22.

1K 106 26
                                    

"Ayah?"

Telinga Ayah Gi menangkap suara Gi yang tidak terlalu nyaring namun masih saja bisa terdengar. Gi menutup mulut dengan kedua tangannya dan menautkan kedua alisnya. Ia masih bingung kenapa ada ayahnya di tempat itu, padahal setahu Gi, ayahnya masih berada di Indonesia bersama ibu dan adiknya.

Ayah Gi berjalan menuju meja Gi dan Harry. Gi memasang senyumnya tanpa mengalihkan pandangannya dari sang ayah. "Harry, jangan bicara apapun soal Mike ya. Kalau bisa kau diam saja." bisik Gi sedikit panik.

Harry menaikkan kedua alisnya tapi tetap diam dan akhirnya mengerti dengan permintaan Gi.

"Gi, suatu kejutan bisa bertemu denganmu di sini." ujar ayah Gi saat sampai di meja mereka.

Gi sedang tidak ingin bertemu dengan keluarganya, walaupun sebenarnya dia sangat merindukan mereka. Namun tidak, Gi tidak ingin bertemu keluarganya, tidak dengan adanya Harry di sampingnya. "Ya, kupikir kau sedang berada di Indonesia bersama ibu dan Tia?" tanya Gi masih menyunggingkan senyum.

"Well, Ayah baru saja sampai dua hari yang lalu dan rencananya akan bertemu denganmu sore ini. Rupanya Ayah bisa bertemu lebih awal denganmu." tutur ayah Gi yang kemudian mengamati Harry dari tempatnya berdiri.

Gi memahami pandangan ayah Gi yang menilai Harry dari atas sampai bawah dan langsung memperkenalkan Harry pada ayahnya.

"Ayah, ini Harry. Harry, ini ayahku."

Harry mengulurkan tangannya dengan sopan dan ayah Gi menyambutnya dengan senyuman, tapi Gi sadar, itu adalah senyum palsu. Ayahnya memang pintar berpura-pura.

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda." sapa Harry dengan sopan. Namun ayah Gi hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku tidak pernah tahu ayah menyukai masakan khas Meksiko." celetuk Gi untuk menghentikan kecanggungan di antara mereka.

"Ayah akan bertemu dengan seorang teman di sini, hanya info saja, dia pemilik restoran ini, dan hendak menjualnya kepada Ayah," jawab Ayah Gi. "Boleh aku duduk sini?"

Gi dan Harry mempersilahkan laki-laki itu duduk di antara mereka. Harry terlihat sedikit tegang tapi ia berusaha menutupinya. Saat minumannya datang, ia menggenggam erat gelasnya dan meminumnya sesekali. Gi bisa melihat Harry sedang gelisah.

"Memang restoran Ayah yang ada di Mayfair belum cukup?"

"Itu kan restoran bersama, bukan restoran milik Ayah. Kalau yang ini, memang Ayah yang mau beli untuk usaha pribadi." jawab Ayah Gi tanpa sedikit pun menghiraukan Harry. "Cukup dengan cerita soal Ayah, so, bagaimana dengan kehidupanmu?"

Gi mulai ikut gelisah dan bingung menjawab pertanyaan ayahnya. Ia membasahi bibir bawahnya lalu menghembuskan napas dengan panjang dan berkata, "Semuanya berjalan lancar."

Gi memutuskan untuk berbohong dan ia mulai menyesalinya. Dia bukan orang yang pandai dan biasa berbohong, tapi daripada ia harus menceritakan semua hal yang sudah terjadi di hidupnya kepada Ayahnya itu, Gi lebih memilih untuk berbohong.

"Kau yakin semuanya berjalan lancar?" tanya Ayah Gi lalu melirik Harry sebentar dan kembali menatap Gi.

"Seratus persen yakin, Ayah." kata Gi yakin.

"Bagaimana dengan kabar Mike? Kalian masih bersama bukan?" tanya Ayah Gi sambil melirik Harry untuk kedua kalinya.

Gi terdiam, "Kami baik-baik saja dan ya, kami masih bersama." Gi memandang Harry dan Harry mengernyitkan dahinya bingung.

"Kalau begitu, kenapa tadi malam Mike menelepon Ayah dan meminta maaf? Bisa kau jelaskan itu, Gina?" tanya Ayah Gi dengan nada curiga.

Gi memejamkan matanya. Gi sudah memblok semua kontak yang bisa dihubungi Mike agar ia bisa cepat lupa dengan pria itu tapi sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa Mike akan menghubungi ayahnya. Gi tidak pernah menyangka akan hal itu.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang