Love Is Miracle [COMPLETED]

By chamomileee_

656K 17.7K 229

Kadang, yang menyukai tak selalu mencintai. Yang mengagumi tak selalu memahami. Yang membenci tak selalu meny... More

Prolog✔
Part 1✔
Part 2✔
Part 3✔
Part 4✔
Part 5✔
Part 6✔
Part 7✔
Part 8✔
Part 9
Part 10✔
Part 11✔
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Epilog
Ucapan Terimakasih
PENGUMUMAN!
Ada Yang Baru!
Info New Story!

Part 39

8.3K 265 2
By chamomileee_

~~~

Sudah dua minggu berlalu sejak kecelakaan yang menimpa Sye dan Reno. Dan sekarang, Sye dapat menghirup udara luar tanpa harus mencium bau obat-obatan tiap menitnya. Sye berjalan menuju meja belajarnya. Tangannya meraih sebuah pigura fotonya dengan Reno ketika mereka berlibur bersama ke Padang tahun lalu. Rasanya baru kemarin mereka menghabiskan waktu bersama. Dan kini semua itu hanya bisa menjadi kenangan ketika kerinduan memasuki celah kehampaan.

Tanpa Sye sadari, beberapa tetes air mata mulai keluar dari pelupuk matanya. Hatinya belum sepenuhnya merelakan Reno yang begitu saja pergi meninggalkan berjuta kenangan manis bersamanya. Sye tersenyum getir ketika memorinya kembali memutar kebersamaannya dengan Reno. Sye membuyarkan lamunannya, tak mau lebih terperosok dalam pahitnya kenyataan yang menimpanya. Sye kembali meletakkan pigura foto itu dan beranjak dari tempatnya lalu berjalan keluar kamar menuju lantai satu untuk menemui Sarah.

“Mami, Sye ijin keluar sebentar ya. Mau cari udara seger di luar,” pamit Sye pada Sarah yang sedang menonton televisi bersama Romy dan Carlos.

“Mau abang temenin nggak?” tanya Carlos menawarkan diri.

“Nggak usah, Bang. Sye bisa sendiri kok,” tolak Sye secara halus kemudian berjalan menuju keluar rumahnya.

Sye duduk di gazebo yang ada di taman rumahnya. Matanya mengedar ke sekeliling taman yang sudah dua minggu tidak dilihatnya. Beberapa menit setelah Sye ada di taman rumahnya, tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang lebih dewasa darinya, keluar dari sebuah taksi. Perempuan itu berlari kecil memasuki gerbang rumah Sye dan berhenti sejenak ketika melihat Sye di taman itu, lalu melemparkan senyum lebarnya ke arah Sye.

“Hai, Syeila! How are you?” sapa Tresya yang kembali berlari kecil menghampiri Sye.

Sye merentangkan tangannya lebar-lebar, siap untuk memeluk perempuan yang sudah lama tidak ia jumpai. “Kak Tresya! I’m fine. Kak Tresya kesini kok nggak bilang-bilang? Bang Carlos tau nggak?” tanya Sye antusias.

Tresya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Memberi isyarat supaya Sye tidak terlebih dulu memberitahu Carlos akan kehadirannya. “Kamu jangan bilang-bilang dulu, ya. Kakak bilangnya hari ini mau berangkat ke Filipina. Jadi, Bang Carlos nggak tau kalo kakak mau ke sini,” jelas Tresya disertai senyuman kecil di wajahnya.

Sye menganggukkan kepalanya mengerti atas apa yang Tresya jelaskan. “Terus, Kak Tresya mau masuk sekarang atau ada rencana lain?” tanya Sye berusaha membantu melancarkan mission yang ia buat untuk mengerjai Carlos.

“Emmm, kita masuk sekarang aja, yuk! Tapi kamu masuk duluan ya,” pesan Tresya sebelum mereka masuk ke dalam rumah.

Sye mengacungkan ibu jarinya lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan masuk menuju rumahnya. “Bang, ada yang nyari di luar,”

“Iya, tau. Kak Tresya ‘kan?”

Seketika Sye menoleh ke arah Carlos yang sudah mengetahui bahwa Tresya ada di sana. “Kok abang tau?” tanya Sye bingung.

Carlos tersenyum miring ke arah Sye lalu berjalan menuju luar rumah untuk menemui kekasihnya. Sesampainya Carlos di ambang pintu rumahnya, ia menyenderkan tubuhnya ke gawang pintu rumahnya lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Lain kali, kalo mau bohong, dimatiin dulu hapenya, Neng. Biar nggak bisa Abang lacak,”

Tresya menoleh ke arah Carlos dengan wajah bingung sekaligus menyadari kebodohannya. “Kamu lacak aku?” tanya Tresya.

“Iya, kenapa? Ayo jadi ke Filipina nggak? Sama aku ayo!” ledek Carlos seraya menggandeng tangan Tresya.

Tresya mendengus kasar karena merasa kesal dengan Carlos yang sudah mengagalkan rencananya. “Kamu jangan main lacak-lacakan dong,”

“Aku kan belajar dari kamu, anak panda,” kekeh Carlos seraya mengacak pucuk kepala Tresya.

“Enak aja anak panda. Emang aku gendut apa?”

“Mending aku bilang anak panda apa anak kadal?” ledek Carlos seraya menaikkan satu alisnya.

“Carlos!”

“Ya udah ayo masuk,” ajak Carlos.

♦♦♦

Setelah makan malam selesai, Sye mengantarkan Tresya yang akan pulang sampai ke depan. “Hati-hati ya, Kak. Sering-sering main ke sini buat nemenin aku. Asal jangan sering-sering main sama Bang Carlos aja, nanti auranya jadi ikutan negatif kayak dia,” ucap Sye pada Tresya.

“Heh ngomong apa kamu? Awas ya, kalo minta anterin beli marshmellow,” ancam Carlos.

