Mas Tua!!-30

12K 975 49
                                    

"Hargai selagi bersama. Lihat selagi bersama dan berikan semua rasa bahagia selagi bersama sebelum kehilangan."


👌👌👌👌


Operasi telah berjalan lancar, sekarang Bagus sedang berada kamar rawat inap. Alhamdulillah, ditempat Ayah-nya Neneng bekerja stok golongan darah AB+ masih tersedia. Bagus masih belum sadarkan diri setelah operasi tadi. Operasi lututnya karena mengalami keretakan serta beberapa jahitan dikepala. Onah duduk di samping brangkar tempat Bagus berbaring sambil membaca Al-Quran, Onah masih belum mengetahui penyebab Bagus seperti ini, ia juga mendengar kabar bahwa Bima masuk rumah sakit dengan darah bercucuran, hari ini banyak kejadian yang membuat kampus heboh. Onah berharap semoga Bagus dan Bima bisa selamat dan sehat seperti sediakala.

Cklek

Dito membuka pintu kamar rawat Papinya. Air matanya turun kembali. Disaat seperti ini ia kecewa atas dirinya sendiri karena tidak berguna ketika Papinya membutuhkan. Bagus memang tidak pernah mengatakan bahwa ia bukan anak Bagus, Bagus sangat menyayangi nya dan hanya sekali menyakiti nya. Bahkan Bagus rela sampai detik ini belum menikah sebab dirinya juga. Andai bisa digantikan ia ingin mengantikan Bagus yang terbaring tidak berdaya itu, dirinya juga senang jika tidak bisa diselamatkan pasti ia bisa bertemu Maminya. Menghapus air matanya, Dito berjalan menuju brangkar Bagus, ia berdiri disamping Onah sedangkan Onah masih fokus dengan membaca Al-Quran.

"Papi. Tolong bangun, Dito mau berdebat sama Papi, Dito kangen Papi. Dito janji kalau Papi bangun Dito bakal ikut nge-gym atau olahraga yang lainnya." Mohon Dito dalam hati berharap Papi nya mendengar dan merasakan.

Onah selesai membaca Al-Quran nya dan beralih ke arah Dito. "Sudah selesai Dit?"

Dito mengangguk.

"Kalau gitu kamu istirahat di sofa sana. Biar saya yang menemani Papi kamu." Ucap Onah ketika melihat Dito seperti kelelahan.

Dito menggeleng.

"Jangan buat Papi mu sedih. Sekarang kalau mau saya jadi Ibu mu tolong istirahat." Pintar Onah.

Tanpa menjawab Dito berjalan menuju sofa dan membaringkan dirinya, karena terlalu banyak menangis akhirnya matanya terpejam. Onah yang melihat Dito sudah terlelap bergegas menuju kamar mandi, ternyata sudah pukul 10 malam. Setelah dari kamar mandi Onah melihat dan memperhatikan wajah Bagus. Ternyata jika sedang terlelap seperti ini wajahnya seperti bayi, nyaman dilihat nya.

Eunghh

Ketika Onah sedang merapikan selimut Bagus tiba-tiba ada suara leguhan, Onah melirik ke arah mata Bagus dan berkedut-kedut setelah memperhatikan lamat-lamat mata itu terbuka.

"Mas ganteng udah sadar?" Tanya Onah dengan jarak yang begitu dekat karena reflek nya.

Mata Bagus bergerak-gerak kesana-kesini. Sampai mata Bagus melihat manik mata Onah. Onah yang dilihat seperti itu jadi salah tingkah dan setelah mengetahui bahwa jaraknya sangat dekat akhirnya Onah memundurkan dirinya.

Sssst

Bagus meringis kesakitan.

"Mas kenapa? Ada yang sakit?" Ucap Onah khawatir.

"Siapa kamu?" Tanya Bagus memperhatikan Onah.

"Hah? Saya Markonah Juniwati atau yang sering dipanggil Onah, yang Mas ganteng lamar seminggu yang lalu ditoilet?"

Bagus memegangi kepala nya yang berdenyut. "Lamar? Onah?"

Onah mengangguk cepat. "Iya, waktu itu Mas kan ngajakin jalan terus pas jam 9 atau jam 10 malam Mas bawa Onah kedepan toilet terus Mas kasih cincin." Onah menunjukan tangan kirinya yang tersemat cincin pemberian Bagus. "Ini cincin dari Mas pas waktu ngelamar Onah."

"Saya gak ingat."

Onah langsung menangis kencang sampai Bagus terkejut dan Dito tebangun dari tidurnya.

"Kenapa bu?" Tanya Dito sambil mengusap-ngusap matanya berjalan ke arah Onah.

"Masa Papi kamu anemia dito," Ucap Onah disela-sela tangisnya.

"Anemia?" Dito melirik kearah Bagus setelah itu melihat Onah yang masih bercucuran air mata. "Bukannya tadi Papi udah transfusi darah banyak ya bu. Kok bisa?"

Onah berusaha menghentikan tangisnya. "Ih, bukan kurang darah Dito tapi itu lho anemia yang hilang ingatan."

Dito menggaruk rambutnya karena gatal. "Itu bukan anemia bu. Tapi, amnesia." Jelas Dito

Onah diam. "Udah gantikah?"

"Apanya?"

"Nama penyakit nya?"

Dito tidak menjawab melainkan berjalan kearah sofa untuk melanjutkan tidurnya sebab dirinya sangat mengantuk. Onah masih menghapus air matanya dan mengelap ingusnya dengan baju yang digunakan. Tindakan itu membuat Bagus jijik.

"Jorok banget. Pakai tisu." Perintah Bagus.

Onah tidak mengidahkan perintah Bagus, "Mas jangan amnesia dong. Masa baru lamar udh amnesia, padahal kan Onah belum jawab apa-apa."

"Emang nya dirimu belum menjawab?"

Onah menggeleng.

"Iya udah berarti saya memang belum melamar kamu. Jadi kamu jangan ngaku-ngaku bahkan sampai nangis seperti itu." Lanjut Bagus.

"Padahal waktu itu saya udah mau jawab tapi, gak jadi karena ada sesuatu. Andai aja Mas ingat, hari ini saya mau jawab iya atas lamaran Mas tapi-" Kalimat Onah terpotong.

"Ayo kita ke KUA." Ajak Bagus sambil lagi bangkit dari berbaring nya.

"KUA?"

"Iya. Kita nikah. Lagi pula saya baik-baik saja. Berarti besok setelah subuh kita harus nikah titik gak usah dikoma." Seru Bagus.






Tbc

Publish, 2 Desember 2020

Salam sayang

Nur Apni


Mas Tua!! (SELESAI-Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang