Part 42 : Promise

1.2K 178 88
                                    

" Janji itu di tepati bukan dilanggar, kalau tidak dibuktikan itu namanya munafik. Jangan menjadi munafik karena tidak ada tempat, lantaran bumi sudah penuh dengan manusia munafik. Sebaliknya bumi masih membuka lowongan bagi manusia jujur, karena dosa manusia sekarang lebih banyak daripada kebaikan."

.

(Author **** POV)

Kurang dua hari bagi kedua namja yang sedang seperti pulang kampung itu berlibur, waktu habis dengan cepat saat keduanya mengisi kegiatan sesuai perintah sang nenek. Sembari mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang belum pernah mereka rasakan.

Yoongi menjatuhkan setumpuk kayu ke belakang, dan dia memijat pelan bahu belakangnya. Rasa nyeri dan ngilu terasa di setiap saraf ototnya dan juga peluh keringat yang lebih banyak dari biasanya. Mungkin saja bobotnya sekarang turun dengan aktifitas barunya. Terkadang dia mengeluh terlebih dahulu hanya untuk menolak perintah sang nenek dengan maksut terselubung meskipun itu semua gagal dan malah dia yang akan mendapatkan pekerjaan berat.

Mencari sang nenek dan memanggilnya untuk menunjukan bahwa dia sudah selesai bekerja keras. "Kenapa sepi sekali?" Yoongi bergumam pada dirinya sendiri dia melirik ke semua arah dan tak mendapati sang nenek yang biasanya berada di belakang mengurus gerabah miliknya. Yoongi hanya melihat ruangan sang nenek yang kosong dan tak ada sepeda di sisi samping ruangan yang selalu ada disana.

"Nenek apakah kau disini? Kau dimana?" Dia melanjutkan pencarian dengan mengecek dapur, dan tak melihat siapapun. Hanya makanan yang sudah mendingin yang di tutup saja. Membuat dia tidak nafsu untuk makan siang, dia tidak suka dan tak terbiasa untuk memakan makanan desa. Membuat dia seperti anak manja yang membutuhkan perhatian ekstra hanya untuk kepuasan hatinya. Sang nenek tentu tak akan memanjakan kedua cicitnya. Dia hanya mengajarkan apa yang akan berguna kelak, terlebih dia bisa mendapatkan satu kebaikan karena sudah memberikan warisan Budi luhur sebelum dia mati.

Memutar ke seluruh ruangan hingga dia menemukan sosok yang sedang melipat baju, ya... Yoongi bermaksud untuk tidur siang. Akan tetapi dia sepertinya mengurung niatnya saat melihat makhluk paling menyebalkan bagi hidupnya.

Hendak pergi tapi Jungkook dengan cepat menahan geraknya hingga mau tidak mau dia berhenti juga. Yoongi memperhatikan wajah sang adik yang selalu membuatnya ingin marah selalu. Jungkook yakin bahwa sang kakak tidak akan segalak pertama bertemu karena entah kenapa dia merasa yakin akan hal itu.

"Nenek bilang dia pergi sebentar ke desa sebelah, kita dimohon untuk menjaga rumahnya dan membenarkan atap rumah." Lirih dan sedikit takut dia hafal bagaimana Yoongi yang tak suka seseorang mengaturnya termasuk dirinya.

Hanya pandangan mata Dingin menjadi balasannya dan Jungkook seperti menelan segala rasa ketakutannya lewat lirikan mata acak. Yoongi mengambil palu di meja nakas yang tak jauh dari dia berdiri dan memperhatikan secara seksama, dia tak mengeluarkan suara sepatah katapun, mendongak ke atas dan melihat genteng rumah yang terdapat titik bolong membuat dia paham. "Bantu aku dengan tangga, aku tak bisa melakukannya sendiri."

Jungkook berkedip, dia mendengar seruan yang tak ia percayai. Apa yang dia dengar bukanlah sebuah kesalahan. Sang kakak meminta tolong padanya dan membuat Jungkook menjadi sangat riang dalam benaknya. Dia berfikir bahwa Yoongi akan semakin dendam dengannya lantaran dia sudah sembarangan memeluk sang kakak dan membahas Jimin. Itu seperti sebuah mantra terlarang yang tak akan pernah Jungkook bahas. Kemarin adalah suatu miracle yang tak akan di lupa.

Jika di bahas apa yang terjadi dengan keduanya akan menjadi cerita yang panjang, yang jelas Yoongi merasa beban berat di pundaknya sedikit berkurang dan itu nampak seiring emosinya yang sedikit terkontrol. Bahkan dia tak membentak Jungkook, paling hanya mendiamkannya saja. Meskipun itu masih sama menyakitkannya dengan sikap lampau Yoongi.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Where stories live. Discover now