Disinilah fio saat ini, duduk bersimpuh digundukan tanah yang masih basah. Menatap kosong kearah kesebuah papan yang bertuliskan Karina Acha Alexsandara Binti Andre alexsander.
Sekarang apa? Apa yang harus dia lakukan? Kembali merasakan kehilangan seorang sahabat. Kenapa rasanya begitu sakit. Kenapa orang-orang yang dia sayang pergi meninggalkan dirinya. Kenapa orang-orang yang ada disekitarnya selalu terluka karena dirinya.
Kenangan-kenangan dimasa lalu terus berputar-putar bagaikan kaset rusak dikepala fio. Masa dimana acha selalu menjadi pahlawan bagi dirinya, icha, dan juga shila.
Masa-masa dimana mereka masih memakai rok biru. Kenangan tentang kejahilan acha. Kenangan dimana acha yang selalu membela dirinya. Kenangan bagaimana cara acha membalas perlakuan kakak kelas yang semena-mena kepada dirinya.
Kenapa acha begitu cepat meninggalkannya. Acha mengatakan dia akan pergi dengan tenang. Tapi tidak bagi fio, kepergian acha justru semakin menambah luka dalam hati fio. Luka yang belum sepenuhnya sembuh atas kepergian shila. Disaat luka itu belum sembuh sepenuhnya. Luka yang berusaha disembuhkan oleh fio. Tapi disaat luka itu sudah mulai memudar sekarang luka itu kembali terbuka. Bahkan luka itu semakin terluka parah.
Sekarang fio harus bagaimana? Akankah icha nantinya akan pergi meninggalkannya untuk selamanya, karena dirinya.
Tes..tes..
Fio kembali meneteskan air matanya. Rasanya begitu sakit jika mengingat kenangan kebersamaannya bersama sahabatnya dulu. Terlalu sakit melihat bagaimana cara kepergian mereka. Mengingat kepergian mereka karena dirinya.
"Kenapa?..kenapa kalian ninggalin gue..kalian ninggalin gue satu persatu...pertama shila..sekarang acha..besok siapa lagi..."
"Apakah icha? Atau..gue yang harus..hiks menyusul kalian?." satu isakan lolos dari mulut fio.
Allan dan irfan yang masih ada disana tidak sanggup rasanya melihat keadaan fio. Sudah dari tadi pagi mereka disini, tapi gadis itu belum juga ada tanda-tanda akan pergi.
"Fiii udah ya..biarin acha istirahat dengan tenang." kata allan sambil berjongkok disamping fio.
Fio menggelengkan kepalanya pelan.
"Nggak bang..semua ini salah aku hiks hiks...pertama shila..sekarang acha..hiks hiks"
"Semua ini takdir fi." kata irfan sambil menggenggam tangan fio.
"Mereka pergi bukan karena kamu, tapi tuhan sayang sama mereka. Makanya tuhan memanggil mereka duluan." kata irfan meyakinkan fio agar tidak menyalahkan dirinya.
"Fio ayo pulang." kata aldrik tegas dari arah belakang mereka.
Irfan dan allan serempak menoleh kearah aldrik yang sedang berdiri dibelakang mereka. Tapi fio malah tetap kearah batu nisan acha.
"Ayah nggak nerima penolakan.." kata aldrik lagi.
"Tapi ak-.."
"Pulang secara halus atau kasar?" tanya aldrik dingin. Bukannya aldrik tidak mengerti dengan perasaan putrinya, tapi dia melakukan ini agar putrinya itu mau pulang.
Dengan lemas fio bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan mereka semua. Semakin jauh dari makam acha, dada fio semakin sesak.
"Nggak gitu caranya yah." kata allan dingin kepada aldrik.
"Ayah lebih mengerti dia lan." kata aldrik tak kalah dingin dan berjalan menyusul fio.
"Ayah nggak ngerti dia. Dia itu rapuh, dia nggak sekuat yang kalian bayangin." kata allan pelan.
"Ayah lo kayak gitu agar adek lo mau pulang." kata irfan pelan sambil menepuk pundak allan pelan.
Allan hanya mengangguk pelan. Dan setelahnya mereka berjalan meninggalkan makam acha.
******************************
Disepanjang perjalanan pulang fio hanya menatap kosong keluar jendela mobil. Suasana hatinya saat ini begitu kacau. Ingin rasanya pergi bersama dengan acha, tapi bagaimana nanti dengan keluarganya.
Belum lagi icha yang tidak mau berbicara dengannya. Bahkan untuk melihat kearah dirinya saja icha tidak mau. Apa yang harus fio lakukan?
Hufff
Fio menghembuskan nafas lelah. Tubuhnya dan hatinya begitu lelah. Bahkan dia juga sudah lelah untuk menjalani hidupnya yang penuh dengan kejadian-kejadian tidak terduga dari kemarin.
Sekitar 30 menit mobil keluarga fio sudah sampai diperkarangan rumahnya. Dengan langkah gintai fio memasuki rumahnya.
Allan yang melihat fio begitu rapuh ingin mengejar fio. Tapi dia ditahan oleh aldrik.
"Dia butuh waktu." kata aldrik.
"Yang dikatakan ayah kamu benar, dia membutuhkan waktu untuk sendiri." kata alena.
"Berapa lama bun?" tanya daniel.
"Satu bulan? Dua bulan?" tanya daniel lagi.
Setelah mengatakan itu daniel langsung masuk kedalam rumah, dan diikuti oleh allan.
"Huuufff...berapa lama?" tanya aldrik kepada dirinya sendiri.
Alena yang mendengar itu langsung mengusap pundak aldrik pelan.
"Dia pasti bisa." kata alena menyakinkan aldrik.
"Semoga." gumam aldrik pelan dan berjalan memasuki rumah bersama dengan alena.
******************************
#Skip malam.
Keluaga calton saat ini sedang duduk dimeja makan. Hanya tinggal fio yang belum menampakkan dirinya.
"Lan kamu panggil adik kamu gih." kata alena kepada allan yang sedari tadi melamun.
"Biar ayah saja." kata aldrik cepat ketika allan sudah berdiri.
Aldrik langsung berjalan menuju kamar fio dilantai dua rumah Mereka. Sedangkan alena, allan,dan daniel hanya bisa menarik nafas pelan.
"Rumah sepi ya bun." kata daniel tiba-tiba.
Dengan spontan alena dan allan menolehkan kepala mereka kearah daniel. Menatap daniel yang sedang duduk dengan kepala tertuntuk.
"Daniel kekamar dulu bun." lanjut daniel sambil berjalan kekamarnya.
"Kamu nggak makan niel?" tanya alena.
"Nanti aja bun." jawab daniel sambil terus berjalan kekamarnya.
"Tap-.."
"Biarin aja bun." potong allan.
"Yang dibilang daniel emang benar. Rumah sepi jika fio kayak gini." kata alena.
"Fio butuh waktu bun."
"Tapi sampai kapan lan. Satu bulan kayak dulu lagi."
"..." allan tidak bisa menjawab. Yang dikatakan bundanya ada benarnya juga. Apakah fio akan membutuhkan waktu sebulan seperti dulu lagi.
"Bunda kekamar dulu." kata alena meninggalkan allan sendirian.
Allan mengacak rambutnya frustasi. Entah apa yang akan terjadi dengan keluarganya setelah hari ini. Pintar sekali orang itu.
Jika targetnya adalah keluarga calton maka orang itu berhasil. Berhasil dengan membuat nyawa rumah ini terpuruk. Maka penghuni rumah ini juga Sama-sama terpuruknya.
**************
Aldrik memasuki kamar fio dengan pelan. Dia menatap sekeliling, tapi tidak menemukan keberadaan putrinya.
"Fiii Fio" panggil aldrik.
Tapi tidak ada jawaban. Kamar itu begitu sunyi. Fio tidak ada dikamarnya, lalu kemana perginya gadis itu.
"Fii kamu dimana?." kata aldrik lagi.
Aldrik berjalan kearah barkon kamar fio. Dan aldrik menemukan fio yang sedang duduk dikursi balkon kamarnya dengan memeluk sebuah foto. Entah foto siapa aldrik tidak tahu.
"Kamu ngapain disini?" tanya aldrik. Tapi fio tidak menjawab, dia hanya menolehkan kepalanya sebentar.
Aldrik mendudukkan dirinya disamping fio. Merangkul putrinya dengan lembut.
Beberapa saat hanya keheningan yang menyelimuti aldrik dan fio. Tidak ada yang ingin membuka suara.
"Aku kembali kehilangan yah." kata fio pelan. Aldrik hanya diam saja, membiarkan putrinya mengeluarkan keluh kesah yang dia rasakan saat ini.
"Mereka pergi karena aku, dulu shila bunuh diri juga karena aku. Sekarang acha. Acha meninggal karena aku yah.hiks hiks." kata fio sambil terisak.
"Acha ngorbanin dirinya buat keselamatan aku hiks hiks.. Selama ini dia hiks dia hanya pura-pura hiks jahat sama aku hiks." lanjut fio lagi.
"Fio mau nyusul mereka ya yah." kata fio pelan dan hal itu membuat tatapan aldrik menjadi tajam. Bukan kearah fio tapi kearah depan.
"Kamu mau buat pengorbanan acha sia-sia? Kamu mau buat acha kecewa sama kamu?" tanya aldrik.
"Nggak." jawab fio pelan.
Aldrik melepas pelukannya dan memutar tubuh fio agar menghadap kearahnya. Ditangkupnya wajah fio.
"Kalau kamu nggak mau bikin pengorbanan acha sia-sia jangan kayak gini. Kamu pikir acha senang ngeliat kamu kayak gini? Nggak fi. Bahkan mungkin acha akan kecewa sama kamu. Acha sayang sama kamu makanya dia rela ngorbanin nyawanya buat kamu." kata aldrik menasehati putrinya.
"Tapi aku nggak kuat yah." kata fio.
"Semua masalah pasti ada jalannya. Tuhan nggak akan mungkin memberikan hambanya masalah diluar batas kemampuan hambanya."
"..."
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan fi. Cobalah untuk mengikhlaskan. Jangan bikin keluarga kita juga merasa kehilangan. Kalau kamu kayak gini, rumah kita jadi sepi."
"...."
"Saharusnya kamu bisa jadi penguat bagi keluarga acha. Masih ada icha fi. Mungkin saat ini icha nggak mau ngomong sama kamu. Tapi ayah yakin bahwa suatu saat nanti icha akan mengerti. Bukan hanya kamu yang kehilangan, tapi keluaga om andre lebih merasa kehilangan fi. Mereka kehilangan salah satu putri mereka."
"Jadi ayah minta jangan terlalu larut dalam kesedihan kamu."
"Aku butuh waktu yah." jawab fio pelan.
"Ayah bisa tinggalin aku sendiri?" tanya fio kepada aldrik.
"Tapi kam-.."
"Aku mohon yah." kata fio memotong perkataan aldrik.
"Huff..ok. Jangan tidur terlalu malam. Good night my princess." kata aldrik sambil mencium lembut kepala fio.
Setelah aldrik keluar dari kamar fio. Gadis itu kembali larut dalam pemikirannya. Entah berapa lama dia akan seperti ini. Dia hanya membutuhkan waktu.
Hai acha dan shila.. Pasti kalian bahagia ya diatas sana. Kalian pergi dengan perasaan bahagia dan lega. Tapi kalian ninggalin luka
Luka ini nggak berdarah
Luka ini nggak terlihat
Tapi kenapa rasanya begitu sakit
Bahkan sangat menyiksa
Semoga kalian bahagia disana
Dengan luka yang mendalam yang kalian tinggalkan.
******************************
Vote and coment nya jangan lupa..
See you next part..
Tiara yulita.