21.

1.2K 90 28
                                    

Mata Gi terbuka lebar saat secercah cahaya matahari menyilaukan matanya dari balik tirai jendela. Gi memicingkan matanya sambil bangun dari tempat tidurnya. Ia meregangkan kedua tangannya lalu merasa kepalanya pusing sekali dan menengok ke meja di samping tempat tidurnya, terdapat dua buah pil dan segelas air. Tanpa pikir panjang, Gi langsung meminum obat itu lalu berjalan ke arah pintu dengan berharap kepalanya tidak akan seberat saat bangun tidur tadi.

Terlintas di pikiran Gi, siapa yang menaruh obat dan segelas air itu di mejanya. Gi bahkan tidak ingat bagaimana tadi malam ia pulang. Pandangannya sekarang terarah pada tubuhnya, ia baru sadar bahwa ia belum mengganti pakaiannya, minidress berwarna biru yang ia pakai semalam ke Funky Buddha.

Saat berganti pakaian, Gi mendengar suara berisik dari luar kamarnya dan hal itu membuatnya dengan segera keluar dari kamar lalu mencari sumber keberisikan itu. Gi terkesiap saat tahu yang membuat suara berisik tadi siapa.

"Selamat pagi, nona. Bagaimana kepalamu?" Orang itu tersenyum sambil mengaduk-aduk semangkuk telur di dapur.

"Ah, ya, sudah lebih baik, trims obatnya. Sedang apa kau di sini?" tanya Gi menggaruk-garuk kepalanya bingung.

"Membuatkanmu sarapan. Kau suka omelet kan?" tanyanya dengan sebuah cengiran.

Gi mengangguk dan duduk di kursi meja makan dalam kebingungannya. Ia mengangkat satu mug besar di depannya yang berisi minuman berwarna coklat hangat. "Ini apa? Boleh aku coba?"

"Nanti saja, masih panas. Makan ini nih, kentang rebus." Ia menyuguhkan Gi sepiring kentang rebus yang sudah dipotong kecil-kecil dan melanjutkan omelet yang ia masak.

Gi menurut dan menambahkan garam di atas kentangnya lalu dengan lahap memakannya. "Enak."

"Tambah enak kalau pakai ini." Orang itu memberikan sepiring omelet yang baru matang di hadapan Gi.

Gi mengiris omelet itu lalu menyuapkannya lalu teringat apa yang akan ditanyakannya daritadi sebelum makan omelet. "Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Kau tidak ingat tadi malam?"

Gi menggeleng dan menunggu jawaban.

"Tadi malam kau... Mmm... Mabuk. Ya, mabuk berat." jawab orang itu dengan terkekeh.

Gi kaget dan diserang panik mendengar jawaban dari orang itu. "Apa aku parah kalau sedang mabuk?"

"Tidak, hanya saja kalau aku tidak menghentikanmu mungkin kau sudah berkelahi dengan satu wanita semalam. Aku harus membawamu pulang sebelum kau semakin parah, dan kau memintaku untuk menemanimu di sini. Sebelum kau menyelaku, tidak, aku tidak tidur bersamamu, aku tidur di sofa."

Gi lega mendengarnya, tapi ia tidak habis pikir membayangkan dirinya hampir berkelahi dengan seorang wanita di klub malam itu. Memang seharusnya Gi tidak minum alkohol, ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mengulangi kebodohannya itu.

"Kau tidak makan juga?" tanya Gi pada orang itu. Yang ditanya Gi tidak menjawab namun membawa sepiring omelet dengan kentang rebus miliknya ke meja makan dan duduk di samping Gi.

Mereka berdua makan dalam diam. Gi melihat mug miliknya lagi dan mengintip cairan yang ada di dalamnya. Terlihat menggiurkan tapi Gi tidak bisa menebak apa yang ada di dalamnya.

"Ini minuman apa?"

"Coba saja, tenang, bukan kopi. Aku tahu kau tidak suka kopi." Orang itu menjawab dengan tenang dan melanjutkan sarapannya.

Gi menaikkan alisnya dan bertanya-tanya bagaimana orang ini tahu ia tidak menyukai kopi? Dengan segera Gi menyesap minuman hangat itu, rasanya begitu manis dan nikmat, kepalanya pun terasa lebih ringan daripada sebelumnya. Gi meminumnya sampai habis dan ia masih ingin menambah minuman itu lagi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now