1

8.6K 315 46
                                    

Namanya Gi. Ia seorang gadis Indonesia yang juga berdarah Irlandia namun dia harus tinggal di kota besar London. Ia tidak bersekolah di London, atau pun berkuliah. Ia hanya bekerja sebagai pustakawan di Chelsea Library. Pekerjaannya juga tidak begitu bagus tapi dia mencintai pekerjaannya tersebut. Gi memilih menjadi seorang pustakawan karena ia sangat menyukai buku. Buku apapun akan ia baca, tapi buku favoritnya adalah buku-buku fantasi yang penuh khayalan. Oleh karena itu, orang-orang sering melihatnya melamun karena ia sangat senang berkhayal.

Ia begitu mengidolakan One Direction, sebuah band berasal dari Inggris beranggotakan lima orang laki-laki yang menurutnya begitu tampan. Sayangnya, Gi belum pernah sama sekali bertemu dengan band tersebut karena jadwal pekerjaannya yang padat dan kadang harga tiket konsernya tidak sesuai dengan keadaan keuangannya. Ia hanya pernah bertemu One Direction, di museum patung lilin Madame Tussaud dan hanya bisa mengagumi patung-patung itu saat ia menjadi pemandu wisata untuk teman-temannya dari Indonesia yang sedang berkunjung ke London.

Suatu hari, ia tidak ada jadwal bekerja di perpustakaan. Karena suntuk di apartemennya, dia memutuskan untuk menghirup udara sebentar di luar sana. Ia jarang sekali mendapatkan jadwal kosong seperti ini.

Dia memutuskan untuk naik underground, sebutan untuk kereta bawah tanah di London, tanpa memikirkan tujuannya. Setelah berpikir sebentar di tengah sebuah persimpangan, Gi pun naik underground ke arah London Eye. Ia ingat temannya dari Indonesia meminta foto London Eye langsung dari kamera Gi, bukan dari internet, beserta video liputan London Eye dari Gi.

Akhirnya, Gi pun sampai di stasiun London Eye. Gi jadi ingat, di Indonesia ada permainan seperti London Eye yang disebut Bianglala. Bedanya London Eye jauh lebih besar dan lebih terkenal dibandingkan Bianglala Dunia Fantasi. Dulu ia naik Bianglala di Jakarta bersama adiknya. Mereka masih begitu kecil saat naik wahana itu.

Kemudian, dia berjalan ke London Eye dari stasiun underground tempat ia turun. London Eye terlihat begitu ramai daripada biasanya, padahal saat hari biasa pun permainan itu sudah ramai. Namun keramaian itu hanya terletak di satu tempat saja, tidak seperti biasanya. Banyak orang mengelilingi tempat itu dan rela berdesakan.

Mungkin sedang banyak turis yang pergi kemari, pikir Gi.

Ia pun mencari tempat yang strategis tapi tidak terlalu ramai dan dapat memberikannya beberapa foto yang bagus. Gi juga menyempatkan untuk membeli es krim di sebuah toko es krim yang ia lewati.

BUK!!!!

Tiba-tiba Gi merasa badannya menabrak seseorang. Es krimnya terlepas dari tangannya dan malah mendarat di syal birunya. Gi masih kaget, terutama saat mengingat bahwa syalnya baru saja ia cuci. Dia mengumpat dalam hatinya.

"Eh, maaf maaf." Gi meminta maaf. Namun ia lupa dan malah menggunakan bahasa ibunya. "Sorry, sorry!"

Orang yang Gi tabrak itu tinggi dan Gi hanya bisa melihat leher dari orang itu.

"Yeah, tidak apa-apa. Seharusnya malah aku yang minta maaf padamu, bukan kau." jawab orang itu gusar.

Gi merasa ia mengenali suara itu. Ia pun menaikkan pandangannya ke arah wajah orang itu.

"OMYGOSH ASGAJ DUAKHS JAB" Gi mulai komat-kamit tidak karuan saat melihat orang itu.

"KAU HARRY!!!!"

Harry cepat-cepat menaikkan masker yang berada di dagunya dan menutup mulut Gi dengan syal milik Gi. Mata Harry yang begitu hijau sedikit melotot karena Gi berteriak. Harry mengarahkan jari telunjuk ke bibirnya yang berwarna merah muda mengisyaratkan Gi untuk diam. Gi pun menurut dan diam secara otomatis. Wajah Harry hanya berjarak satu jengkal dari wajah Gi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now