40.

992 71 13
                                    

Hampir seminggu berlalu sejak peristiwa perkelahian Liam dan Harry saat perayaan Halloween.

Gi dan Harry juga sudah bertemu dengan Liam dan mereka sudah memperbaiki hubungan mereka. Liam sudah menjadi Liam yang selama ini dikenal oleh Gi dan ia tidak terlihat risih atau keberatan saat mendapati Harry dan Gi bersama dan begitu dekat. Mereka bertiga juga sempat makan siang bersama dan hubungan mereka sudah kembali normal.

Para penggemar One Direction sempat memergoki mereka bertiga saat makan siang dan dengan begitu cepatnya kabar tentang tiga orang tersebut menyebar, terutama di kalangan Directioners. Untungnya saja, para penggemar menyambut baik saat melihat foto Gi, Harry, dan Liam tersebar luas. Walaupun masih saja ada yang mengolok-olok Gi, tapi Gi sudah belajar dari Harry untuk tidak peduli pada omongan orang-orang.

Beberapa waktu lalu, Gi juga diajak untuk bertemu dengan sahabat dan kerabat Harry saat mempromosikan album baru mereka. Ajaibnya, Gi tidak terlalu canggung menghadiri acara itu. Harry benar-benar berhasil membuat gadis itu merasa nyaman di lingkungan baru yang sebelumnya selalu dihindari Gi.

Semoga saja malam ini Gi semakin tidak canggung menghadiri acara-acara penting Harry.

Malam ini, Harry diundang ke salah satu malam penghargaan yang diselenggarakan suatu stasiun televisi di Inggris. Dari kelima orang itu, yang dapat undangan hanya Harry, entah kenapa alasannya, Gi juga tidak tahu. Gi sih senang-senang saja, kapan lagi bertemu dengan artis-artis papan atas?

Mereka masih dalam perjalanan menuju tempat acara tersebut. Sedari tadi, Harry tidak melepaskan genggaman tangannya dan membuat Gi sedikit bingung.

"Kenapa daritadi menggenggam tanganku seperti itu?" Gi melirik ke Harry yang menatap ke luar jendela mobil.

Harry menoleh dan malah melihat sekilas ke tangannya dan menggenggam tangan gadisnya lebih erat. "Tidak apa, aku hanya... Merindukanmu."

Dengan kalimat itu, hati Gi serasa terlontar dari tempatnya. Selalu saja Harry bisa berkata manis dan membuat Gi salah tingkah. Gi menghela napas agar terlihat kembali normal. "Kenapa? Kita kan sering bertemu."

"Tidak tahu. Selama ini kita bertemu hanya beberapa kali kan, iya sering bagimu, tapi bagiku masih kurang. Aku berlebihan ya?" tanya Harry sambil tersenyum malu.

Gi tertawa sebentar dan menjawab, "Kau tidak pernah mengenal dirimu sendiri ya?"

"Habis aku memang benar rindu padamu. Biar saja ah berlebihan, memang kenyataannya begitu kok. Kalau cuma tiga kali bertemu sudah kau anggap sering, sepertinya bertemu satu kali saja sudah kau anggap cukup."

Gi memberengut. "Bukan itu maksudku. Kau kan memang sibuk jadi jangan mengeluh seperti itu, sudah menjadi resiko pekerjaanmu."

Awal bulan ini Harry memang tengah sibuk mempromosikan album baru grup musiknya. Empat temannya yang lain juga tampak selalu bersama Harry. Manajemen mereka menampilkan mereka di mana-mana agar lagu-lagu di album mereka bisa disenangi dan album mereka terjual habis. Tentunya kesibukan Harry membuat frekuensi Harry bertemu dengan Gi tidak sebanyak dulu.

"Sebenarnya aku bukan hanya rindu padamu sih."

Alis Gi saling bertautan dan wajahnya tampak bingung. "Ada apa?"

"Firasatku akan ada hal yang tidak baik terjadi nanti. Aku takut dan menyentuh tanganmu saja sudah membuatku bisa sedikit lupa, jadi aku menggenggam tanganmu saja supaya aku semakin lupa dan malah nyaman bersamamu." Kemudian tangan Gi terasa semakin erat dan hangat.

Pipi Gi terasa memanas dan ia berusaha menyembunyikan rasa malunya. Gi cuma bisa tersenyum saat Harry mengecup dahi Gi dan tidak mempunyai kalimat apapun untuk diucapkan. Namun terngiang lagi kalimat Harry, ia bilang firasatnya yang tidak baik.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now