Mas Tua!!-20

12.8K 1K 45
                                    

Mas ganteng hadir....


Selamat membaca...


🙂🙂🙂🙂




"Papi kemana bu?"

"Kamar mandi."

"Lah? Belum selesai juga?"

Onah mengangkat bahunya. "Emang kalau dikamar mandi ngapain aja sampai lama gitu dek?" Tanya Onah penasaran.

"Dito gak tau bu. Setau Dito kalau dikamar mandi ya mandi."

"Tapi Papi mu udah kayak ular, ssshh terus, ahh kaya gitu."

Dito terbahak. "Mungkin Papi lagi main sama gayung bu."

Onah masih menggerutu tidak jelas sampai pintu kamar mandi rumah nya terbuka dan menampilkan sosok Bagus.

"Puas Pi?"

"Lumayan." Balas Bagus.

Onah masih memandang Bagus, Onah baru teringat dan baru tahu ternyata oh ternyata yang dikatakan Dito benar, Bagus tadi memang sedang 'bermain' sama gayung. Onah terkikik mengingat itu, sedangkan Bagus memasang wajah datarnya.

"Enak Mas main sama gayung?" Kata Onah dengan menekan kata 'main'

"Kata siapa sama gayung?" Tanya Bagus.

"Kata Dito." Onah menunjuk Dito

"Nih," Bagus memberikan uang yang paling disukai orang Indonesia apa lagi melihat senyum Pak Soekarno-Hatta.

"Buat apa?" Tanya Onah bingung.

"Beli sabun."

Setelah mengatakan itu Bagus berjalan meninggalkan dua orang berbeda jenis dengan pikiran yang berbeda juga. Dito tertawa terbahak memegang perutnya sampai keluar air mata. Onah malah tersenyum lebar lumayan harga sabun 5 ribu masih ada sisa 95 ribu, bisa beli ayam Ipin lagi.

"Dit, ayo kita pulang kerjaan Papi banyak banget."

"Papi duluan aja. Dito mau nemenin Ibu beli sabun," Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Bagus mengangguk. "Saya pulang dulu, titip Dito kalau nakal ketekin aja." Pesannya untuk Onah.

Onah mendengus, mendengar kata ketekin membuat ia teringat kejadian tadi dimana dengan seenak jidatnya Bagus membuat ia meninggal dengan keadaan masih perawan. Kan kasihan jodohnya kelak mencari-cari Onah padahal sudah tidak ada.

****

Seperti biasa Onah sudah kembali ke aktifitas nya setiap hari yaitu jadi pelayan di kedai Mang Ujang, hari ini hari senin dari tadi pagi Onah sudah sibuk melayani pembeli. Pabrik bersyukur kerja disini karena memang pelanggannya banyak bukan dari kalangan mahasiswa, dosen saja melainkan orang luar.

"Mbak Onah, saya seperti biasa ya,"

Onah tersenyum. "Iya Pak Bima tunggu ya."

Bima menggangguk dan tersenyum, senyum nya bikin candu untuk Onah.

"Mbak Onah sedang sibuk gak?" Tanya Bima.

"Kenapa emang Pak?"

"Saya mau minta temani makan, sekalian ada yang ingin saya bicarakan."

"Oke. Nanti Onah temani Pak Bima."

Bima tertawa dengan ekspresi Onah, setelah Bima duduk dengan tenang Onah mulai menyiapkan pesanan Bima. Saat sudah siap Onah membawa pesanan Bima dan duduk bersama Bima. Onah dan Bima mengobrol asik dan terlihat begitu seru, gelak tawa mereka sampai menular ke meja-meja sebelah Onah dan Bima. Entah apa yang lucu Onah terlihat begitu bahagia didekat Bima.

"Yang belum mahram tidak boleh berduaan, nanti ada setan."

Onah dan Bima berhenti berbicara sebab mereka terkejut melihat Bagus yang tiba-tiba duduk tanpa izin.

"Pak Bima nggak ada kelas? Bukannya sudah waktunya mengajar?"

"I-iya Pak Bagus sebentar lagi, masih 15 menit lagi." Jawab Bima gugup sebab tatapan Bagus yang begitu menusuk.

"Dari kantin ini sampai ruang dosen jaraknya 10 menit itupun kalau jalannya lurus aja, tapi kalau jalannya berhenti-henti terus bisa-bisa lebih dari 10 atau 15 menit. Nggak ada niatan untuk siap-siap sekarang?"

Onah bergeming memperhatikan Bagus dan Bima, mereka terlihat seperti musuh, sedangkan Bagus dari tadi selalu mengusir Bima dengan berbagai cara halus.

"Tapi, saya mau bicara sama Onah Pak,"

Bagus menghela nafasnya. "Bukan kah dari tadi kalian sudah bicara bahkan Onah sampai tertawa."

"Emmm. Pak Bima dan Pak Bagus, Onah permisi dulu ya mau melayani lagi." Ucap Onah berlalu meninggal mereka berdua. Onah takut bakal ada perang antara power rangers dan Ultraman.

Sedangkan sepeninggalan Onah, baik Bagus dan Bima sama-sama bergeming dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Pak, saya keruang dosen duluan ya," Izin Bima

Bagus mengangguk. "Tadi aja saya suruh gak mau, pas ditinggal Onah baru pergi." Sindrinya.

"Kalau gitu saya permisi Pak." Bima tidak menjawab sindiran Bagus, ia mau cari aman.

"Tunggu, Bima!" Bima berhenti setelah Bagus memanggil.

"She is mine."

Bima menggangguk meng'iya'kan lalu berjalan meningggalkan Bagus, bukannya ia takut dengan Bagus cuma ia hanya menghormati Bagus saja karena Bagus pernah menjadi kating nya.

"Ini pesanan Pak Bagus."

"Mas." Koreksinya.

"Iya ini pesanan Mas ganteng," Onah meletakkan pesanan Bagus di hadapan Bagus.

"Duduk." Perintahnya.

"Tapi, Onah lagi banyak pesanan Mas, nanti aja ya." Tawarnya.

"Jangan lama."

Onah tersenyum dan berlalu meninggalkan Bagus. Setelah melayani nya selesai Onah kembali ke meja Bagus sebab dari tadi Bagus belum beranjak dari kursinya.

"Kok belum dimakan Mas?" Tanya Onah ketika melihat Bakso dirangkul masih utuh.

"Suapin."

"Ck. Gak mau. Ini buka rumah, Mas Bagus gak bisa seenaknya kayak gini sama Onah."

Bagus bergeming menatap Onah dengan datar. Onah yang ditatap seperti itu menjadi takut karena tatapan nya tajam.

"Saya nggak suka kamu tertawa karena Bima. Cukup dengan saya aja."








Tbc


Publish, 20 November 2020

Salam sayang

Nur apni

Mas Tua!! (SELESAI-Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang