62.

498 64 7
                                    

sebelum mulai baca, trailernya udah ada di part 61 sama part 1 ya :)

-------------------------------

Sudah seminggu Harry menginap di flat Gi.

Karena ini hari terakhir Harry di sana, ia memutuskan untuk tidak pergi ke mana-mana hari itu. Alasan lainnya adalah besok Harry akan pergi ke luar negeri untuk menghadiri acara-acara penghargaan. Masalahnya bukan hanya satu negara, tapi ada lebih dari satu negara. Jelas hal itu akan membuatnya meninggalkan Gi lebih lama.

Sore itu, Gi dan Harry duduk begitu dekat di sofa depan televisi. Sejak pagi, mereka belum meninggalkan sofa tersebut kecuali untuk ke kamar mandi dan makan siang. Musim dingin memang membuat mereka tidak ingin bepergian keluar rumah. Lagipula Gi juga belum mau dilihat oleh para paparazzi yang bolak-balik di depan rumahnya.

Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Harry mengerang dan melepaskan rangkulannya dari tubuh Gi lalu membuka pintu. Kedengarannya orang di balik pintu itu begitu tidak sabar. Ketukannya di pintu semakin keras dan membuat Harry menggerutu.

"Bisakah kau bersabar sebentar?" keluh Harry pada tamunya.

Tia menyunggingkan senyum lebar. "Ya ampun, aku hanya tidak sabar untuk kembali ke rumahku lagi."

Harry melirik orang di samping Tia. Seharusnya Harry sudah biasa melihat pemandangan ini. Tia selama ini menghabiskan waktunya dengan Niall dan tentunya hal itu membuat mereka semakin akrab. Harry hanya belum bisa menyesuaikan dengan kedekatan mereka yang masih baru.

"Hai, Harry," sapa Niall. "Hari yang santai untukmu?"

Harry menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Tentu, kau?"

"Been a good day too. Di mana Gi?"

Tepat saat Niall menyelesaikan ucapannya, Gi sudah menyusul Harry ke pintu flatnya. Matanya berbinar-binar melihat siapa yang datang. "Aku lupa kalau kalian akan datang!" seru Gi sebelum memeluk adiknya.

"Aku merindukanmu. Bagaimana kabarmu?" Tia melepaskan pelukannya. Raut wajahnya cerah seolah belum bertemu Gi sejak lama. Berbeda sekali dengan saat Gi masih dekat dengan Mike. Tia tidak pernah terlihat begitu ceria kala itu, selalu khawatir dengan kakaknya.

"Tidak pernah sesenang ini sebelumnya," Gi menarik adiknya masuk ke dalam flat. "Aku perlu bicara dengan kalian."

Harry hendak menutup pintu flat setelah Niall masuk. Namun ada yang menahan pintu tersebut untuk tetap terbuka.

"Ijinkan aku masuk, Styles." ucap pria yang menahan.

Harry mengerutkan alisnya dan membuka pintu lebih lebar. Ia pun bernapas lega saat melihat siapa yang datang. "Aku tidak tahu kalau kau juga ingin datang ke sini, Liam."

Liam hanya nyengir. "Hanya ingin bertemu gadismu."

Harry sedikit terkejut mendengar ucapan Liam tapi dengan cepat ia bersikap normal. "Yeah, dia ada di dalam. Ayo, masuk."

Baru kali itu Harry mendengar Liam menyebut Gi sebagai gadisnya Harry. Harry masih merasa tidak enak dengan Liam walaupun pria itu sudah menganggap semuanya biasa saja. Ada sedikit rasa bersalah tersembunyi di dalam benak Harry tapi mulai detik ini Harry akan berusaha menghapusnya.

Mereka pun berkumpul di ruang tengah. Gi mematikan televisi di depannya dan duduk di samping Harry. Ia merapatkan jarak antara dirinya dan Harry. Kehangatan yang sulit sekali diabaikan oleh Gi dan Gi tidak merasa canggung memperlihatkannya di depan adiknya serta teman-temannya.

Tia duduk bersila di atas sofa dan tas besarnya berdiri di sampingnya. Hari ini ia pulang sepenuhnya ke rumah. Tidak lagi menginap di rumah Niall. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Tia menengok ke arah Gi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang