NALLAN

By adanysalsha

20.5M 1.9M 1M

"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca yaπŸ™†... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
INFO GRUP CHAT
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88.
INFO PENTING!

9

265K 28.7K 4.6K
By adanysalsha








Nalla tak habis pikir melihat tingkah Chelin yang amat membuatnya kesal. Memang kenapa jika dirinya belum mempunyai pasangan? Apa itu dosa? Apa itu urusan Chelin?

Nalla terus menggerutu di dalam hatinya. Ia terus berkomat-kamit memakai nama Chelin di dalam hati. Ia benar-benar kesal melihat dirinya sekarang seperti cewek terbodoh di dunia yang terdiam malu di depan orang yang benar-benar tidak ia kenali.

"dimakan Nal, masa di liat doang, nanti baper loh makanannya."

Cih!

Itu merupakan kata-kata ter-jijik  yang pernah ia dengar dihidupnya ini. Nalla pun berusaha tersenyum di depan Vero.

Ia akui, Vero memiliki wajah tampan di atas rata-rata, memiliki otot kekar layaknya seorang Atlet dan mata tajam yang dapat melemahkan kaum hawa yang melihatnya. Tetapi, Nalla paling benci sama cowok alay.

Cowok ini sangat alay. Setiap gerak-gerik Nalla, cowok itu selalu berkomentar dengan kata-kata jametnya.

"gak usah senyum-senyum gitu, bikin hati aku meleleh." sekali lagi, Nalla ingin mencari kantong plastik. Ayolah, dirinya sudah tidak ingin berlama-lama disini, perutnya mendadak mual.

Nalla mencoba membuka tasnya, mencari ponsel yang mungkin akan menyelamatkan hidupnya dari sini.

"Nalla, kenapa atuh? Nanti makanannya biar aku aja yang bayar, kamu gak perlu repot-repot."

Ya tuhan, Nalla akan mengutuk ketiga temannya yang tega meninggalkan dirinya di sini.

"Gue mau cari ponsel gue."

Setelah Nalla mendapatkan ponsel itu, bukan nomor ketiga temannya yang ia cari, melainkan nomor Alan. Mungkin, Alan akan membantu dirinya sekarang.

"telpon siapa? Ojek? Tenang aja, biar aku yang anterin pulang kamu pulang."

Nalla menggebrak meja membuat Vero terkejut hingga melototkan matanya. "Nalla kesurupan?" tanyanya gemetar.

"Sorry, bisa diam gak? Aku mau telepon orang dulu!"

Vero mengangguk dan meringis.

"Please. Lo bisa ke CAFE Ara jalan sultan gak? Cepetan!" ucap Nalla langsung to the point.

Vero mengerutkan dahinya, ia menjadi bingung melihat tingkah gadis di depannya ini.

"Gak." tolak Alan di sebrang sana.

Nalla meremas gelas yang ia pegang. "Lan, gue butuh elo banget." ucapnya ingin menangis.

"Gue ada kerjaan sedikit nih, emangnya lo kenapa?" tanya Alan yang mulai penasaran.

"Alan, tolong gue. Gue di ganggu sama laki-laki gila. Please, gue perlu bantuan lo!" ucap Nalla yang sudah berkaca-kaca.

Seketika Membuat Vero mendadak terkejut dengan apa yang baru saja Nalla ucapankan di telepon.

"Otw." ucap Alan yang langsung memutuskan sambungan telepon.

"Maksud kamu apa tadi?" tanya Vero sambil mendekatkan wajahnya ke arah Nalla. Dengan gerakan cepat, Nalla langsung mendorong pundak Vero.

"gak ada apa-apa." jawab Nalla dengan santai.

Vero mendadak diam. Ia terus mengingat apa yang cewek ini katakan di telepon tadi kepada seseorang.

Ia tersenyum miring. Berhasil mencerna apa yang cewek ini lakukan tadi. Dengan akal licik, Vero mengeluarkan satu barang di saku celananya.

"Nalla, gue denger lo itu tomboy di sekolah ya?" bisik Vero yang mulai mendekat ke arah Nalla.

Nalla akui, ia memang cewek nakal dan sering membuat masalah di sekolah. Tapi, jika dirinya di perlakukan seperti ini, ia akan sangat takut dan mudah menangis. Terlebih lagi, kakak kandungnya sudah tidak ada. Nalla sudah tidak bisa meminta bantuan padanya.

"kok diem? Atau mau ini, coba dulu ya. Bisa nenangin pikiran loh." demi apa, Nalla melotokan matanya melihat cowok bejat di hadapannya ini menyodorkan satu batang rokok padanya.

