#EXOFFIMVT2019

By EXOFANFICTIONINA

521 5 1

Lomba Menulis Korean Fiction Bertema 'Everyday Is Miracle' Bekerja Sama Dengan Grasindo Yang Diadakan Pada Ta... More

[#EXOFFIMVT2019] MONOGUSAOBIL_HILANGKAN TAWA
[#EXOFFIMVT2019] BFTRNBI_TODAY IS MY MINE
[#EXOFFIMVT2019] JEMPOL MUNGIL_MIRACLE
[#EXOFFIMVT2019] AUDREY_A RING FOR MAMA
[#EXOFFIMVT2019] JOPIN_AS I WISHED
[#EXOFFIMVT2019] HANA HARAHAP_UNPREDICTABLE MAN
[#EXOFFIMVT2019] PRECIOUS LALA_BEAUTIFUL RISE
[#EXOFFIMVT2019] NABILAH AYU_A DREAM INSIDE ME
[#EXOFFIMVT2019] GABIE DAISY_CONFESSION
[#EXOFFIMVT2019] ELHAWA_FALL FOUR SEASON
[#EXOFFIMVT2019] NIDA RAFA AROFAH_MAKE A WISH
[#EXOFFIMVT2019] PEACH_BEARY_SMILE ON MY FACE
[#EXOFFIMVT2019] JUNNY_KIMCHI FRIED RICE
[#EXOFFIMVT2019] L_MIRACLE IN COACH 10
[#EXOFFIMVT2019] JULIA KARTIKA_KAN KUCINTAI SEMUA YANG PASTI MATI
[#EXOFFIMVT2019] MAYZAZIDA_I SEOUL YOU
[#EXOFFIMVT2019] ALICEARA TAKUMI_SONDER SERENADE
[#EXOFFIMVT2019] SHIRLEYDU_SARANGHAE, OPPA!
[#EXOFFIMVT2019] FANNMIRACLE_NEW STUDENT
[#EXOFFIMVT2019] FULL MOON_NOW WE KNOW
[#EXOFFIMVT2019] MADE DARWANTI_LIGHTS
[#EXOFFIMVT2019] PINK GRACE_SEBUAH PENANTIAN
[#EXOFFIMVT2019] AMALIYA KHAMDANAH_KOTA-KOTA DI TIMUR
[#EXOFFIMVT2019] ZULFA ACHMAD_FEARTHAINN
[#EXOFFIMVT2019] NUR ANNISA_SERATUS LAPIS PELANGI DI KOREA
[#EXOFFIMVT2019] DIVARETTE_FALLING IN LOVE
[#EXOFFIMVT2019] PIE_A MIRACLE CALLED, LIFE
[#EXOFFIMVT2019] INESSIREGAR_SOCIOPRENEUR VS MUSIC PRODUCER
[#EXOFFIMVT2019] CAROLLINE LEE_GOD'S PLANE
[#EXOFFIMVT2019] KHODY DIDI_MIRACLE COFFEE
[#EXOFFIMVT2019] SITI NOORHIDAYAH_MY LIGH
[#EXOFFIMVT2019] DIAN PERMATASARI_AKU,KAMU DAN SERIBU ORIGAMI
[#EXOFFIMVT2019] VANDAAND_SO_ONE
[#EXOFFIMVT2019] TALIUTAM_MY TRUE HOPE ISN'T YOU
[#EXOFFIMVT2019] IMUKOO_MY TRIP COME TO LOVE
[#EXOFFIMVT2019] WINA ALDA_MEMORIES OF CHERRY BLOSSOM
[#EXOFFIMVT2019] ANGGIE_MY MIRACLE IS YOU
[#EXOFFIMVT2019] BAE SYLVIA_GRATIFY
[#EXOFFIMVT2019] ANDIKA HILMAN PRAMUDITA_SECONDS TO DEBU
[#EXOFFIMVT2019] DEVINTA SANDRA_MY STAR BOY
[#EXOFFIMVT2019] GDNSYA__MIRACLE IN OKTOBER
[#EXOFFIMVT2019] LEE ANN NAA_MISTERI KEPALA BURUNG PHOENIX
[#EXOFFIMVT2019] RESTI RIANCANA_CONFESS TO THE SKY
[#EXOFFIMVT2019] KIMSEOYUNRI-BESOK ADALAH CINTA UNTUKMU
[#EXOFFIMVT2019] ARISTA ESTININGTYAS_KEAJAIBAN DARI LANGIT
[#EXOFFIMVT2019] ANGGI D_PERFECT TUNE
[#EXOFFIMVT2019] PARK__RIZUKI_SEVENTH DAY OF AUTUMN
[#EXOFFIMVT2019] Mitsu_Meet With You, Juyeon
[#EXOFFIMVT2019] NURUL ARIFAH_Kumenangkan Hari Kita di Neraka
[#EXOFFIMVT2019] LISA SEPTYAS_WANT TO KNOW YOU
[#EXOFFIMVT2019] SISTER DIDI_OUR HEARTBEAT IS YOURS
[#EXOFFIMVT2019] SHAFIRAA_LIKE A CHERRY BLOSSOM
[#EXOFFIMVT2019] YOURA MURIZ_LATE
[#EXOFFIMVT2019] RINAHA ARDELIA_RAIN RAIN GO AWAY
[#EXOFFIMVT2019] TATHACHU_THE MAGIC PEN
[#EXOFFIMVT2019] DBNPR_DREAM OF TONE
[#EXOFFIMVT2019] RIDLVD_GIVE ME ONE DAY
[#EXOFFIMVT2019] AMOELA IVK_PRETENSE
[#EXOFFIMVT2019] DIVA FATIH_TEARS OF MEMORIES
[#EXOFFIMVT2019] ANALLISA_FLOWER IN THE WEEDS
[#EXOFFIMVT2019] DIANDYN_HAN JI
[#EXOFFIMVT2019] MILLA MUEZZA_DEFINITION OF BEAUTY
[#EXOFFIMVT2019] SHINO KEI_WISH UPON A STAR
[#EXOFFIMVT2019] MOG_JEJAK DI INSADONG
[#EXOFFIMVT2019] TRI RIZKI RAHMAYANI_EYES OF THE HEART
[#EXOFFIMVT2019] MINGKY MELATI_GARIS HIDUPKU YANG MEMPERTEMUKAN
[#EXOFFIMVT2019] BELLA D_AHJUSSI
[#EXOFFIMVT2019] ORIYAN_MEET YOU
[#EXOFFIMVT2019] FS HUTAPEA_I CAN DO IT
[#EXOFFIMVT2019] AMALIAANUR_MENGUBAH JALAN CERITA
[#EXOFFIMVT2019] LAILI LIU_EPHEMERAL
[#EXOFFIMVT2019] DEWINTA DWICH_MIRACLE THAT WE MADE
[#EXOFFIMVT2019] MASRI ADELINA_BERSAHABAT DENGAN KEGAGALAN
[#EXOFFIMVT2019] MAIRA BAE_NO MORE DREAM
[#EXOFFIMVT2019] SERA AULIA_WHAT'S YOUR WISH
[#EXOFFIMVT2019] XIEONELF_MIRACLES REALLY EXIST
[#EXOFFIMVT2019] NADIA N_MY WISH IS TO LEAVE YOU
[#EXOFFIMVT2019] YUNI PRATIWI_DISAPPEAR
[#EXOFFIMVT2019] DIRA HARDIYANTI_PERFORMING ART FESTIVAL
[#EXOFFIMVT2019] HELINA ZULMI_MY NAMJACHINGU
[#EXOFFIMVT2019] ELIZALINE_DEAR JUNG JIA
[#EXOFFIMVT2019] ULFA ZULIA_SERATUS HARI MENJADI PEMBOHONG
[#EXOFFIMVT2019] ITSMEHYUNA_A SECRET ANGEL
[#EXOFFIMVT2019] KIMHYORI_REWRITE
[#EXOFFIMVT2019] HEYBIY14_FRIEND AND DREAM
[#EXOFFIMVT2019] ZANIA GARDEN_HAE WON
[#EXOFFIMVT2019] YANASHITA_PERASAAN MANUSIA TIDAK SEDERHANA
[#EXOFFIMVT2019] DINA NATASYA_JUST A DATE

[#EXOFFIMVT2019] YUMIYA_ANTAGONIST

4 0 0
By EXOFANFICTIONINA

ANTAGONIST

Yumiya

---

Muda-mudi-mudi itu menikmati akhir pekan dengan duduk bersisian di area yang cukup sepi di tepi Sungai Han. Tanpa sengaja. Karena mulanya mereka yang dari Distrik Mapo itu ke sini masing-masing untuk urusan pribadi mereka. Park Gwang Seon, Si Pemuda, yang mencari inspirasi untuk lukisannya dan Yoon Jangmi, Si Pemudi, yang berniat menyegarkan pikirannya. Kebetulan mereka satu klub basket di sekolah.

"Selain basket, kau juga berbakat dalam bidang seni. Jadi kau ingin menjadi pemain basket atau menjadi seorang seniman?" tanya Jangmi, matanya fokus menelusuri lukisan yang belum lama Gwang Seon buat. Gadis tomboi itu yang duluan menyapanya.

"Tidak mungkin, ya? Kudengar kau akan melanjutkan posisi ayahmu yang CEO. Enak sekali, tidak perlu bercita-cita."

"Tidak semudah itu," sanggah Gwang Seon. Ekspresinya menunjukkan ketidaksukaan pada ucapan Jangmi. Ia kenal Jangmi sebagai sosok gadis yang keras. Selain fisiknya kuat untuk ukuran perempuan, gadis ini juga memiliki aura mengintimidasi. Itu yang membuat para lelaki di sekolah tidak ada yang berani mengganggunya.

"Kau sendiri ... ingin jadi apa?" tanya Gwang Seon setengah dongkol.

Jangmi menautkan alisnya, berpikir.

"Ah," Gwang Seon teringat sesuatu. Ia menyodorkan sebuah benda pada Jangmi. Kertas yang dilipat-lipat. Jangmi langsung membukanya.

Jangmi-ya ... kamu memang Jangmi. Mawar. Indah namun berduri. Cantik tapi suka melukai.

"Oh. Dari Wilson Choi, sehari setelah aku menolaknya. Ternyata begini isinya," kata Jangmi datar seraya melipat kembali kertas itu dan memasukannya ke dalam saku kulot yang ia gunakan. "Kau menemukannya di mana?"

"Saat kau berlari dariku yang tak sengaja menyaksikan adegan antagonis yang sedang mendebat gadis yang tampak lemah," jawab Gwang Seon seraya tercengir.

Antagonis. Jangmi tertunduk mengingat potongan kejadian itu.

"Aku hanya ingin memastikan ... alasan apa yang sebenarnya membuatmu berperilaku demikian padaku?" tanya Hana yang mengundang kedongkolan Jangmi.

"Apa aku memperlakukanmu dengan buruk?" Jangmi memandangi Hana dengan sorot mata yang sengit. "Aku memang tidak sebaik itu, Hana-ya. Tapi demi apapun di hatiku tak pernah ada maksud menyakiti. Aku menjalani hidup seperti biasa. Kau jangan cari-cari kesalahanku dan menuduhku macam-macam, deh!"

"Kau menjauhiku, memandangiku dengan sinis. Kau juga mungkin ikut-ikutan gelombang besar di sekolah ini yang mengata-ngataiku sok cantik dan cari perhatian. Aku...."

Hana tidak bisa melanjutkan perkataannya. Gadis itu bergegas pergi dengan tangisan yang pecah. Dan Jangmi membiarkan semua itu. Lalu ia sadar bahwa di ruang kelas yang Hana anggap kosong dan cocok untuk berbincang empat mata itu ada Gwang Seon yang sedang belajar dan tanpa sengaja menguping perbincangan sengit mereka.

Jangmi tersenyum kecut ketika beberapa ingatan melintasi benaknya.

Jangmi pernah begitu dekat dengan dua kakak kelas favoritnya—Ahn Saera dan Kang Sarang. Di sisi lain, keduanya saling menjelekkan di belakang padanya. Sehingga Jangmi berusaha keras untuk berteman tanpa memihak. Namun pada akhirnya mereka tetap menjauhinya.

"Kamu itu cantik, pintar, dan populer. Tapi sayangnya egois dan serakah," komentar Saera ketika Jangmi memutuskan untuk tetap berteman dengan Saera sekaligus Sarang.

"Aku menceritakan hal-hal buruk tentang Saera adalah karena tidak ingin suatu saat kau jadi korban keegoisannya atau ikut terkena citra buruknya. Tapi kau malah mengabaikan rasa kasihanku," kata Sarang waktu itu sambil berlalu meninggalkan Jangmi.

"Aku berjanji untuk tidak memberitahu siapapun. Tapi karena ini menyangkut tentangmu ... aku katakan, ya. Hana bilang padaku kalau dia tidak suka melihat kau dekat-dekat dengan banyak orang," kata Nari.

Jangmi hanya bingung dengan kisah hubungannya dengan orang-orang.

Tiba-tiba Gwang Seon merasa tidak enak melihat perubahan raut wajah Jangmi. "Gwaenchana, Jangmi-ya?"

"Kau tanya aku ingin jadi apa?" tanya Jangmi, menatap Gwang Seon dengan kelopak berembun. Ia tertawa kecil, "Aku tidak ingin lagi menjadi antagonis dalam cerita kehidupan orang lain. Aku berharap ada meski seorang saja ... nyaman untuk terus menjalin hubungan baik denganku. Itu keinginan paling besar dalam hidupku. Aku...."

Butiran bening itu meleleh mengaliri pipi Jangmi ketika menceritakan apa-apa yang ia lalui mengenai kisah-kisah pertemannya.

"Apa aku berlebihan kalau menangis begini?" tanya Jangmi di sela-sela tangisnya seraya memaksakan diri untuk tertawa.

"Jangmi-ya," kata Gwang Seon trenyuh. Ia baru tahu bahwa seorang gadis sekeras Jangmi pun bisa menangis sederas ini. Ia juga jadi merasa bersalah karena sembarangan mengatakan Jangmi sebagai antagonis, setelah mengetahui kenyataannya. "Disakiti dan menyakiti adalah bagian dari kehidupan. Kalau kau tidak ingin disakiti, berusahalah untuk tidak menyakiti. Saat orang lain berusaha melakukan hal yang benar dan berusaha untuk tidak menyakitimu, lalu kau tetap merasa tersakiti ... maka permasalahannya adalah egomu sendiri. Kalau kau memang salah ... yang bisa kau lakukan adalah memperbaiki dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selalu ada kesempatan untuk itu. Bukan malah melarikan diri bersama rasa bersalah. Itu merepotkan...."

Sambil merenung, Jangmi memandangi Gwang Seon yang masih terus berbicara. Lelaki remaja yang Jangmi pikir 'sembarangan menilai' itu tampak lebih dewasa ketika berbincang seperti ini.

---

Prang!

Wadah makanan itu terjatuh dan menyebabkan isinya berserakan mengotori lantai kafetaria. Di dekatnya Hana yang berdiri dengan kepala tertunduk, menatap makan siangnya yang begitu tragis. Di depan gadis cantik berwajah sayu itu melengganglah dengan santai Ahn Nari dan kedua temannya.

"Mianhae," ujar Nari santai sambil berlalu. Ketiga gadis itu duduk dan mulai menyantap makan siang mereka tanpa rasa bersalah.

Akibatnya, udara kafetaria penuh dengan kasak-kusuk.

"Nari kejam, ya?"

"Tapi itu pantas untuk Son Hana yang sok cantik dan cari perhatian."

