26.

1.1K 83 14
                                    

Gi berjalan menyusuri lorong yang diapit rak buku yang hampir setinggi langit-langit ruangan. Lantai kayunya bergesekan dengan sepatu Gi menandakan tempat itu sudah cukup berumur, atau memang Gi yang terlalu cepat melangkah.Orang-orang juga banyak yang berlalu lalang

Sebelumnya, Gi melihat jam tangan yang ia kenakan dan waktunya untuk bertemu Liam sudah mepet. Ia sudah janjian dengan Liam untuk bertemu di depan perpustakaan. Dengan segera, Gi meraih tas ransel kulit berwarna hitam miliknya dan membawanya pergi ke luar perpustakaan.

Saat berada di luar, Gi menengokkan kepalanya ke sekitar mencari batang hidung Liam. Orang yang dicarinya rupanya masih berjalan tak jauh dari tempat mobilnya diparkir. Gi mendesah lega ternyata bukan ia yang terlambat seperti terakhir kali ia bertemu dengan Liam.

Liam tidak sendiri. Sesosok laki-laki juga ikut mendekat ke arah Gi di balik tubuh Liam. Wajahnya begitu sumringah sampai-sampai senyumnya ikut menular ke Gi padahal Gi belum berada di dekat orang itu.

Mereka sudah berada di depan Gi sekarang. "Hai, Gi!" seru Niall.

Ya, orang yang berjalan bersama Liam tadi adalah Niall. Sebenarnya sedari tadi Gi sudah ingin menjerit histeris karena ia akan bertemu salah satu anggota One Direction selain Harry atau Liam. Naluri fangirl di dalam diri Gi sepertinya tidak akan pernah hilang walaupun ia sekarang berteman dekat dengan idolanya.

"Hai, Niall!" Gi tersenyum lebar di tempatnya. "Liam tidak bilang kau akan ikut."

Liam mengangkat kedua alisnya. "Kau tidak menginginkannya ikut?"

"Bukan begitu," kata Gi. "Aku hanya kaget saja, aku bisa bertemu dengan idolaku yang lainnya."

"Wah jadi aku ini idolamu?" tanya Niall sedikit terkejut. Mungkin dibuat-buat? Entahlah Gi juga tidak tahu. "Aku jadi tersanjung mendengarnya. Kau dengar itu tidak, Liam?"

Liam memutar kedua matanya. "Dia menyukai kita semua, bukan hanya kau saja. Lima orang dari kita." Liam menegaskan setiap katanya kepada Niall.

Niall tertawa kecil. "Ya sudah, tapi tetap saja dia mengakuinya di depanku. Kau tidak cemburu kan?"

Liam melotot ke arahnya.

"Cemburu kenapa?" tanya Gi sembari mengernyitkan dahinya.

"Jangan dengarkan semua omongan Niall, terkadang ia suka membual," balas Liam. "Kau mau makan siang di mana?"

Gi melirik ke jam yang melekat di pergelangan tangannya dan terlihat menimbang-nimbang ide di dalam otaknya. "Kau suka masakan Jepang tidak?"

Belum sempat Liam menjawab, Niall sudah mendahuluinya. "Aku suka! Di mana kita akan makan?"

Sekali lagi Gi melihat Liam memutar kedua matanya dan Gi terkekeh. "Aku kenal satu tempat makan ramen enak di London. Bagaimana kalau kita ke sana?"

"Boleh," jawab Liam yang kemudian tersenyum ke Gi. "Niall, kau yang menyetir ya, sekarang giliranmu."

Niall mendengus. "Ya, ya, terserah yang penting kita makan."

Mereka pun melangkahkan kaki mereka ke arah mobil hitam milik Liam dan tentu saja, Niall ke arah pintu pengemudi mobil. Gi duduk di kursi belakang dan ini pertama kalinya naik mobil Liam, biasanya ia naik mobil milik Harry.

Harry?

Apa kabarnya orang itu?

Kemarin Gi sudah berencana menelepon orang itu tapi ia malah terlelap sebelum sempat meneleponnya. Kemarin ia sibuk membuka twitter dan mengecek para update accounts dari ponselnya lalu tertidur. Para Directioners masih bertanya-tanya siapakah perempuan yang bersama Harry di London Eye. Mereka tidak tahu nama lengkap Gi, dan Gi bersyukur karenanya.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang