8.

1.7K 160 12
                                    

"AAAAAAAAA!"

Sebuah teriakan terdengar dari satu unit apartemen di tengah kota London. Pemilik apartemen itu tak lain tak bukan adalah Gi. Teriakan itu tepatnya berasal dari dalam kamar Gi.

Gi membelalakkan matanya saat membalikkan badannya di tempat tidur. Ia belum bisa percaya dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia juga tidak tahu harus bagaimana. Apakah ia harus senang? Atau marah dengan pemandangan yang ada di depannya?

"Harry! Bangun! Turun dari tempat tidurku!"

Ya, pemandangan yang dilihat Gi adalah wajah Harry.

Awalnya, Gi membalikkan badannnya yang sebelumnya menghadap ke dinding, Gi tidak menyadari dan ia malah memeluk Harry karena ia mengira Harry adalah boneka beruangnya. Namun ia menyadari bahwa ia menaruh boneka beruangnya di ruang televisi. Saat itu juga ia membuka matanya dan mendapati wajah rupawan Harry berada tepat di depan wajahnya. Wajah Gi terlihat merah padam dan ia merasa pipinya memanas seketika. Ia langsung terbangun dari tidurnya dan melupakan ide untuk melanjutkan mimpinya.

"Bisakah kau diam sebentar? Aku masih mengantuk." gumam Harry pelan dan masih memejamkan matanya.

Gi menelusuri wajah Harry dari rambut keritingnya yang berantakan, lalu kedua matanya yang tertutup rapat, hidungnya, lalu pipi Harry yang terlihat lembut dan turun ke bibir Harry. Bibirnya merah muda dan sedikit terbuka. Lalu lehernya, dan akhirnya Gi menyadari bahwa Harry tidak mengenakan kaos abu-abu yang ia kenakan semalam. Lebih tepatnya ia bertelanjang dada.

"Kau ini apa-apaan, sih? Bangun!!! Menyingkir dari tempatku!" Gi mendorong lengan Harry yang berada di antara dirinya dan Harry.

Harry membuka matanya sebentar yang membuat Gi panik dan mendorong lengan Harry makin hebat. Kemudian ia menutup kembali matanya dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Gi. Gi kaget dan terdiam seperti terhipnotis telunjuk Harry. Namun segera ia kembali ke akal sehatnya sebelum membayangkan hal-hal yang tidak layak.

"Harry, kumohon keluarlah dari tempat tidurku." kata Gi pelan.

Harry malah mengarahkan tangannya ke punggung Gi dan memeluknya dengan erat. Ia menempelkan dahinya ke dahi Gi. Gi mendapati wajahnya kini kian memanas dan ia tahu apabila ia bercermin mungkin wajahnya sudah semerah kepiting rebus.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Gi meronta-ronta. Ia menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melepaskan dekapan Harry tapi Harry malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Diamlah sebentar. Kalau kau terus bergerak-gerak seperti itu, aku bakal menciummu." Ia menempelkan dahinya lagi setelah sempat terlepas karena gerakan tubuh Gi.

Gi menelan ludah. Harry terlihat biasa saja setelah melontarkan kalimat itu. Wajahnya begitu tenang dan matanya masih terpejam begitu damainya. Hidungnya hanya berjarak sekitar satu atau dua sentimeter dari hidung Gi. Bibirnya berjarak lebih jauh lagi namun terasa begitu dekat bagi Gi.

Karena takut dengan ancaman Harry, Gi pun akhirnya menyerah dan pasrah. Tubuhnya masih kaku dengan sentuhan Harry. Dahinya terasa seperti disengat listrik terus menerus karena dahi Harry. Nafas Harry yang perlahan membuat Gi semakin panik namun pelan-pelan ia merasa nyaman karenanya. Ia pun terlarut dengan lamunan-lamunannya tentang berpelukan.

Lima menit berlalu.

Harry melepaskan pelukannya dengan hati-hati. Gi masih terdiam dan matanya menerawang ke arah lemari pakaiannya namun matanya terlihat kosong. Seperti biasa, Gi melamun. Harry menepuk pipi Gi pelan.

Gi tersadar dan mengerucutkan bibirnya.

"Kau suka sekali melamun ya?" mata Harry kini sudah terbuka lebar dan terlihat sebuah seringai dari bibirnya.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now