Jangmi yang baru keluar dari antrian berjalan cepat menuju Hana. Diikuti Gwang Seon yang khawatir dengan apa yang akan Jangmi lakukan mengingat sedang tidak baiknya hubungan pertemanan dua perempuan itu. Bahkan hampir semua orang di kantin memiliki pemikiran yang sama, bedanya mungkin kebanyakan justru berharap itu terjadi.

"Makanlah punyaku. Aku tidak lapar," kata Jangmi, menyodorkan makan siangnya. Hana terdiam.

"Ppali," tukas Jangmi pelan namun begitu tegas. "Makanlah bersama anak klub basket."

Gwang Seon yang baru sadar akan niat baik Jangmi langsung buka suara. "Kkaja, Hana."

Jangmi melesat pergi kemudian kembali ke kafetaria membawa kain pel tangan.

"Bersihkan makanan yang tadi sengaja kau tumpahkan," kata Jangmi, menyodorkan kain itu tepat di depan wajah Nari. Perilakunya itu menarik banyak atensi yang tadi tertuju pada Hana.

Nari berhenti makan. "Apa kau mau mempermalukanku?"

Jangmi terkekeh. "Dari hati terdalam aku berniat memintamu bertanggung jawab atas kesalahanmu yang entah sengaja atau tidak. Kau menuduhku berniat mempermalukanmu? Nari-ya, saat kau menuduh niat hati seseorang, sesungguhnya kau membicarakan niat hatimu sendiri."

---

Aku tidak pernah marah atau benci padamu.

Aku hanya kecewa ketika kau memilih untuk tinggal kelas daripada naik kelas bersamaku, hanya karena takut hasilnya tidak sesempurna standarmu.

Padahal kau mampu.

Padahal orangtuamu tidak pernah menuntut kesempurnaan semacam itu.

Padahal aku juga sekuat tenaga membantu belajarmu, dan terus meyakinkanmu.

Tapi semua itu tertolak. Itu membuatku merasa tidak berguna sebagai teman dekat.

Lalu pernyataan ketidaksukaanmu terhadap kedekatanku dengan orang-orang mengingatkanku pada masalah pertemanan yang sudah berlalu. Dan aku percaya begitu saja.

Namun ternyata pernyataan itu bohong. Aku sudah mencari banyak bukti.

Mengetahui kenyataan yang demikian, aku semakin merasa buruk, merasa tidak pantas untuk kau anggap sebagai sebagai teman baik. Jeongmal mianhaeyo, Hana-ya...

Jangmi.

Hana terpaku di depan lokernya, menatap chat yang baru selesai ia baca. Jangmi berjalan cepat ke arah Hana dan memeluknya begitu saja.

Air mata Hana meleleh, bersamaan dengan perasaan sedih, senang, dan terharu yang bersatu membuncah.

"Seberapa dekat sih kita? Kau bahkan tidak sadar bahwa wajahku memang sinis, tapi bukan berarti aku sinis betulan, aku diam karena membenci diri sendiri, bukan kamu," kata Jangmi bersungut-sungut sambil melepas pelukan.

"Kau paham betapa sensitifnya aku," Hana tertawa lega. "Omong-omong, aku berterima kasih atas kejadian di kantin tadi."

"Kuharap itu bisa menepis rumor bahwa aku memusuhimu," sahut Jangmi. "Kita hanya saling salah paham. Lain kali terbukalah padaku kalau kau punya beban. Jangan membuatku merasa tidak berguna lagi yang akhirnya membuatku memilih untuk mengambil jarak. Ne?"

Hana dan Jangmi tertawa bersama. Dalam tawanya, Jangmi melempar pandangan ke arah di mana Gwang Seon berdiri, tersenyum padanya.

Kenali pokok masalah, lihat dengan sudut pandang lain, instrospeksi diri, cari waktu dan suasana yang tepat, bicarakan secara terbuka. Kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki yang rusak, meski mungkin pada akhirnya tidak akan sama lagi. Itu wajar, begitulah kata-kata Gwang Seon yang membuat Jangmi bersemangat memperbaiki semuanya.

•••

2025

"Tujuh tahun yang lalu aku mengucapkan mimpiku di sini. Sekarang mimpi-mimpi itu tercapai. Kau ingat?" tanya Jangmi.

