Part 45 : Reflection

1.1K 167 63
                                    

" Suatu kebaikan bukan berasal dari mana kau ingin diperhatikan tapi di puji, melainkan saat kau tulus ingin melakukannya dan membiarkan malaikat mencatatnya untuk bukti pada Tuhan. Bukan hal yang tak mungkin bahwa seseorang yang baik akan bertemu dengan orang baik, tapi ada juga yang baik bertemu yang jahat. Agar salah satunya bisa di perbaiki, hingga saat itu tiba. Mungkin kehilangan afeksi hidup akan mengubah segalanya, jeruji keegoisan dan kesombongan yang masih ditahan."

.

(Author **** POV)

Pernahkah kalian membayangkan hal dimana saat semua yang kau alami berlangsung beberapa detik atau menit dan kau akan mengingatnya selama bertahun-tahun? Tatapan penuh refleksi bayangannya seakan memberikan hal jawaban dalam benaknya tentang kebodohan.

Cermin saja tak mampu bisa menjawab apa yang dia pikirkan hanya karena melihat afeksi bayangan nya sendiri. "Apa yang kau pikirkan sayang, apalah kau sakit?" Ibunya duduk disampingnya, menyentuh kening sang anak dan merasakan hangatnya suhu badan itu secara normal. Jungkook yang sedang beristirahat dari acara pulang dari desa Sanjinam itu terkejut dengan kedatangan ibunya.

"Aku tidak apa eomma, aku hanya sedikit lelah." Jungkook berbohong, dia membohongi sang ibu mengenai segala pemikiran dalam otaknya. Dia juga menyembunyikan satu hal yang penting, itu semua demi kebaikan menurutnya. "Kau yakin tapi aku memperhatikan mu melamun dan kau belum makan, padahal Yoongi sudah makan." Disodorkan olehnya sebuah roti dengan telur dan segelas susu di atas nampan. Melihat wajah Jungkook yang lesu membuat wanita cantik itu memberikan perhatiannya, dia tak ingin jika ada yang sakit.

"Terimakasih eomma, kau tidak perlu repot melakukannya." Merasa tak enak, membuat namja manis itu bereaksi dia tak menyangka jika dia menjadi seseorang yang direpotkan, padahal bagi sang ibu tidak sama sekali. "Kau jangan sungkan aku ibumu dan lagi aku lihat kau dan Yoongi saling diam, ada masalah apa? Apakah disana dia sangat kasar?" Seperti menebak, manik seorang ibu yang merogoh kebenaran dari si bungsu.

Tatapan serius yang bertubrukan dengan tatapan yang mengejutkan seperti menyembunyikan sesuatu. Jungkook seraya menggeleng dan mengatakan tidak dengan nada gagapnya, dia tak ingin sang ibu menyalahkan kakaknya yang kadang tak punya adab itu. Apa yang harus di katakan kalau Yoongi sempat melakukan kesalahan dalam sebuah pencerminan. Dimana dia merasa bahwa ada hati yang mencelos dan membuat dia bilang semangat hanya untuk mendapatkan hak.

"Tidak ada eomma, dia sangat baik padaku bahkan sempat menolongku." Mengatakannya dengan nada ragu meski ada kebenaran ungkapan di akhir kalimat. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena tanpa sadar setiap sendi tubuhnya seakan meminta Jungkook jujur pada satu alasan yang mengganjal, hanya saja pemuda ini keras kepala untuk menyimpan beban sendiri. "Kau tidak berbohong bukan? Cukup heran karena Yoongi mau membantu orang lain karena dia jauh memikirkan diri sendiri biasanya." Sang ibu sedikit termenung dia memikirkan nasib putranya di masa depan jika dia terjebak dalam keegoisan sepanjang hidupnya.

"Kenapa eomma berkata seperti itu? Yoonhi hyung orang baik meski dia dingin dan tidak peduli. Apakah eomma sedang khawatir dengannya?" Jungkook merasa bahwa ucapan sang ibu menyimpan kesedihan, bagaimana tidak? Dia melihat manik mata wanita itu kosong. Seperti dia tenggelam dalam pemikiran berat. Rasanya Jungkook sangat takut jika ibunya sakit kepala.

"Eomma?" Wanita itu cukup terkejut saat merasakan bahunya di ketuk lembut, sang putra membuyarkan lamunannya dan dia langsung mengulas senyumnya, lebih tepatnya senyum palsu. "Eomma ada masalah?" Jungkook begitu perhatian melebihi Yoongi yang terkadang bisa jarang pulang jika berurusan dengan pekerjaan. Membuat sang ibu juga mengalami kesepian, dia wanita karir tapi dia juga membutuhkan kebersamaan dengan anaknya, sejak kepergian suaminya dia menjadi kesepian.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Where stories live. Discover now