawan waktu, semua pasti akan tetap berjalan," imbuh Razi pada Rama.

"Tenang aja, hadapi semua dengan senyuman, ea," kata Alaska.

"Jam pertama apaan?" tanya Angkasa, sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Bahasa Indonesia," jawab Bara.

"Gue ramal, nanti kita akan freeclass,"

"Gue ramal, ucapan lo bener, Bob," ujar Alaska sembari mengaminkan.

Pas saat mereka sama-sama lewat di koridor utama, Aurora dan Lestari juga melangkah masuk ke dalam gedung sekolah. Aurora memakai switter putih dengan bandana biru yang ada di kepalanya, lalu Angkasa memperhatikan gelang tangan perempuan itu, ada huruf A yang tersemat di gelangnya, Angkasa tersenyum kecil dan tidak ada siapapun yang menyadari perubahan warna wajah ketua Satrova itu selain dirinya.

Yah, gelang itu pemberiannya, hadiah ulang tahun dari Angkasa.

"Bos, kok nggak jadi berhenti? nyapa-nyapa Neng Rora dulu dong," sahut Bobby ketika Angkasa meneruskan langkahnya pergi.

"Cipika-cipiki dulu kek, Bos," ujar Bara sembarangan.

Mau tidak mau mereka semua ikut berjalan menyusul ketuanya. Aurora yang melihat mereka berlarian di koridor SMANDA, mengangkat alisnya satu, bingung.

"Mereka teman kamu yang di rumah sakit itu kan?" tanya Lestari yang juga memperhatikan mereka.

"Iya Tante, Satrova," balas Aurora.

**

Dugaan Bobby bahwa hari ini akan freeclass ternyata benar, selain freeclass, pihak sekolah juga mempersilahkan siswa untuk pulang lebih awal dari biasanya, hal ini untuk mengefisienkan waktu untuk persiapan PENSI malam ini.

"Lo serius udah sehat, Ra?" tanya Vana memastikan, pertanyaan itu adalah pertanyaan kesekian yang perempuan itu lontarkan pada sahabatnya, Aurora.

"Gue baru mau ngehubungin lo tadi, kalau lo nggak usah ke sekolah, soalnya kita freeclass juga," sambung Vana.

"Gue nggak papa, Va. Gue rindu juga kali sama sekolah, bosan di rumah terus," jawab perempuan berbanda biru itu.

DIA ANGKASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang