Jangan lupa vote and coment nya ya...
Satu vote dari kalian semua barharga bagi aku...
.
.
.
.
.
Disinilah mereka semua, sedang menunggu didepan ruang operasi. Didalam sana irfan dan fio sedang menjalankan operasi untuk mengeluarkan perlu dari tubuh mereka.
Sedangkan rangga. Pria itu sudah tiada,karena dia terluka cukup parah dibagian kepalanya. Kepala rangga yang membentur karang cukup keras. Keluarga besarnya sangat malu karena ulah putra sulung mereka itu. Mereka telah meminta maaf kepada aldrik.
Sedangkan alena dan keluarga irfan belum mengetahui jika anak mereka sedang dioperasi.
"Kenzo hubungi ayahnya irfan dan kamu daniel jemput bunda kamu kerumah." perintah aldrik.
"Ok yah."
"Ok om."
Jawab kenzo dan daniel berbarengan. Sedangkan teman-teman mereka semua sudah diseuruh pulang oleh aldrik, setelah melakukan pengobatan tadi. Ya mereka memang babak belur karena berkalahi tadi.
Sedangkan allan. Cowok itu hanya duduk dengan kepala tertunduk dari tadi. Dia masih merasa bersalah dengan semua kejadian ini.
"Aku ketoilet bentar yah." kata allan tanpa menunggu jawaban dari Aldrik, dia sudah menyelonong pergi begitu saja.
Allan tidak benar-benar pergi ketoilet, tapi dia malah pergi keatap rumah sakit. Dia ingin menenangkan pikirannya. Dia telah gagal melindungi adiknya. Dia begitu bodoh. Kenapa dia membiarkan fio terluka seperti ini.
Allan berdiri ditepi atap rumah sakit dan menatap tajam kearah depan. Rasanya sakit. Sangat sakit. Sakit rasanya melihat keadaan fio yang masih diruang operasi.
"Maaf.. Maafin abang fii.. Abang gagal melindungi kamu..." gumam allan dengan suara seraknya. Allan berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya. Tapi tetap saja air mata itu jatuh membasahi pipinya.
Disisi lain. Daniel yang baru saja tiba dirumah langsung masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan salam.
Alena yang melihat daniel memasuki rumah langsung menghampirnya dengan kiky dan icha dibelakangnya.
"Gimana? Kakak kamu mana?" tanya alena kepada daniel.
Daniel masih diam saja dan tidak menjawab pertanyaan daniel. Alena yang melihat putranya diam menjadi semakin cemas. Alena melebarkan matanya menatap seragam putranya itu kena bercak darah.
"Niel ini!??" tanya alena menatap seragam daniel nanar.
Daniel mengikuti arah tatapan bundanya, dan dia melihat ada bercak darah. Mungkin ini adalah bercak darah irfan tadi.
"Niel jawab bunda!!!! Kakak kamu mana?!!" teriak alena.
"Kak fio dirumah sakit bun." jawab daniel pelan.
Seperti disambar petir disiang bolong, tubuh alena langsung lemas dan terhuyung kebelakang. Untung ada kiky dan icha yang sigap menangkap tubuh alena dari belakang.
"Tan.. Tante nggak apa-apa.?" tanya kiky.
"Niel bunda mau keruh sakit." kata alena lirih.
"Ya udah ayo." jawab daniel.
"Mending ganti dulu bajunya, biar kita yang bawa bunda kerumah sakit." kata icha kepada daniel.
"Tapi kak-..."
"Nggak apa-apa. Baju lo kena darah. Lo ganti dulu baju lo dan bawain baju untuk ayah sama bang allan. Bang kenzo juga disana kan?" tanya icha.
"Iya. Tapi yang lain udah pada pulang." jawab daniel.
"Ya udah lo kekamar, mandi, trus kalau lo pergi kerumah sakit jangan lupa bawain baju ganti buat mereka setelah itu." kata icha lagi.
"Ok." jawab daniel.
Daniel langsung berjalan kearah kamarnya untuk bersih-bersih. Sedangkan kiky, icha, dan alena pergi kerumah sakit yang sudah dibilang oleh daniel tadi.
Dikamarnya daniel tidak langsung membersihkan tubuhnya. Dia butuh waktu. Dia butuh waktu untuk sendiri dulu. Dia telah gagal melindungi kakaknya. Walaupun kadang fio nyebelin tapi tetap saja fio adalah orang yang disayang oleh daniel.
"Maafin aku kak... Aku mohon bertahan lah..." gumam daniel pelan.
Cowok itu mengusap air mata yang jatuh kepipinya. Daniel harus kuat. Demi bundanya dan kakaknya. Dia tidak boleh cengeng.
"Lo harus gue niel jangan cengeng." kata daniel menyemangati dirinya sendiri dan berjalan kearah kamar mandi.
Sedangkan dirumah sakit, keluarga irfan sudah datang. Mira mamanya irfan sangat syok mendengar kabar putranya yang tertembak untuk kedua kalinya.
Shanum, adik irfan. Dia tidak diberi tahu oleh ayahnya. Karena gadis itu sedang mengikuti olimpiade untuk beberapa minggu kedepan. Dia tidak ingin putrinya gagal dalam olimpiade itu.
Nando berjalan mendekati aldrik. Dan membantu istrinya untuk duduk dikursi tunggu.
"Bagaimana semua ini terjadi drik?" tanya mira. Ya mereka berempat memang sudah saling mengenal satu sama lain.
Aldrik menceritakan semua kejadiannya. Dimulai dengan penculikan fio. Fio yang dibawa kabur oleh rangga. Rangga yang menembak irfan. Fio dan rangga yang saling menembak dan sampai pada rangga yang jatuh kedalam laut dan meninggal dunia.
"Kenapa putri kamu lakuin itu??" tanya mira lagi.
"Hufff... Itu demi cintanya. Dia tidak bisa hidup tanpa putramu. Dan dia membuat kesepakatan dengan rangga, rangga yang tidak bisa hidup tanpa putri ku. Dan putri ku mengatakan jika seperti ini adil. Rangga tidak memilikinya dan irfanpun juga tidak memiliki dia." jelas aldrik.
"Hiks hiks hiks kenapa orang itu begitu kejam." gumam mira pelan.
"Sssttt... Tenanglah, mereka pasti baik-baik saja." kata nando menyemangati istrinya itu.
"Drik putri ku mana?" tanya alena yang baru saja datang dengan icha dan kiky dibelakangnya.
"Len tenang lah. Dia sedang dioperasi." jawab aldrik dan membantu alena duduk di kursi. Alena hanya bisa mengangguk pelan dan berusaha menahan air matanya.
"Lebih baik sekarang kalian pulang dulu. Ganti baju trus baru balik kesini." kata kenzo kepada kiky dan icha.
"Ok bang." jawab kiky dan icha bersamaan.
"Kalau gitu kita pulang dulu yah, bun,mmm tan, om. Bang kita pulang dulu." kata icha pamit kepada mereka semua.
"Iya, hati-hati dijalan." jawab aldrik.
Kiky dan icha pergi dari depan ruang operasi itu. Mereka akan kesini lagi nantinya.
Tak berselang lama kiky dan icha pergi daniel dan allan menghampiri mereka semua.
"Dari mana lo bang?" tanya daniel.
Diam. Hanya itu yang dilakukan oleh allan. Dia tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. Sedangkan daniel hanya menghembuskan nafas pelan. Allan sudah seperti mayat hidup. Hanya ada raga sedangkan jiwanya entah kemana.
"Kak gue mohon bertahan lah. Walau pun lo nyebelin, selalu bikin gue kesel, ngebully gue, tapi tetap aja lo perempuan yang berharga bagi gue. Bagi bunda, ayah, sama bang allan. Lo terlalu berharga buat kita semua kak. Lo nggak boleh nyerah gitu aja." batin daniel.
Daniel bergabung dengan keluarganya dan keluarga irfan yang sedang menunggu irfan dan fio. Mereka sangat khawatir. Pasalnya sudah dua jam irfan dan fio diruang operasi, tapi operasi itu belum juga selesai.
Sekitar 30 menitan dua orang dikter keluar dari ruang operasi tersebut. Dan itu menandakan jika operasi telah selesai.
"Gimana keadaan putri saya.?"
"Bagaimana keadaan putra saya?"
Tanya aldrik dan nando secara bersamaan. Mereka benar-benar cemas. Menunggu dua setengah jam bukanlah perkara mudah. Terlebih yang ada didalam ruang operasi itu adalah anak-anak kesayangan mereka.
"Keadaan putri bapak baik-baik saja. Dia sudah melewati masa kritisnya. Mungkin besok atau sekitar dua hari lagi dia akan sadar." jelas salah satu dokter itu. Mungkin dia yang menangani operasi fio.
Dan penjelasan dari dokter itu membuat aldrik dan keluarga bernafas lega. Lega mendengar keadaan putri mereka yang sudah berhasil melewati masa kritisnya.
"Putra saya?" tanya mira.
"Untuk putra bapak dan ibu... Maaf jika kami harus mengatakan ini... Putra bapak dan ibu memang sudah berhasil melewati masa kritisnya tapi dia mungkin akan membutuhkan waktu untuk bangun." jelas dokter yang satunya lagi.
"Ma-maksudnya... Putra saya ko-koma?" tanya mira dengan suara serak menahan tangis.
"Iya.... Alam dibawah sadarnya lebih membuat putra bapak dan ibu nyaman. Mungkin karena itu dia akan sulit untuk bangun. Tapi jika kalian tetap membawa dan mengajak dia bicara mungkin itu akan membantu putra bapak dan ibu untuk bangun. Terlebih lagi orang yang dia sayang. Dan diwaktu kami selesai mengopersi dia tadi, putra bapak dan ibu terus menggumamkan nama seseorang." jelas dokter itu lagi.
"Siapa? Nama siapa yang dia sebut.?" tanya nando.
"Mmm... Kalau tidak salah fio. Mungkin yang bernama fio ini orang yang sangat berarti bagi putra bapak." jawab dokter itu lagi.
"Dia adalah gadis yang ada didalam." kata nando.
"Nanti jika fio sudah mulai pulih kalian suruh saja fio untuk mengajak dia untuk bicara. Dengan begitu putra bapak akan cepat untuk bangun. Nah, kalau tidak ada lagi kami permisi." kata dokter itu lagi dan pergi dari sana.
"Apakah mereka akan ditempatkan diruangan yang sama?" tanya kenzo kepada mereka semua. Pasal nya setelah 10 menit dokter tadi pergi mereka semua hanya diam. Tidak ada yang membuka suara.
"Kalau saya setuju. Bagaimana dengan kau aldrik?" tanya nando.
"Ya sudah tidak apa." jawab aldrik.
Mereka semua kembali duduk di kursi tunggu didepan ruang operasi. Menunggu irfan dan fio yang akan dipindahkan ke ruang inapnya. Alena berusaha memberikan semangat bagi sahabat lamanya itu.
Meyakinkan bahwa keadaan putranya akan baik-baik saja. Bagaimana pun alena tidak ingin irfak kenapa-napa. Karena irfan segalanya bagi fio. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada irfan, maka hal itu juga akan berimbas kepada putrinya.
Mau bagaimanapun, irfanlah yang telah membuat putrinya tidak tertutup lagi, dan bahkan fio juga sudah jarang mengikuti balap liar semenjak kenal dengan irfan. Ya, mereka semua memang mengetahui jika fio mengikuti balapan liar. Tapi mereka berusaha untuk bersikap tidak tahu apa-apa.
Irfan juga sudah di anggap sebagai putranya sendiri bagi alena. Semoga, semoga pria itu baik-baik saja.
"Cepatlah bangun fan, bukan hanya demi keluarga kamu. Tapi juga demi putri bunda. Demi gadis yang kamu cintai." batin alena.
******************************
Tbc...
See you next part guys...
Tiara yulita😃