40. HARI-HARI YANG LEBIH BAIK

Start from the beginning
                                    

"Selamat pagi, Aurora," sapa Chandra.

"Pagi, Ndra," balas Aurora ikut tersenyum. Walaupun perempuan yang ada di depannya ini cukup pucat, tetapi bagi Chandra, Aurora selalu cantik dalam keadaan apapun.

"Ra? Gue bawa motor, lo nggak papa kan kalau naik motor?" tanya Chandra, tentunya ia takut jika Aurora kenapa-napa.

"Santai aja, Ndra, tumben lo nanya kayak gini," balas Aurora sembari melangkah ke arah motor cowok itu.

"Ya, lo kan baru sembuh, Ra,"

"Nggak papa, gue kan kuat," balas Aurora semangat. Hal yang Chandra suka dari perempuan berbanda biru itu, ia tidak ingin terlihat lemah saat kondisinya benar-benar lemah.

"Yaudah, Ayo naik," titah Chandra. Aurora lalu naik ke jok belakang motor sport merah itu.

"Let's go!" kata Aurora yang membuat Chandra tertawa bersamaan dengan tangannya yang menancap gas keluar dari pelataran rumah Aurora.

Setiap bersama Aurora, ada perasaan berbeda yang hadir dalam hati Chandra- ketua Geng Vagans itu, ada perasaan senang yang hanya bisa ia dapatkan dari Aurora saja. Jika awalnya ia ingin mendekati Aurora untuk balas dendam dengan Ayahnya, sepertinya Chandra perlu memikirkan hati berulang-ulang lagi.

Bukan obsesi, tapi Chandra memang sudah jatuh cinta sejak dulu dengan perempuan ini. Dan masalah Angkasa yang sudah memberinya peringatan, Chandra tidak peduli, sekalipun Angkasa akan membuatnya terkapar lagi.

"Ra? Lo ngutang cerita sama gue," kata Chandra.

"Hah? Cerita apa?"

"Lo belum ceritain gue tentang penyekapan lo waktu itu," sahutnya.

"Oh," Aurora manggut-manggut, "Gue nggak ingat banyak,"

"Yaudah nggak usah," ujar Chandra.

"Kenapa? ada beberapa yang gue ingat kok,"

"Lo pernah bilang sama gue dulu, kadang ada hal yang memang nggak perlu di bahas berulang-ulang, bukan karena nggak penting atau menyakitkan, tetapi memang masa untuk membahasnya udah lewat," jelas Chandra mengulang kalimat Aurora dengan sangat detail.

Aurora terkekeh, "Lo ngehapal kalimat gue, Ndra?"

"Lo sering bilang begitu, otomatis gue hapal," balas Chandra. "Tapi lo benar."

"Ndra?"

"Hm?"

"Makasih, udah mau jadi temen gue, dulu, dan sekarang," kata Aurora tulus, dari kaca spion motor, Chandra bisa melihat perempuan itu tersenyum tulus.

Bukan temen, tapi gue mau jadi orang spesial buat lo.

"Iya, makasih juga, Ra," ujar Chandra.

Mengenalnya, menjadi temannya, berbagi suka duka, jadi tempat pulang, lalu berubah menjadi seseorang yang spesial, dan menjadi bagian dalam hidupnya, itu yang akan Chandra perjuangkan sekarang. Tapi apakah ia akan menang melawan Angkasa?

Motor sport merah itu lalu berhenti di pinggir jalan, Chandra mencari tempat yang aman untuk memarkirkan motornya, setelahnya mendapatkan tempat, ia kembali maju, parkir di depan kedai kopi yang masih tutup.

"Kita sarapan di sana, teman-teman gue bilang kalau makanan di sana enak," kata Chandra. "Dan pastinya higienis."

Aurora ikut berjalan di samping Chandra, tetapi sebelum sampai di sana, mereka harus menyebrangi jalanan yang cukup ramai pengendara yang melewatinya.

"Gue nggak terlalu tahu nyebrang, Ndra," ungkap Aurora, cukup gelisah.

Waktu kecil Aurora pernah di sambar oleh pengendara motor karena ia kurang teliti dalam menyebrang, dan sampai saat ini ia masih trauma.

DIA ANGKASA Where stories live. Discover now