"Ne."

Gwang Seon dan Jangmi mengisi libur kerja mereka dengan duduk bersisian di tepi Sungai Han, menikmati pemandangan malam yang ceria.

"Gwang Seon-a ... orang bilang kalau jadi sekretaris pribadi aku mesti tahu banyak hal mengenai CEO-ku. Tapi selama aku bekerja untukmu, dan di luar itu, sebagai teman dekat ... aku merasa kau begitu abu-abu. Aku tidak pernah melihat ekspresimu lebih dari sekadar ceria dan datar. Kau hanya menjalani apa yang diatur untukmu dan tampak tidak memiliki hasrat apa pun. Kau bahkan tampak begitu suka pada basket, tapi ... begitulah. Apa aku tidak sopan jika bertanya seperti itu?" Jangmi mengedipkan mata beberapa kali, berlaku sok manis. Hal yang tujuh tahun lalu Gwang Seon anggap mustahil untuk dilakukan seorang gadis berambut pendek yang tampak begitu keras.

Gadis boyish itu kini tumbuh berkembang menjadi seorang wanita yang begitu anggun. Rambutnya terurai yang sepinggang terkadang menggoda tangan Gwang Seon untuk sekadar menyentuh. Bahkan Jangmi senang menggunakan dress bermotif floral seperti yang kini ia kenakan, padahal dulu ia yang selalu mengutuk gadis-gadis lain saat melakukan hal yang sama.

Gwang Seon tersenyum kecil. "Mulanya aku sangat tertekan mengikuti kemauan orang tuaku. Mereka hanya memintaku melanjutkan posisi ini dan bertanggung jawab sebaik-baiknya. Sederhana namun prakteknya sulit untukku yang tidak menginginkan itu. Aku berusaha patuh dan berharap mendapat karma baik dari perilakuku. Karma baik itu ada. Sesuatu datang dalam hidupku dan membuatku menyukai apa yang kukerjakan."

"Jinjja?" tanya Jangmi, netra kecokelatannya menatap tajam dwimanik Gwang Seon. Dan menimbulkan debaran tersendiri di dada pria yang berusia seperempat abad itu. "Sesuatu apa itu?"

"Sekretaris pribadi yang benar-benar bisa diandalkan, yang cantik dan baik hati."

"Aish!" Jangmi memenyonkan bibir. Itu pujian yang murni untuk seorang pegawai atau dia sedang menggombaliku?

"Kalau kau mengucapkan mimpi itu di sini dan menjadi kenyataan ... apa terdengar konyol jika aku melakukan hal yang sama?" tanya Gwang Seon. "Sudah lama aku memiliki sebuah keinginan yang meski berkali-kali kuredam ... ia selalu muncul ke permukaan."

"Mimpi apa itu?" tanya Jangmi gusar, setengah hati. Pasalnya pikiran Jangmi masih mengolah kalimat Gwang Seon yang membuatnya sedikit terguncang. Tapi pria itu dengan cepat mengalihkan pembicaraan.

"Aku ingin menua dan menemui akhir usia bersamamu," kata Gwang Seon, sorot matanya yang teduh menatap Jangmi lekat.

"Gwang Seon-a...."

"Aku tidak menggombal. Aku menyukaimu sejak pertama kali kita ke sini. Aku ingin kau tahu bagaimana pontang-pantingnya diriku ketika kau beberapa kali mendatangiku untuk menangis dan mencurahkan isi hati mengenai kebrengsekan lelaki yang berbeda-beda. Kau selalu berterus terang. Maka ketika kau selalu bilang padaku 'kau temanku yang paling baik' aku hanya diam dalam patah hatiku dan bertanya-tanya, apakah anggapanmu padaku hanya memang sebatas itu?"

Gwang Seon melepaskan ketakutan yang selama ini menahan dirinya untuk mengungkapkan perasaan. Takut penolakan. Takut Jangmi menolaknya. Takut perasaan yang tidak sejalan itu nantinya menciptakan jarak di antara mereka.

Jangmi meninju dada Gwang Seon. "Kau tahu? Saat aku mencurahkan kekesalan terhadap mantan-mantan pacarku padamu, selalu terlintas harapan kau akan memelukku dan bilang 'Sudahlah, Jangmi-ya. Ada aku yang mencintaimu'. Tapi setelahnya aku selalu mengutuk diri sendiri melihat kenyataan bahwa kau begitu abu-abu. Aku selalu merasa bahwa kau tidak pernah menganggapku lebih dari teman dekat atau sekretaris pribadimu. Karena sikapmu yang pengecut itu aku harus jadi antagonis di kehidupan beberapa orang lelaki," cerocos Jangmi dengan wajah memerah. Wanita itu terlihat sangat kesal.

Setelah mengoceh panjang, Jangmi berdiri. "Geurae! Kali ini, pada kisah cinta seorang Gwang Seon, aku tidak ingin berperan sebagai antagonis! Aku akan membantu Gwang Seon mewujudkan mimpinya yang katanya begitu besar itu!" kata Jangmi berapi-api, kemudian berbalik membelakangi Gwang Seon dan bergegas pergi.

Gengsi dan pengecut-lah yang membuat masing-masing kita selama ini saling menyusahkan perasaan satu sama lain.

Kau memang mawar, Jangmi. Indah namun berduri. Cantik tapi suka melukai. Tapi apa daya? Aku sangat suka mawar. Goresan durinya pada tanganku tidak membuatku berhenti berusaha memetiknya. Akan kusimpan ia dalam vas terindah, dan kurawat sebaik-baiknya.

Gwang Seon berdiri dan mengikuti Jangmi dengan santai. Suasana malam di tepi Sungai Han ini terasa semakin menyenangkan seiring dengan bergesernya kekhawatiran yang mengungkung Gwang Seon, pudar, tergantikan dengan munculnya kebahagiaan.

---


Kau baik-baik saja?

Maafkan aku

Cepatlah

Ayo

Aku benar-benar minta maaf

Ya

Benarkah?

Baiklah

Continue Reading

You'll Also Like

59.7K 1.9K 31
𝙄𝙉 π™’π™ƒπ™„π˜Ύπ™ƒ - 𝙃𝙀 π™’π˜Όπ™Ž 𝙏𝙃𝙀 π™Šπ™‰π™‡π™” 𝙏𝙃𝙄𝙉𝙂 π™Žπ™ƒπ™€ 𝙏𝙍𝙐𝙇𝙔 π˜Ώπ™€π™Žπ™„π™π™€π˜Ώ. Β© 2023 | π™†π™–π™’π™π™π™šπ™‚π™§π™šπ™–π™©
55.1K 176 20
fetish ဖြစ်တာတွေ ချက်ဖြစ်ခဲ့တဲ့ roleplay တွေ α€α€€α€šα€Ία€–α€Όα€…α€Ία€–α€°α€Έα€α€²α€·α€α€¬α€œα€±α€Έα€α€½α€± တချို့က α€€α€­ α€…α€­α€α€Ία€€α€°α€Έα€šα€‰α€Ία€α€¬α€–α€Όα€…α€Ία€žα€œα€­α€― တချို့က α€€α€­ α€α€€α€šα€Ία€œα€―α€•α€Ία€α€»α€„α€Ία€α€¬ တချို့က α€€α€­α€–α€Όα€…α€Ία€α€²α€·α€α€¬α€œ...
33.8K 1.1K 46
bongleni short stories! All of the short stories published in "Fated to Love You" will be transferred here.
171K 666 24
18+ ပါ။ α€…α€±α€¬α€€α€Ία€•α€α€Ία€‘α€²α€œα€­α€―α€Έα€™α€žα€½α€„α€Ία€Έα€α€„α€Ί α€œα€―α€•α€Ία€™α€šα€·α€Ία€Ÿα€¬α€α€½α€± ရေးမှာ။ α€Šα€…α€Ία€Šα€™α€Ία€Έα€…α€¬α€α€½α€±α€•α€«α‹