Part 37 : Jamais Vu

1.2K 191 78
                                    

(Author **** POV)

Sang ibu membuka catatan tebal buku yang dia temukan di lemari. Tempat dimana sang anak kedua Min Jimin menyimpannya. Sampul yang berdebu itu sudah ia bersihkan, dia berada di kamar Jungkook dimana di kamar inilah sang anak kedua terakhir kali menghembuskan nafasnya. Dia merasa bangga karena Jungkook sendiri tak mengambil atau merusak barang milik mendiang anaknya. Dia akan membuat kamar baru untuknya setelah renovasi selesai, masih banyak kendala termasuk keuangan.

Ya, sepeninggal suami saham yang dijalankan turun dan beberapa diantara mereka memutuskan hubungan kerjasama. Itu bukan hal yang mudah setelah wanita cantik ini menggelontorkan uang untuk perusahan yang bisa dikatakan masih dalam tahap perkembangan. Di samping itu dia tetap menyimpan masalah itu agar kedua anaknya tidak tahu menahu. Dia akan berusaha untuk perekonomian keluarganya juga para pegawai yang berpegang dengan sarana lapangan kerja miliknya.

Rasa pusing yang mendera akibat memikirkan keuangan hilang begitu saja saat dia melihat gambar peninggalan sang anak dimana disana banyak sekali kenangan.

"Aigu, kau sangat menggemaskan sekali. Anak ku yang sangat tampan." Dia menyentuh gambar sang putra seakan dia membelai pipinya. Ada tatapan nanar disana dia merasa bahwa kesenjangan hatinya sudah sangat berat, ada kesedihan disana dan itu karena dia sudah kehilangan banyak orang. "Kau pasti sudah bahagia kan nak? Tak sakit lagi.. aku merasa lega karena itu tapi, aku juga kehilanganmu."

Sendu dan suara beratnya membuat dia seakan terlihat tak berdaya. Bukan hal yang mudah untuk menahan isak nya. Dia mengingat dengan jelas bagaimana wajah pucat sang anak, dia bahkan tak bisa menahan tangisnya itu semua karena Jimin yang berusaha keras untuk bertahan hidup.

Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya sosok ibulah yang paling menyesali ketika anaknya pergi selamanya.

"Aku akan membuat kakakmu sembuh sekaligus sadar, dia hanya belum terbiasa. Kau sudah mengajarkan pada ibu apa itu usaha, bahkan kau menjatuhkan keyakinan mu pada Jungkook bukan?" Sang ibu menatap foto anak dengan penuh sayang, dia melihat foto di dalamnya ada Yoongi kecil yang memeluk adiknya yang masih balita dari belakang.

Keduanya tersenyum dengan sangat bahagia dan masih ada wajah polos dan manjanya. "Kalian adalah putra kesayanganku, dan aku juga memiliki satu putra yang baik. Tuhan bisakah aku menjaga mereka, jangan buat aku berpisah dengan keduanya lagi." Dia pada akhirnya memeluk buku album foto itu. Dia sudah sangat puas melihat banyaknya gambaran anak kesayangannya.

Sembari menatap langit dari jendela, hawa panas masih terasa tapi tak apa. Dia melihat bagaimana awan itu bergerak dengan lembut, langit biru cerah dengan sedikit mendung yang bergerak dari barat. Semilir angin nampak membelai ranting dan itu sangat indah.

Dia menjatuhkan harapan pada seseorang, dan memainkan jemarinya satu sama lain.

Harapannya pada Jungkook sangat besar dan dia juga memberikan kasih sayang sama besarnya. Dia hanya ingin melihat Yoongi bahagia, juga melihat anaknya yang dulu kembali pulang. Ya... Kembali pulang Min Yoongi yang hangat dan peduli.

.

"Astaga aku sudah bilang tembikar itu kau bakar baru kau jemur jika kau tidak melakukan hal itu hasilnya akan buruk, nanti pelanggan lu akan kabur. Apakah kau mau aku tidak menggajimu?!!" Seorang nenek menimpuk lengan salah satu anak muda yang bekerja padanya cukup lama, dia nampak kesal sembari menunjukan hasil tembikar yang gosong dan hitam.

"Maafkan aku nek, tapi karena tidak ada panas membuat tembikar ini lama. Aku terpaksa dan jika keras aku akan memolesnya supaya nampak sama seperti lainnya. Pelanggan kita menuntut cepat, dan kita tidak punya alat seperti kebanyakan." Dia memasang wajah memelas dia tak ingin mengecewakan majikannya, hanya saja dia juga mengaku salah karena tidak bertanya dahulu.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Where stories live. Discover now