Part 44 : Mikrokosmos

1.1K 177 105
                                    

"Hal sekecil itu bisa dilihat, lalu apakah hati itu bagaikan molekul yang di lihat dengan mikroskop? Kalau kebaikan hanya sebuih lalu kenapa kejahatan bisa satu lautan?"

.

(Author ***** POV)

(Flashback ***** ON)

12 February...

Hujan turun dengan deras, seseorang melangkah kakinya di tengah badai yang terjadi. Tak ada mobil atau kendaraan umum, yang ada hanya sebuah payung putih yang bertarung dalam badai angin dengan sebuah tas dan keranjang bayi.

Suara gagak bahkan tak bisa terdengar karena mereka sibuk berteduh dan juga badai hujan yang begitu membingungkan setiap pendengarannya. Namun, dia terpaksa menerobos dan masuk lebih dalam di sebuah kawasan jalan setapak penuh dengan pohon.

Dia masih menggunakan baju rawat inap dengan pandangan gelisah juga beberapa kali menoleh ke belakang. Wanita itu berusia sekitar dua puluh lima tahun dan dia menyembunyikan wajah lelahnya. Wajah pucatnya yang
seperti kehabisan darah. Dia yang berjalan tertatih seperti kehilangan keseimbangan, dengan berkali-kali menopang pada Pohon setiap dia melangkahkan kakinya.

Tuhan melihat satu keburukan darinya, sesuatu yang tak ada orang tau selain malaikat yang mencatat perbuatanya. Dia seperti mengubur dosa dengan cara laknat.

Sampai di sebuah rumah dengan melewati bayang teriakan orang yang membayang di otaknya dan juga keluhan alam padanya. Dia tak bisa menangis dengan lepas, hanya tatapan sendu yang kini tangan mengulas senyum di pipinya. Dia mengusap air matanya sendiri dengan kebanggaan.

"Kau adalah anugerah terbesarku, akan tetapi kau datang di saat tidak tepat." Dia memperhatikan sang bayi mungil yang tertidur lelap dalam keranjang itu.

"Satu bulan menyusui mu. Bagiku itu sudah cukup, aku tidak ingin aib dan tidak ingin kesalahan yang sama saat mengurus mu. Beruntung wajahmu mirip dengan ku dan bukan ayahmu. Aku tak akan membunuhmu tapi aku menemukan surgamu. Disini kau aman dan suatu hari nanti mungkin kau akan menjadi anak orang kaya."

Bayi itu tak menangis, meski guntur berbunyi dan hujan deras turun di bawahnya. Di bawah lindungan payung sang ibu dengan pelukannya juga, tapi tak lagi hanya karena wanita itu juga di kejar badai. Semakin larut dan semakin deras hujan turun. Suhu dingin mematikan sendi setiap nya dan menciptakan linu yang luar biasa di tubuhnya. Apalagi bekas operasi sesar yang dia jalankan belum sembuh total.

Manusia....

Hamba Tuhan, apakah mereka selalu seperti mengabaikan perintahnya. Wanita itu mencium kening bayi kecilnya, menciumnya dengan syahdu dan mencium dengan sayang. Memejamkan kedua matanya hingga titik air mata itu jatuh. Dia datang dan dia pergi...

"Tumbuhlah dengan kuat jadilah manusia berhati malaikat. Maafkan ibumu nak, aku membawamu kesini agar kau menjadi lebih baik. Hidup dengan ibumu akan menjadi masalah dan kau akan menjadi anak yang bermasalah. Ibumu ini seorang penjahat dan bukan wanita baik. Aku akan meminta pada Tuhan supaya kau bahagia selalu nak."

Tatapan itu menjadi kosong saat setiap langkahnya. Tatapan penuh dengan untaian dosa yang pernah ia lakukan bahkan sampai sekarang, dengan mengatakan ini dosa terakhir dan terbesarnya. Semesta menyaksikan salah satu kekejaman yang begitu nyata.

Mungkin jika bayi itu tumbuh dewasa, dia pasti akan bertanya 'di mana ibunya?' memandang dari sana. Wanita pucat itu bahkan menangis, meninggalkan payung yang dia pakai untuk melindungi tubuh putra kecilnya dari cipatran air dingin itu. Semakin mengutuk nya dan sepertinya Tuhan akan murka.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Where stories live. Discover now