NALLAN

By adanysalsha

20.5M 1.9M 1M

"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca yaπŸ™†... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
INFO GRUP CHAT
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88.
INFO PENTING!

32

209K 20.8K 3.6K
By adanysalsha

"Lagi-lagi aku tidak bisa mengalihkan pandangan. Hari ini, ia begitu cantik. Hingga aku lupa bahwa dirinya sudah milik orang lain."






____________



Cincin silver berhasil terpasang di jari Nalla, tepuk tangan tamu undangan begitu bahagia, walaupun acara ini begitu privasi, mereka mencoba membuatnya menjadi meriah. Di tambah rekan kerja Ardi yang selalu menggoda Alan dan Nalla yang sekarang kini sudah sah menjadi suami istri.

Ardi juga sudah merasa lega karena anaknya bisa mengucapkan ijab kabul dengan lancar tadi. Ia tahu, Alan sangat pintar dalam hal apapun.

"Kamu sudah mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi Nalla, Papa yakin kamu anak yang cerdas, Alan." Ucap Ardi sambil menepuk beberapa kali pundak Alan.

Wanita paruh baya yang memakai gaun berwarna coklat itu mendekat ke arah kedua pengantin baru. Lalu, ia menyentuh bahu Nalla. "Mama selalu berdoa, kamu menjadi istri yang penurut, baik, dan cerdas, ya sayang." Ucap Lia kepada putri semata wayangnya,  Airmata Lia tumpah ketika tangan Nalla menggenggam erat tangannya. Sangat dingin dan gemetar. Lia tahu, Nalla sangat takut.

Lia langsung memeluk Nalla dengat erat, lalu melepaskannya perlahan. "Kamu pasti bisa, sayang." Ujar lagi Lia memberi semangat sambil menyeka airmata Nalla yang menetes.

Semua orang kembali tepuk tangan.

"Ayo silahkan makan hidangannya." Ucap Ardi kepada para tamu undangan.

Mereka pun mulai memilih meja dan mengambil makanan mereka.

Sementara Alan pergi meninggalkan Nalla menuju segerombolan orang yang seusia Papanya. Terlihat ada dua orang yang juga seusia Alan, Sepertinya itu adalah anak dari rekan kerja yang ada di perusahaan Papa Alan.

Nalla berdecak, mengapa ia seperti orang di asingkan sendirian di depan ini. Matanya mencari Alisa, namun ia melihat Alisa yang sedanf berbincang dengan tamu undangan. Tampaknya mereka sangat akrab, mungkin saja Alisa mengenalnya.

Tapi, Nalla tidak melihat Anhar. Dimana dia?

Nalla berdiri, memegang gaun belakangnya yang terlihat panjang. Sungguh, ini adalah gaun terburuk yang pernah ia pakai. Gaun ini memiliki ekor yang panjang, namun terlihat sangat seksi di bagian atas. Ia menyesal sudah mengiyakan tawaran mertuanya kemarin.

Mertua? Mengingat itu, Nalla merasa aneh di buatnya.

Mata cewek itu sibuk mencari sesosok cowok yang tidak terlihat sejak tadi. "Aduh, dia kemana ya? Atau di atas?" Nalla berjalan perlahan ke arah tangga.

Hingga kakinya membawa ke arah dekat balkon yang ia kunjungi tadi. Sebelum ke balkon, Nalla sempat melirik ke lain arah, takut-takut ada orang yang mengikutinya.

Untung saja tidak ada orang. Nalla mulai membuka pintu balkon itu dengan hati-hati.

Namun, setelah sampai di balkon itu, ia tidak melihat siapapun yang berada disini. "Anhar, lo dimana sih?"

"Gue disini."

Nalla menahan kagetnya ketika melihat Anhar yang berada di jendela samping balkon duduk sambil melipat kakinya, seolah itu hal yang biasa saja, namun menurut Nalla itu sangat bahaya, apalagi duduk di jendela yang tidak ada tempat berpegangan, dan itu sangat tinggi.

"Lo bisa jatuh disitu, Anhar!"

Anhar hanya menyunggingkan senyumnya, seolah ke khawatiran Nalla adalah lelucon. "Gak akan, udah biasa." Jawab Anhar santai.

Nalla menyipitkan matanya ketika ia melihat jelas di sudut bibir Anhar terdapat luka yang membiru.

"Har, lo luka?" Tanya Nalla bingung.

Anhar memilih turun dari jendela itu dan berdiri tepat di hadapan Nalla. Akhirnya Nalla dapat melihat jelas luka yang cukup banyak di pipi kiri Anhar, membuat tangannya berjalan ingin meraba luka itu, namun detik berikutnya Anhar mengelak. "Jangan di pegang dong, perih." Ujar Anhar sambil terkekeh.

"Lo habis jatoh atau apasih? Kok bisa kayak gitu?" tanya Nalla yang mulai kesal.

"Lo cantik banget sih." Ucap Anhar untuk mengelak pertanyaan yang Nalla lontarkan barusan.

Nalla melipat kedua tangannya di depan dada, ia lalu memutarkan bola matanya malas. "Lo jujur sama gue, siapa yang udah buat lo kayak gini? Atau-"

"Gak, bukan siapa-siapa. Gue tadi waktu mau naik kepentok jendela, ya jadi gini." Jelas Anhar, namun Nalla merasa cowok di hadapannya ini berbohong.

"Bentar, gue ambil obat." Nalla berlalu pergi meninggalkan Anhar sebentar.

sementara Anhar, cowok itu duduk di sudut tras balkon. Ia tersenyum, "kenapa bisa dia secantik itu?" Ucapnya pelan. Kemudian, ia menggelengkan kepalanya. Apa yang baru saja ia ucapkan? Ayolah Anhar, cewek itu sudah menjadi bagian hidup dari orang lain. Ingat, Nalla adalah istri Alan sekarang.

Tidak lama kemudian, Nalla datang membawa kotak P3K. Anhar melihatnya yang sangat susah berjalan sambil memegang gaun belakangnya. "Kenapa repot-repot sih? Gue gapapa kali." Ucap Anhar yang merasa Nalla terlalu berlebihan.

"Gapapa gimana? Tuh luka kalo gak di obatin bakalan infeksi!" Cetus Nalla sambil duduk di hadapan Anhar dan segera membuka kotak P3K.

"Lo kenapa baik banget sama gue?"

Pertanyaan Anhar membuat Nalla lagi-lagi memutarkan bola matanya malas. "Gue manusiawi, dan lo juga udah sering nolongin gue, gue utang budi." Ucap Nalla sambil mengambil kapas dan mengarahkan benda itu ke arah sudut bibir Anhar.

"Gue bisa sendiri." Baru saja Anhar ingin mengambil kapas itu, Nalla mengelakkan tangannya.

"Lo diem!" Protes Nalla, membuat Anhar mau tak mau mengikuti kemauan Nalla. Ia memilih diam saat tangan Nalla mulai mengobati luka di wajahnya itu.

"NALLA!" suara teriakan seseorang yang mendekat membuat Anhar dan Nalla sontak langsung melihat.

Lia berjalan ke arah Nalla. Mata Lia sempat menatap Anhar lama. Kemudian Lia langsung menarik tangan Nalla untuk berdiri. "Turun, cepat. Acara belum selesai, dan kamu malah asik-asikan disini, Nal."

Nalla berdiri, menatap ke arah Anhar beberapa kali, dan setelah itu menatap sang Mama. "Ma, Anhar luka. Dia-"

"NALLA, TURUN. ACARA BELUM SELESAI!" Suara Lia terdengar seperti gertakan, Nalla meletakan kotak P3K di dekat Anhar. Kemudian ia meninggalkan kedua orang itu tanpa sepatah katapun.

Melihat Nalla sudah pergi, Lia kini beralih menatap Anhar. "Saya, tau. Kamu sudah menolong anak saya semalam, saya ucapkan terima kasih banyak. Tapi, tolong jangan dekati anak saya lagi, dia sudah menjadi istri orang lain." Ucap Lia dengan jelas, membuat Anhar mengangguk mengerti.

Detik berikutnya, Lia pergi meninggalkan Anhar yang kini merasakan tercekat dan mencerna ucapan itu seperti tusukan.

_______




Nalla menuruni anak tangga satu persatu, para tamu mulai melihatnya dengan tatapan kagum. Nalla sangat cantik di tambah dengan gaun yang terpasang di tubuhnya, tentu saja membuat kaum hawa iri padanya.

Tampak seorang pria paruh baya melambaikan tangannya ke arah Nalla. Pria yang sedang berkumpul bersama-temannya itu meneriaki Nalla agar mendekat ke arahnya.

Nalla bisa menebak itu adalah rekan kerja Papa Alan. Dan setelah Nalla mendekat, ternyata di antara orang yang duduk di meja itu, ada Alan disana yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Kenapa om?" Tanya Nalla agak cangung karena semua orang di hadapannya sedang menatapnya.

Pria itu berdiri disamping Nalla, "ayo duduk dulu, om mau membicarakan hal penting." Nalla di dudukan ke kursi tepat di samping Alan.

Sementara Alan hanya menatapnya sekilas, kemudian cowok itu beralih meminum segelas air jeruk yang ada di hadapannya.

"Ayo Bram, bicaralah." Ujar teman sebelah pria itu. Yang bernama Bram langsung terkekeh dan duduk di hadapan Nalla.

"Jadi gini, Nalla. Om punya Apartemen gak jauh kok dari sini. Om mau kalian tempati Apartemen yang ada di sebelahnya. Ya, karena om sama istri om lumayan agak takut kalo apartemen di samping itu kosong. Sebenarnya ini permintaan istri om." Mendengar penjelasan om yang bernama Bram itu, Nalla bingung harus menjawab apa. Ia tidak tahu bagaimana awal pernikahan di mulai, bagaimana memiliki hidup baru. Ya, ia belum pernah merasakan itu.

Di liriknya Alan, cowok itu malah mengangkat bahu tidak peduli. Nalla mulai mengepalkan tangannya kesal di bawah meja. Ingin sekali ia memukul cowok di sampingnya itu.

"Gimana, Nal?" Tanya Bram, beberapa teman Pria itu juga menunggu jawaban Nalla.

"Nalla terserah Alan aja. Nalla gak tau-"

"Oh, Alan barusan tadi setuju. Berarti kamu setuju dong." Mendengar ucapan Bram, Nalla mengerutkan keningnya, lalu menatap ke arah Alan dengan kesal. Ternyata, cowok di sampingnya itu sudah lebih dulu setuju.

Mengapa Pria tua itu harus menanyakan juga kepada Nalla? Jika keputusan itu sudah di putuskan sebelum hadirnya.

Oh, Nalla benar-benar kesal.

_________



Acara sudah selesai. Tamu satu persatu sudah mulai pulang. Nalla berjalan ke arah Misha dan Lia yang tengah berbincang sambil menyusun kado di ruang tengah.

Dan hal yang membuat Nalla bahagia adalah ia sudah melepaskan gaun sialan itu. Ia sekarang bebas bergerak, baju doraemon adalah yang terbaik.

"Ma, Tante, ada liat Alisa gak?" Sontak kedua wanita itu langsung menatap Nalla.

"Alisa dapur sebentar tadi, sayang." Ucap Lia sambil membawa Nalla untuk duduk di sampingnya.

Misha berdecak gemas. "Kamu sekarang manggil Tante dengan sebutan Bunda ya, karena kamu sekarang adalah menantuku."

Mendengar itu Lia ikut mengangguk. "Iya, Nalla. Kamu manggilnya Bunda, jangan Tante." Perintah Lia sambil menatap gemas ke putrinya.

Nalla mengangguk samar. Lalu ia tiba-tiba kepikiran Papanya. "Oh, iya Ma. Tadi Papa kenapa pulangnya cepat?" Pertanyaan Nalla membuat Lia berhenti membuka bungkus kado.

Lia sedikit menarik napasnya. "Papa kamu sibuk paling, tapi dia titip ini untuk kamu." Lia memberikan sebuah kado yang tidak terlalu besar, dengan sampul bergambar doraemon, membuat Nalla menahan senyumnya, ia yakin Papanya tidak akan lupa dengan kartun kesukaannya.

"Yaudah, masalah kado-kado ini biar kami berdua aja yang urus, kamu sekarang istirahat di kamar, nanti Mama suruh Alisa ke kamar kamu untuk nemenin kamu." Mendengar ucapan Misha, Nalla mengangguk dan pergi membawa kado dari sang Papa.

Baru dua langkah berjalan, Misha kembali bersuara, "jangan lupa ya, susun semua barang-barang kamu sayang, besok kalian akan pindah ke apartemen."

Nalla menahan kagetnya.


_________

TYPO BERTEBARAN.


CIE DI GANTUNGIN YA 😅

Maafkan author ya, ini cuma part yg sambungan semalam, lupa update karena emg awalnya pgen up 2 part 😅

Kependekan? Maaf😭

Janji, pasti next secepatnya kok.

PASTI GAK SABAR NUNGGU KEUWUAN MEREKA😍 PINDAH APARTEMEN LAGI, DUH. MAKIN UWUW.



NEXT ? VOTE & COMMENT SBNYAK2NYA.










Continue Reading

You'll Also Like

13.5M 522K 48
DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA INI YA. KALO YG CAKEP..... YA TETEP GA BOLEH ANJIR! FOLLOW DULU SEBELUM BACA:) Warning! : 1. banyak typo berteba...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.5M 262K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
799K 29.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
5.9M 479K 50
FOLLOW DULU ❗❗ BANYAK PART DI PRIVATE ...oOo... Zara Cyra Aprilaen dan Areon Aciel Ligarta, dua orang remaja yang harus terikat dalam ikatan pernikah...