"Ambil, ayo. Kamu kan jagoan di sekolah. Masa gak berani sama benda ini." bujuknya sambil terus mendorong benda itu lebih dekat ke arah Nalla.

Nalla masih diam. Berharap seseorang datang menolongnya.

Cowok gila di depannya ini semakin licik. Ia mengambil sebuah korek di sakunya dan segera menyalakan rokok itu.

"ini, coba dulu." bujuknya sekali lagi.

Nalla mengegelengkan kepala. "Gak bisa Ver, Sorry."

"Stttt." Vero berdesis.

Tanpa aba-aba, Vero langsung memaksakan rokok itu masuk ke dalam mulut Nalla. Nalla memundurkan kepalanya mencoba menghindar.

Tetapi, tangan Vero begitu kuat memegang tangannya. Entah kenapa CAFE ini mendadak sepi, Nalla benar-benar ingin mati sekarang.

"Mmm, mppp.." Nalla mencoba menahan mulutnya agar tidak terbuka. Ia benar-benar terjebak oleh laki-laki ini.

Tiba-tiba rokok itu terjatuh ke lantai. Seseorang menepiskan tangan Vero dan langsung menarik kerah baju Vero dengan kasar.

Seketika mata Nalla berbinar.

"barusan ngasih apa?" tanya Alan mencoba mendatarkan suaranya.

Vero menyunggingkan senyumnya. Lalu matanya melihat ke arah Nalla. "Ini yang lo telepon tadi neng?"

Nalla masih membisu gemetar.

"kalo lo ngehargai seorang perempuan, lo gak akan kasih apa yang bisa merusak dia." tekan Alan dengan kembali menarik kembali kerah cowok itu kuat.

"Santai bro, lagian nih cewek katanya tomboy banget di sekolah. Dia juga biduan malam kan..."

"Jaga omongan lo, sampah!"

Bugh!

Vero terhempas ke lantai dan segera memegang Rahangnya yang nyeri akibat tonjokan dari Alan.

Nalla menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia tidak pernah melihat Alan marah seperti ini.

"Lan, udah." Nalla memegang tangan Alan agar tak kembali menghajar Vero. "tuh, banyak yang lihat, Lan." bisik Nalla sambil melihat ke arah sekitar. Para pelayan mendadak heboh melihat tontonan barusan.

"Sekali lagi gue liat lo berani nyentuh nih cewek, hidup lo gak akan tenang! Ingat itu."

Nalla segera menarik Alan menuju keluar dari CAFE ini.





...








Di luar parkiran, Nalla masih terdiam. Matanya terus menatap tangannya yang tergenggam erat oleh tangan Alan.

"Nalla..."

Baru saja ia dan Alan akan masuk ke dalam mobil. Chelin, Dinda dan Ernon mengejarnya dengan wajah bahagia. Entah di mana mereka tadi.

"Gimana? Seru kan? Baik kan dia?" tanya Chelin to the point.

"kok sama kak Alan sih Nal, Vero nya mana?" tanya Ernon berbisik.

Sementara Dinda hanya diam sambil memakan es krim yang mulai mencair.

Nalla diam. Ia benar-benar tidak bisa berkata-kata saat ini.

Gara-gara mereka lah ia menjadi seperti ini, apalagi melihat Alan berkelahi tadi membuatnya merasa kasihan pada laki-laki ini.

"Kenapa Nal?" tanya Chelin yang mencoba mengartikan wajah Nalla yang berbeda dari biasanya.

Begitu pun Dinda dan Ernon yang mendadak bingung melihat Nalla.

"Lo pikir aja sendiri, Chel." Nalla langsung masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan keras.

Alan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan ketiga teman Nalla yang mendadak bisu di tempat.








***








"Dari mana?"

Nalla di buat terkejut ketika baru saja membuka pintu rumah.

Menampilkan om Ardi yang sedang berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Jika sudah begini, Nalla benar-benar menyerahkan semuanya pada Alan, hanya dia yang bijak mengambil kata-Kata.

Nalla terpaksa bersembunyi di belakang Alan saat ini.

"Beli bahan untuk presentasi besok di sekolah, Pa." jawab Alan berbohong.

Ardi berjalan mendekat. "Kenapa harus berdua?"

Kaki Nalla mendadak lemas.

Alan menghela napas. "sekalian beli makanan," ujar Alan datar.

Tangan Nalla mulai berkeringat.

Ardi masih menyipitkan matanya. Mendadak ada perasaan curiga. "Mana makanannya?"

Mampus.

Nalla terus berkomat-kamit untuk berdoa di dalam hati. Semoga saja Alan tidak jujur, jika Alan jujur, Nalla lah yang pertama kali akan terkena batunya.

