64.

496 65 13
                                    

1 Februari.

Siang itu, Harry terlihat muram. Ia berulang kali mengacak-acak rambutnya lalu merapikannya lagi. Dia terduduk di dalam mobilnya sambil bersungut. Kelihatannya semua karena percakapan yang sedang dilakukannya lewat telepon.

"Kau yakin tidak bisa bertemu denganku?" tanya Harry melalui ponsel yang menempel di telinganya.

"Maafkan aku, mungkin tidak bisa pagi ini. Baru nanti malam. Bagaimana?" Gi terdengar merasa bersalah dan membuat Harry semakin cemberut.

"Tapi hari ini hari ulang tahunku. Kau sudah berjanji padaku akan menghabiskan waktumu untukku." gerutu Harry.

"Aku sedang mempersiapkan kejutanmu. Kau tidak mau kuberi kejutan?"

Harry terbahak-bahak mendengar ucapan Gi. "Mana mungkin kau memberikan kejutan lalu kau bilang padaku? Jangan bercanda begitu, kau tahu aku sedang kesal denganmu."

"Oke, oke, aku minta maaf," Gi terkekeh. "Aku harus membantu ibu dan ayahku di London. Ini salah satu upaya agar kau direstui lagi oleh ayahku. Memangnya kau tidak mau diijinkan lagi oleh ayahku?"

Harry mendesah. "Kalau begitu aku akan menyusulmu ke sana."

"Bukannya kau ada janji dengan orang penting? Siapa namanya... Ya ampun aku lupa."

"Iya, tapi orang itu mendadak membatalkannya. Jadi sekarang aku tidak ada kegiatan, karena itu aku meneleponmu." dengus Harry sebal.

"Kalau kau datang ke sini, ayahku belum tentu senang. Jadi biar aku dan ibuku saja yang bicara padanya, kalau aku memerlukanmu untuk datang, aku akan mengabarimu secepat mungkin."

"Jadi kau tidak bisa bertemu denganku hari ini?"

"Nanti malam, aku janji. Mau makan malam apa? Nanti biar kubuatkan khusus hari ulang tahunmu." kata Gi ringan.

"Belum tahu," Harry merajuk. "Nanti saja aku mengabarimu secepat mungkin."

Kemudian Harry mematikan sambungan teleponnya dengan Gi. Ia sangat ingin menghabiskan waktunya dengan Gi, apalagi di hari ulang tahunnya. Seharusnya Gi menyadari itu dan berusaha membuatnya senang, tapi ia malah membatalkan janjinya. Kalau Harry ada di posisi Gi, pasti gadis itu akan ngambek padanya lama sekali.

Ponsel Harry dipenuhi ucapan ulang tahun dari sahabat-sahabatnya dan para penggemar. Harry belum berniat membalas sampai nanti malam. Hatinya sudah keburu kesal hari ini. Pertama, karena ia tidak janji bertemu dengan orang yang membatalkan pertemuan mereka secara sepihak. Kedua, karena Gi tidak membiarkan Harry bertemu dengan Gi dan keluarganya.

Sebuah pesan masuk. Dari orang studio yang selama ini membantu Harry membuat lagu. Orang itu memintanya untuk datang ke studio. Langsung saja Harry menyalakan mesin mobilnya dan melaju ke arah studio.

Di jalan, Harry masih menggerutu di dalam hatinya. Hari ulang tahunnya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Padahal ia sudah mau membawa Gi berjalan-jalan seharian lalu bertemu dengan keluarganya. Gi belum bertemu dengan seluruh keluarga Harry. Nanti sore keluarga Harry datang dan ia hanya menyambut mereka seorang diri.

Beberapa menit kemudian, Harry tiba di studio. Ia baru berpikir kenapa ia tidak ke sini saja sejak tadi. Untung saja, ada yang mengajaknya bertemu di sini. Harry tidak mau melewatkan ulangtahunnya seorang diri di rumah.

Saat masuk ke dalam studio, tempat itu sepi. Tidak ada orang sama sekali di sana. Mungkin orang yang ditunggu Harry belum datang. Harry duduk dengan santai dan melirik ke meja. Ada kertas dan sebuah pulpen. Ia pun meraihnya. Sambil menunggu, Harry mencoba mencari ide untuk menulis lagu.

Tiga puluh menit, tidak ada yang muncul. Satu jam, Harry masih sendiri di sana.

Dua puluh menit kemudian, orang yang ia tunggu pun tiba. Harry menghembuskan napas panjang sambil mengumpat dalam hati tentang seberapa lama ia menunggu.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang