39.

1K 88 16
                                    

Kamis pertama di bulan November.

Sekarang Gi tengah berjalan di sebuah taman kecil di dekat perpustakaan tempatnya bekerja. Ia merapatkan jaket sementara orang di sampingnya malah terang-terangan membuka semua kancing jaketnya dan memperlihatkan kaus abu-abu dari balik jaket. Harry memang selalu kuat dingin, entah apa alasannya, Gi juga tidak tahu. Mungkin dia sudah terbiasa.

Mereka tidak berdua saja hari ini, Gi dan Harry ditemani juga oleh Neo. Harry yang membawa Neo dan menjemput Gi di perpustakaan. Katanya sih mau makan siang bersama di taman. Gi setuju saja, sudah lama juga ia tak mengunjungi taman kecil itu. Walaupun angin sedikit tidak bersahabat hari itu, Gi berusaha mengabaikannya dengan melihat begitu antusiasnya Harry untuk datang ke taman itu dengan Gi.

"Kau jarang ke tempat ini?" Harry memasukkan tangan kirinya ke saku jaket dan tangan satunya memegangi tali yang terikat di leher Neo.

Gi mengangguk. "Dulu sering, akhir-akhir ini sih jarang. Kenapa kau tiba-tiba mengajakku makan di sini? Tumben sekali."

"Aku mau mengajak Neo keluar flatmu. Bisa-bisa dia gila kalau kau terus mengurungnya di dalam gedung itu," ujar Harry. "Lagipula, aku ingin memamerkan hasil karyaku untukmu. Masih segar lho, aku baru buat tadi pagi."

"Apa tuh?" tanya Gi dengan kedua alis terangkat.

"Nanti saja kau lihat kalau kita sudah dapat tempat duduk." jawab Harry sambil mengulum senyum sehingga kedua lesung pipinya terlihat.

Gi hanya balas tersenyum dan mengangguk-angguk. Menatap Harry sudah menjadi hobi baru Gi sekarang. Gi hafal betul letak lesung pipi Harry kalau laki-laki itu tersenyum lebar. Di mata Gi, wajah Harry masih menakjubkan walau dihiasi perban di hidung.

Neo menuntun mereka menyusuri jalan setapak di taman itu lalu berhenti sebentar. Harry dan Gi melempar pandangan tanya ke satu sama lain lalu Harry menarik anjing itu ke arah bangku taman terdekat. Harry duduk duluan lalu baru Gi yang duduk.

"Mau pamer apa sih?" Gi mulai penasaran dan mencoba mengintip ransel kecil Harry saat Harry membuka resleting tasnya dan mencari-cari sesuatu.

"Tunggu," Harry mengeluarkan dua potong sandwich yang terbungkus plastik. "Tadaaa! Sandwich isi daging untuk Gina!"

Tawa Gi keluar dari mulutnya dan ia berusaha menutupi dengan kedua tangannya. "Ya ampun, Harry, hanya sandwich saja kau bangganya bukan main."

"Ya ampun, Gina, kau belum mencobanya, aku yakin kau bakal menyesal pernah berkata seperti itu." balas Harry dengan menirukan nada suara Gi.

Harry menyerahkan sepotong sandwich untuk Gi dan mengambil untuknya. Neo memperhatikan mereka berdua dengan seksama. Kelihatannya Neo iri karena tidak diberi makanan serupa dengan Gi maupun Harry.

"Apa isinya?" tanya Gi sambil membuka plastik sandwich itu. "Daging?"

"Yap, kau suka kan?"

"Suka kok." Kemudian Gi menggigit sandwich buatan Harry dan mengunyahnya. Gi menyesali ucapannya pada Harry karena hasil karya Harry itu memang enak. Tidak terlalu asin atau hambar, semuanya terasa pas di dalam mulut Gi.

"Bagaimana? Enak kan?" Harry menaik-naikkan alisnya dengan tampang menggoda Gi.

Gi mengangkat kedua tangannya. "Oke, aku mengaku kalah. Ini memang enak."

Wajah Harry langsung terlihat lebih cerah. Ia menepuk-nepuk dadanya dengan bangga. "Tuh, kubilang juga apa, buatan Styles memang tidak pernah mengecewakan."

"Tapi..." ucap Gi tiba-tiba.

Harry mengerutkan alisnya bingung. "Tapi apa?"

"Tapi sepertinya masih lebih enak buatanku." jawab Gi iseng. Ia sengaja berkata seperti itu karena ia senang melihat ekspresi wajah Harry yang akan tidak senang dan merasa tersaingi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now