47.

861 74 10
                                    

"Jelaskan padaku kalau kau tidak bercanda."

Desakan Harry daritadi berusaha diabaikan Gi. Tapi sepertinya yang barusan itu sudah sampai puncaknya dan Gi tidak bisa mengelak lagi, ia sudah tiba di flat sekarang. Tadi Gi sudah janji pada Harry kalau akan menceritakannya di flat.

"Kalau aku bercerita, kau harus diam dan mendengarkan. Tidak ada interupsi, oke?"

Harry mengacungkan jempolnya dan menyisirkan rambut ke belakang dengan jemarinya. Ia bernapas lega karena berhasil membuat Gi menjelaskan hal yang masih ia belum pahami.

Gi berusaha membeberkan semua pada Harry, tidak ada yang dilebihkan atau dikurangi. Ekspresi wajah Harry berubah-ubah dari awal Gi bercerita. Yang Gi tahu adalah ekspresi terakhir wajah Harry tidak begitu baik. Tapi, Gi tetap menganggapnya keren karena dia masih Harry Styles, salah satu personil grup musik favoritnya.

"Baik sekarang aku bisa menyimpulkan. Jadi alasan pertama Mr. Phillips adalah kinerjamu tidak terlalu baik, benar?"

Gi mengangguk.

"Kedua, karena kau ketahuan berbohong saat kau ingin pergi ke Modest! denganku?" tanya Harry lagi.

Anggukan kedua dari Gi.

"Terakhir, alasan paling ganjil dari semuanya, kau diberhentikan karena kau berhubungan dengan seorang artis?"

Pelan-pelan Gi mengangguk lagi sementara Harry menggeleng-gelengkan kepalanya tidak terima. Dengan geram ia mengusapkan jemarinya ke belakang sehingga rambut yang sudah rapi dengan model slick back tadi kembali berantakan. "Kok bisa-bisanya dengan alasan itu dia memecatmu?"

Gi mengangkat kedua bahunya. "Yang lebih aku tidak mengerti adalah dia sudah menemukan penggantiku. Itu berarti kan dia memang sudah ingin aku pergi sejak lama."

"Kalau saja aku bisa bertanya langsung pada atasanmu itu..." gumam Harry di atas sofa.

Gi mengernyitkan dahinya. "Kau mau apa?"

"Aku tidak mengerti dengan maksud dari alasan yang terakhir Gi. Sejauh ini aku tidak pernah mendengarkan kabar kalau hubunganku denganmu merugikan tempat bekerjamu, jadi kenapa ia tiba-tiba memecatmu? Lagipula yang datang melabrakmu baru satu kali kan? Itu pun aku yakin bukan penggemarku."

Kalau saja Gi bisa menjawab semua tanda tanya yang menghiasi otak Harry dan dirinya, mungkin Gi sudah bisa memejamkan matanya dengan tenang sekarang. Tubuhnya ikut lelah saat otak Gi seharian digunakan untuk memikirkan Mr. Phillips dan pemecatannya.

Harry mengusap-usap dagunya gusar. "Memang ada banyak pengunjung yang menanyakan tentang hubunganku denganmu?"

"Tidak juga," Gi meraih Neo yang berjalan ke arahnya dan membawa anjing itu ke pangkuan. "Hanya satu itu yang memang menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Yang lain, yang pernah menanyakan aku dan kau, mereka semua ramah dan terlihat tidak keberatan. Yang pasti mereka semua menitipkan salam padamu."

Kemudian Gi bisa mendengarkan Harry mengumpat dengan kesal. Ia masih tidak menerima alasan dari Mr. Phillips. Sejujurnya, Gi juga merasakan hal yang sama. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima kejanggalan di setiap detil dari pemberhentian pekerjaannya.

"Kau tidak protes saat Mr. Phillips bilang begitu?" tanya Harry dengan mata yang melebar. Ia masih syok rupanya.

"Tidak, Mr. Phillips itu orangnya konsisten. Sekali ia berkata A, akan selamanya A." ucap Gi.

Harry mendengus. "Itu sih bukan konsisten namanya, tapi kepala batu."

Gi nyengir mendengar kalimat Harry. Dalam suasana hati yang sejelek ini saja, Harry masih berhasil menciptakan senyum di bibir Gi. Ditemani Harry dalam hari yang buruk seperti hari ini membuat Gi bersyukur tiada henti. Dewi fortuna sedang berbaik hati padanya.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now