30. PERASAAN MASING-MASING

Mulai dari awal
                                    

Ya. Lusa Analisa ulang tahun, dan sangat tidak pantas jika Angkasa melupakan hari ulang tahunnya, karena tepat pada hari itu juga Angkasa menyatakan perasaannya. Tetapi kali ini benar-benar, Angkasa tidak ingat...

"Oh iya, gue nggak lupa," balas Angkasa, berusaha agar Analisa tidak memasang wajah cemberutnya, karena ia paling benci melihat perempuan menampilkan wajah seperti itu.

"Datang yah?" kata Analisa sembari menyodorkan undangan, undangan untuk Angkasa sepertinya cukup istimewa, karena ada pita biru yang menghiasinya.

Angkasa membalasnya dengan anggukan, tidak mengambil undangan itu, "Gue usahain akan datang."

"Terus kenapa kamu nggak ngambil undangannya?"

"Nggak ngambil undangan belum tentu nggak datang kan?" balas Angkasa, suaranya terdengar cukup sinis, tetapi lagi-lagi Analisa berusaha untuk memakluminya.

"Okay, aku mau ngasih undangan ke teman-teman kamu juga yah?" tanya Analisa, lebih tepatnya meminta izin kepada ketuanya.

"Buat apa?"

"Buat mereka datang di ulang tahunku, Angkasa," jawab Analisa. Lalu di balas anggukan kecil oleh Angkasa, tanda kalau laki-laki itu setuju.

"Hai semua," sapa Analisa kepada anak satrova yang berada di sampingnya. Perempuan itu menyinggung senyum manis, dan memang cantik.

"Gue mau ngundang kalian untuk datang ke ulang tahunku, alamatnya jelas di undangan yah," jelas Analisa lalu memberikan Alaska kertas undangan yang ada di tangannya.

"Oh lusa?" tanya Alaska.

"Harus bawa kado nggak? Gue lagi nggak punya duit nih," kata Bobby terang-terangan, cowok itu memang seperti tidak bisa menyaring kalimat yang akan ia keluarkan.

"Malu-maluin aja lo, Bob, ini namanya lo buka kartu wahai sobat misquuenku," kata Bara menggeleng-geleng.

"Nggak papa, asalkan kalian hadir aja, udah cukup buat gue senang," kata Analisa.

"Okay, lusa, gue makan gratis di rumah lo, siapin presmanan yang banyak," ujar Bobby mengacungkan jempol.

"Cie yang pacarnya mau ulang tahun, siapin kado apa lo, Sa," goda Rama cengengesan.

"Gue nggak nyiapin apa-apa," terang Angkasa. Dan ucapan itu cukup melukai hati Analisa, dia sudah pacaran cukup lama dengan Angkasa, tetapi harus seperti itu respond yang ia berikan?

"Dasar merapi lo, ucapannya suka buat orang panas di tempat," singgung Bara melihat ekspresi wajah Analisa yang tiba-tiba berubah.

"Alay lo, Bar," timpal Bobby.

"Jangan lupa untuk datang, yah," kata Analisa.

"Iya, kalau nggak ujan," balas Bobby seenaknya.

"Iya, kalau nggak males," sahut Rama.

"Iya, kalau ada duit," sahut Alaska.

Satrova memang ramah dengan orang-orang yang tahu cara menghargai mereka, tetapi untuk Analisa, semua juga tahu kalau perempuan itu adalah anak osis, teman baik Widya Mandala yang pernah melaporkan Satrova di kepala sekolah dan terancam DO.

Tetapi walaupun di beri perlakuan seperti itu, Analisa akan tetap melembutkan hatinya kepada mereka, bukankah untuk mendapat Angkasa seutuhnya dia harus mendapatkan hati teman-temannya dulu?

"Okay, see you," kata Analisa. perempuan itu lalu naik di jok motor Angkasa. Dan berlalu begitu saja meninggalkan parkiran sekolah.

Seluruh mata yang masih ada di parkiran memerhatikan dua orang itu, Angkasa dan Analisa, lalu mereka sibuk dengan asumsi masing-masing yang ada di kepalanya.

DIA ANGKASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang