56.

523 62 21
                                    

"Aku tidak salah dengar kan, Gi?"

Suara Tia menggema di flatnya. Ponselnya tertempel di telinga dan ia sedang asyik menikmati serial televisi kesukaannya sendirian. Wajahnya terlihat syok setelah mendengar kakaknya yang bicara panjang lebar sejak beberapa menit yang lalu.

"Kau membiarkan Mike dekat denganmu lagi? Memangnya kau lupa dengan pesanku?" Tia berdecak malas di ujung ponselnya. Mengutuk kakaknya dalam hati kenapa bisa begitu bodoh dan terlalu baik pada orang macam Mike.

"Mungkin sekarang dia tidak akan sejahat dulu, Tia. Lagipula, aku butuh orang untuk jadi teman bicara." balas Gi tidak mau kalah.

Tia menghela napas dan menjawab, "Aku kan selalu bisa jadi teman bicaramu. Masih ada Niall dan Liam juga kan?"

"Tapi, kalian tidak ada di sini. Dan sudah sibuk dengan urusan kalian masing-masing. Aku tidak mau mengganggu."

"Lalu kau mau mengganggu Mike, begitu?" tanya Tia ketus. "Memangnya dia tidak ada urusan juga?"

Gi berkata, "Entahlah, dia yang menawarkan diri kok. Jangan khawatir, Tia, aku bisa menjaga diriku dari Mike."

Bukan, bukan itu yang dipermasalahkan Tia. Kalau saja Tia bisa meluapkan semuanya di telepon, mungkin keadaannya akan berbeda. Gi tidak bisa melihat ada yang janggal di dalam diri Mike dan bagaimana Mike bicara dengan Tia saat mereka masih di Mullingar. Ada yang disembunyikan Mike tapi Tia belum bisa menerka.

"Kalau dia macam-macam denganmu, langsung bilang padaku." Tia akhirnya mengalah, tidak tega dengan kakaknya yang sudah melalui banyak hal.

"Iya," jawab Gi. "Aku pergi dulu ya, Mike sudah datang."

Tia mematikan sambungan teleponnya. Ia tidak habis pikir dengan Gi. Heran kenapa kakaknya itu mau berbaik hati pada mantan kekasihnya yang jelas-jelas tidak ada baiknya pada Gi. Mengerti One Direction saja tidak, padahal kan dari awal mereka dekat juga Gi sudah menggemari grup musik itu. Setidaknya Mike mengenal sedikit.

Anehnya, Mike seolah kembali ke Gi dengan waktu yang pas. Saat Gi sudah tidak lagi bersama Harry. Pasti ini bukan akal-akalan ayah Gi, mana mungkin ayah Gi membawa Mike ke Mullingar tanpa ijin anaknya. Dugaan Tia adalah Mike yang memang datang untuk mencari Gi. 

Pembelaan dari Gi adalah kalau dia masih belum mau menjalin hubungan dengan pria lagi, hanya sebatas teman dekat dengan Mike. Tia tidak melihat perbedaan dalam kalimat itu. Mau dekat atau tidak, yang jelas, Mike berusaha merebut Gi lagi.

Kalau memang benar begitu, usaha Tia dan Niall akan gagal.

Tia mengambil ponselnya dan segera menghubungi Niall. Ia tidak mau rencananya dan Niall akan berantakan hanya karena orang bernama Mike. Tidak bisa dibiarkan.

"Halo?" Niall menyadarkan Tia dari lamunannya.

Tia langsung menceritakan semuanya walaupun Niall belum bertanya. Kebiasaan Tia yang sama dengan Gi, hanya saja Tia lebih parah kalau sudah bicara. "Jangan menyelaku, Horan," Tia memperingatkan dengan tegas saat Niall mulai menggumam. "Aku masih bicara."

Setelah lima menit meluapkan emosinya, Tia akhirnya berhenti. "Sekarang kau boleh berkomentar."

"Yang benar?" tanya Niall.

"Benar, cepat komentar. Aku butuh saranmu." jawab Tia tidak sabar.

Niall berdeham. "Jadi, sekarang Gi dekat lagi dengan Mike? Tapi tidak berpacaran kan?" Setelah Tia mengiyakan, Niall lanjut bicara. "Kalau begitu, usaha kita mempertemukan Gi dan Harry di London, gagal dong?"

"I know, right? Apalagi Gi dan Mike akan pulang ke London bersama. Jelas sekali kan kalau Mike itu ada apa-apa dengan Gi?" seru Tia ke ponselnya. Ia sudah merubah posisinya di atas sofa berulang kali karena gemas sendiri.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now