Tresya tertawa kecil melihat tingkah kakak beradik yang sangat ia sayangi itu. “Udah-udah. Sye, kamu jaga kesehatan ya. Cepet sembuh, jangan kecapean. Kalo kamu udah sembuh, nanti aku ajak jalan-jalan sama Carlos. Gratis,” tutur Tresya antusias.

“Yes! Akhirnya hambamu ini bisa berhemat walaupun hanya sekali,” ucap Carlos seraya mengangkat tangannya seolah berdoa.

“Ih kata siapa? Yang bayar tetep kamu lah,” ujar Tresya membenarkan. “Emang kamu mau, di omong sama orang-orang ‘Eh liat tuh, masa pacaran ceweknya yang bayarin’. Mau di omong kayak gitu?”

Carlos menepuk jidatnya pasrah. “Iya udah terserah deh terserah. Ya udah sana pulang. Udah ditunggu tuh sama supir kamu. Udah malem juga, nggak baik,” tutur Carlos sok bijak.

“Ya udah, aku balik dulu ya. See you soon all!

Setelah memastikan bahwa Tresya benar-benar sudah pergi, Sye dan Carlos kembali berjalan masuk menuju rumahnya. Namun, sesampainya Sye di ambang pintu, telinganya menangkap suara mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Sye sangat mengenali mobil itu. Mobil berawarna biru metalic milik Qilla itu, kini sudah terpakir rapi di depan rumahnya.

“Hai, Sye!” seru Una yang kemudian berlari menuju Sye lalu memeluknya. “Lo bener udah sembuh ‘kan? Sorry ya, gue cuma bisa nengokin lo beberapa kali doang di rumah sakit,” ucap Una meminta maaf.

“Gimana kabar lo, Sye? Udah mendingan kan?” tanya Qilla seraya memeluk Sye.

Sye mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaan kedua sahabatnya itu. “Ya udah ayo masuk, jangan di luar gini.” ajak Sye yang kemudian berjalan mendahului Una dan Qilla yang mengekor di belakangnya.

Seperti biasa, Sye mengajak Una dan Qilla ke ruang keluarganya untuk sekedar berbincang atau menonton film bersama. “Kalian mau kesini kok nggak ngomong-ngomong?” tanya Sye seraya merapikan macbook-nya.

“Biar surprise kata Qilla,” balas Una yang sudah mulai memakan cemilan yang ada di meja dekat sofa.

Sye memutarkan bola matanya malas mendengar itu. “Surprise banget sih tapi,”

Tanpa mereka sadari, sudah hampir setengah jam mereka berbincang-bincang membicarakan hal-hal konyol yang menurut mereka asyik untuk di perbincangkan. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu rumahnya. Sye berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya. Seketika Sye terkejut ketika melihat bahwa Faldo yang datang kerumahnya. Tapi, kali ini Faldo tak sendiri. Kali ini, ia juga membawa Rey dan Bisma yang ada di belakangnya.

“Masuk, Kak.” ucap Sye mempersilakan.

Sye berjalan mendahului Faldo dan teman-temannya. Sesampainya mereka di ruang keluarga, Una dan Qilla yang melihat bahwa ada Faldo, Rey, dan Bisma pun membulatkan matanya sempurna. Percaya tak percaya bahwa kini tiga laki-laki tampan di sekolahnya ada di depan matanya.

“Ada apa, Kak?” tanya Sye pada Faldo yang kini duduk di depannya.

“Faldo udah cerita semua ke kita tentang kalian berdua. Kalo emang kalian saling nyaman, kita juga seneng kok. Jadi, mulai sekarang kalo lo ada unek-unek yang mau lo sampein ke kita tentang Faldo, lo bilang aja. Siapa tau kita bisa bantu,” ucap Bisma.

“Iya, Kak.”

“Oh iya, lo gimana? Udah baikan?” tanya Rey.

“Udah mendingan kok, Kak,”

“Do, kok lo nggak ngomong apa-apa?” ledek Bisma yang diikuti gelak tawa dari teman-temannya.

“Rese lo.” tukas Faldo seraya melemparkan tatapan sinis ke arah Rey. Kemudian pandangannya beralih pada gadis yang ada di depannya. Semburat senyum terukir di wajah Faldo yang ditujukan pada Sye.

Sye yang melihat itu pun membalas senyuman itu. “Aku bikinin minum dulu ya sebentar,” ujar Sye yang kemudian beranjak dari tempatnya. Belum sempat Sye melangkahkan kakinya ke dapur, Faldo sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. “Gue ikut,”

“Tau deh yang mau berduaan,” sindir Qilla tanpa melirik melirik sedikitpun ke mereka berdua yang diikuti suara tawa kecil dari Una, Rey, dan Bisma.

“Rese lo semua.”

~~~

Rafifah Taqiyah & Septiranny Rizqika

Follow ig : rafifahranny.ofc

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 205K 80
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!] Cerita pertama jadi masih banyak kesalahan! (Udah tamat! Tapi males nge revisi! Wajar kalo masih banyak typo) Samudr...
6.7M 407K 80
by. Saltedcakes_ WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! [Maapkan jika masih banyak salah penulisan, masih proses belajar nulis] - Di wattpad gak ku revisi. ...
74.5K 4.6K 66
(PART BELUM DIHAPUS!) [ HARAP DI FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. KARNA, ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVAT. ] Dia Areetha, Gadis yang dulunya periang menj...
10.4K 318 31
"To the point aja, kenapa lo nyuruh gue ke sini?" "Karna lo minta to the point, ya udah. Gue mau lo jadi pacar gue. " Bagi seorang...