"Kebetulan habis, Pa. Toko lain juga udah tutup." jawab Alan asal. Alan benar-benar kehabisan akal jika di tanya lagi.

Ardi masih curiga, pandangannya teralih menatap Nalla yang sedari tadi terus menunduk. "Yaudah, masuk. Lain kali kalo mau keluar malam-malam, apalagi bedua kayak gini, sebaiknya lapor dulu ke Papa."

Alan mengangguk. Lalu ia berjalan masuk di ikuti oleh Nalla yang merasa lega.

Sementara Ardi, ia masih mencurigai keduanya yang tampak bertingkah aneh.









***







Baru saja Alan akan masuk ke dalam kamar. Tangannya langsung di tahan oleh Nalla. Alan berbalik dan menatap kesal pada gadis itu. "Kenapa lagi?" tanyanya kesal.

"Makasih. Gue akui lo jago banget berantem, Lan. Apalagi pegang kerahnya dia tadi," ucap Nalla sambil tertawa kecil.

Alan melepaskan tangan Nalla yang masih menggantung di tangannya. "Mendingan lo pergi tidur sana, atau lo mau gue bilang jujur sama bokap gue?"

Nalla menggeleng ketakutan. Ia pun langsung berlari menuju kamarnya yang tidak jauh dari kamar Alan.

Alan pun menghembuskan napas kesal. "nih cewek banyak tingkah bener." ucapnya sendiri, lalu ia segera masuk ke dalam kamar.

Baru saja Alan ingin memejamkan matanya di atas ranjang, suara ketukan pintu membuatnya kembali membuka mata.

Dengan kesal, ia pun langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Alan, di kamar gue..." rengek Nalla yang tiba-tiba memasuki kamar Alan dengan pakaian tidurnya yang bergambar kartun, membuat Alan menatap konyol cewek di hadapannya ini.

"Kenapa?"

"Ada mode terbang!"

Alan menyipitkan matanya. Ia benar-benar gagal paham.

"Gimana kalo kita tukeran kamar, lo di kamar gue, dan gue di sini." ucap Nalla dengan mata berbinar.

"Lo gila ya? Tidur-tidur sana..." Alan mendorong Nalla keluar dari kamarnya. Baru saja Alan ingin menutup pintu kembali, Nalla langsung menahannya.

Kedua tangan Nalla memohon agar Alan mau mengabulkan permintaannya. Tapi, Alan benar-benar tidak mengerti dengan tingkah gadis ini.

"Lo kenapa sih!" tanya Alan sedikit menggertak.

"Di kamar gue ada kecoaaa..." rengek Nalla membuat Alan mendadak cengo.

Baru kali ini Alan melihat cewek nakal di depannya ini takut pada hewan sekecil itu.

"Ck." Alan berdecak kesal.

"Alan, tolongin gue. Geli banget, Lan sama tuh hewan!" adunya pada Alan.

Alan mengacak rambutnya frustasi. "Cepetan! Banyak tingkah banget sih lo."

Baru saja mereka akan memasuki kamar Nalla, seseorang berdeham dari belakang.

Alan dan Nalla berbalik dan di buat kaget dengan kehadiran Papa Alan yang sedang menatap ke arah keduanya. "kenapa, Pa?" tanya Alan menetralkan suasana.

Papanya mendekat. "Sedang apa kalian? Kok belum tidur?" 

Nalla benar-benar membenci situasi ini. "Ini Om, tadi di kamar Nalla ada kecoa. Bener deh om." jelas Nalla sambil meringis.

"Iya Pa, Alan mau cari kecoanya dulu..." baru saja Alan ingin masuk ke dalam kamar Nalla, Ardi segera menahan lengan Alan.

"Kenapa, Pa?" tanya Alan bingung.

"Papa mau tanya sesuatu sama kalian," ucap Ardi dengan serius, membuat Nalla benar-benar di buat gemetar.

"Kalian berdua pacaran?"





__________

FOLLOW IG :

ADANY.SALSHAA
NALLAN.OFFICIAL




Continue Reading

You'll Also Like

13.4M 520K 48
DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA INI YA. KALO YG CAKEP..... YA TETEP GA BOLEH ANJIR! FOLLOW DULU SEBELUM BACA:) Warning! : 1. banyak typo berteba...
3.5M 165K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
3.5K 849 10
"Tunggu sampai gue ngejar lo balik"
19.9K 2.1K 16
Dalam Genre Festival terakhir 2018 kali ini, adalah saat yang tepat untuk menangis, dekatkan kotak tisumu dan siapkan hatimu. Cover by @Rayhidayata