41.

875 74 8
                                    

Gi tidak pernah tahu rasanya mempunyai kakak perempuan seperti Harry.

Kali ini, ia langsung mengerti bagaimana rasanya. Bertemu dengan kakak Harry, Gemma, membuatnya mengerti kenapa Harry begitu membanggakan dan menyayangi kakak satu-satunya ini. Gi bisa melihat bagaimana Gemma memperlakukan Harry dan Gi teringat cerita tentang masa kecil Harry yang sedikit menyedihkan.

"Gi, ingatkan aku untuk memperlihatkan foto Harry semasa kecil ya." kata Gemma. Ia masih menyempatkan untuk bicara di sela makan dan menggoda Harry seperti yang dilakukannya sejak tadi.

Harry memberengut. "Sudahlah, Gemma, jangan membongkar aibku terus menerus. Sudah berapa hal yang kau beberkan pada Gi sejak kedatanganmu kemari? Lima? Mungkin lebih," katanya sambil menggigit kentang goreng dari piring yang berisi fish and chips. Ia semakin terlihat tidak senang saat Gemma menertawainya.

"Ya Tuhan, santai saja, Harold. Dia kan pacarmu, tentu dia boleh melihatnya." balas Gemma. Ia terlihat begitu gembira saat menggoda Harry seperti ini.

Gi ikut tertawa mendengar percakapan kakak beradik itu. "Memangnya foto masa kecilmu seburuk itu sampai aku tidak boleh melihatnya?"

"Tidak, tidak, kau memang tidak boleh melihatnya. Gemma pun sebenarnya juga tidak boleh melihat yang satu itu, tapi dia memaksa Ibu." jawab Harry. Tampangnya sebal dan tidak dibuat-buat, membuat Gi semakin cekikikan bersama Gemma. Ia belum pernah melihat Harry seperti ini sebelumnya, nanti ia harus berterima kasih pada Gemma.

"Omong-omong, Gi, Harry bilang, kau bekerja di perpustakaan ya? Bagaimana rasanya?" Gemma menatap Gi tanpa melepas senyum di bibirnya. Rambutnya yang di cat warna terang membingkai wajah Gemma dan terlihat begitu pas.

Gi mengalihkan pandangannya dari piring di hadapannya ke Gemma. Ia mengelap bibirnya untuk menghapus saus yang masih menempel. "Menyenangkan," Gi melirik sedikit ke arah Harry lalu kembali ke Gemma. "Bekerja di antara benda-benda yang kusukai membuatku lebih nyaman. Aku sering menghabiskan buku-buku di sana."

"Oh, kau tipe wanita kutu buku rupanya," kata Gemma sambil mengangguk-anggukan kepala. "Harry juga suka membaca, cocok denganmu. Dari dulu di rumah kami banyak buku yang tercecer karena pacarmu."

Harry memutar matanya dengan kesal. "Teruskan saja menjelekkan citraku." Tangan Harry kemudian menopang dagunya sambil menunggu ucapan yang akan keluar dari bibir Gi.

"Untung saja flatku tidak pernah berantakan karenanya. Setidaknya kebiasaan buruk yang kau beritahu padaku sudah berubah." jawab Gi kepada Gemma. Ia mendengar Harry mendesah malas. Gi tahu Harry menyukai buku sama seperti dirinya karena Harry selalu menerima saja rekomendasi buku dari Gi. Begitu pun sebaliknya.

"Harry sering ke flatmu?" celetuk Gemma.

Giliran Gi yang mengangguk. "Ya, kalau ia sedang tidak ada jadwal dia ke flatku." jawab Gi sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

Harry diam seperti memikirkan sesuatu. "Berapa lama kau akan di sini?" tanya Harry kepada kakaknya kemudian. Ia menghabiskan makanannya dengan cepat, di saat Gi baru saja setengah jalan menghabiskan yang tersaji di depannya.

"Nanti malam aku pulang." ujar Gemma. Gemma tiba di London baru tadi pagi dan menyempatkan untuk makan siang dengan Gi dan Harry. Tujuan sebenarnya ke London adalah mendatangi agensi yang menawarkan pekerjaan menarik untuk Gemma.

"Kenapa cepat sekali?" Alis Harry terangkat. Gi rasa laki-laki di sampingnya itu masih merindukan Gemma. Rencana Harry bertemu dengan kakaknya masih bulan depan karena padatnya jadwal pekerjaan Harry.

Gemma tersenyum lebar mendengar adiknya bicara seperti itu. "Kau merindukanku ya?" Alis Gemma naik turun dan membuat Harry mendesah kedua kalinya. "Kalau merindukanku, kenapa kau tidak pulang saja ke rumah?"

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang