Part 72 : Best Of Me

907 154 33
                                    

"Begitu banyak manusia yang menjadi luar biasa akan tetapi tak memungkinkan bahwa kebanyakan mereka memiliki kelemahan jua."

(Author **** POV)

Satu tahun sudah berlalu, ini sudah sangat lama semenjak Jungkook tinggal bersama ibunya, sangat disayangkan sekali dia putus sekolah karena sejak saat itu dia keluar. Entah karena tak ada biaya atau memang Jungkook tak ingin bertemu dengan mereka, yang dianggap oleh ibunya bagian masa lalu anaknya begitu kelam.

"Jungkook apakah bagian halaman depan sudah selesai? Eomma Baru saja selesai mengantar pesanan pada paman Lee." Wanita itu nampak kelelahan dengan gerobak yang dia gunakan. Melihat sang ibu kerepotan membawa hampir semua belanjaan itu membuat dia langsung membantu.

"Eomma, jangan dibawa sendiri. Kenapa tidak memanggilku saja." Kedua lengan nya sangat kuat mengangkat kardus besar dengan begitu banyak belanjaan disana. "Aigu aku tidak ingin kau banyak kerja, kau sudah membantuku mengerjakan hampir semuanya." Ibunya menatap anaknya dengan lembut dia juga mengusap keringat di kening Jungkook, melupakan fakta bahwa dia sendiri juga memiliki banyak peluh keringat.

"Eomma jangan membuat kerepotan sendiri kalau aku bisa aku akan membantu. Oh iya apakah kau akan mengantarkan pesanan lainnya, giliran aku yang bantu eomma oke." Jungkook mengambil topi dan sarung tangannya dia meminta agar sang ibu istirahat dan meminum teh buatannya. "Eh Jungkook jangan lakukan itu biarkan aku yang melakukannya. Kau di rumah saja aku masih bisa melakukannya."

Jungkook menggelengkan kepalanya dia tak bisa membiarkan seorang ibu bekerja keras. "Eomma aku sudah dewasa aku akan hasilkan uang banyak dan lagi, aku akan sekalian membeli lampu. Aku lihat kamar eomma gelap, kenapa eomma tidak bilang kalau lampunya mati." Ada senyum disana membuat ibunya seakan mengajak sang putra bercanda.

''Baiklah eomma mengalah jika kau keras kepala, tapi jangan sampai pulang terlambat. Eomma akan siapkan makan siang, kebetulan aku beli daging. Eomma dapat dari tetangga sebelah." Ibunya menaruh bahan masakan yang dia dapatkan di dapur. Jungkook merasa senang karena dia bisa membantu meskipun sedikit, dimana dia melihat perjuangan sang ibu semakin tak tega dia meninggalkan beliau. Meskipun dia sempat berfikir demikian, diambilnya semua perlengkapan dan dia membawa keranjang berisikan makanan pesanan pelanggan.

Bersyukur dalam hati bahwa ibunya masih bisa mendapatkan uang dengan memasak untuk tetangga yang hendak bekerja atau para tukang yang kadang meminta diantarkan. "Ayo Jungkook saatnya bekerja keras." Dia memberi semangat pada dirinya sendiri, bahkan dia bisa merasakan kehidupan normal lagi. Dengan ibunya tanpa ada seorang kakak atau pun ayah. Tak apa, dia sudah terbiasa meski itu sulit selama tiga bulan ini.

Menunjukkan kesedihan pada sang ibu akan membuat beban yang berat.

Panas terik akan dia hadang bahkan dia sudah melakukan tekadnya agar menjadi anak yang berbakti. Tapi ketika langkah kakinya melihat dua orang saudara saling bermain basket bersama, kemungkinan usianya masih remaja sekitar SMA kelas satu. Mereka sangat akrab, Jungkook melihat itu semua ketika salah seorang melakukan keusilan dan membuat namja lebih muda menurutnya tertawa terbahak.

"Mereka sangat senang sekali, wah... Bahagianya." Jungkook tersenyum dia berhenti sejenak disana, tidak sadar bahwa kedua orang itu malah tak nyaman diperhatikan. "Hei kau penculik ya, kenapa kau mengamati kami?" Wajah mereka agak mirip hanya saja bisa dilihat bahwa mereka memiliki kepribadian yang beda. Satu pemberani dan satu penakut. Merasa bahwa dia mengganggu membuat namja kelinci itu menganggukkan kepala meminta maaf dan tersenyum.

"Ah, maafkan aku. Jangan pedulikan aku." Dia secepat nya pergi. Jika dilihat bocah itu seperti kakaknya yang galak dan juga keras kepala. "Aku jadi ingat Yoongi hyung." Gumamnya dengan wajah sedih akan tetapi masih ada senyum tipis disana.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Where stories live. Discover now