Part 15 : Jump

2.1K 283 75
                                    

(Author **** POV)

(Flashback *** ON)

"Jungkook kau dari mana sayang? Kakak dan adik-adikmu mencarimu, kenapa kau sangat kotor?" tanya sang mama, saat melihat penampilan bocah lucu nan menggemaskan itu berjalan masuk dengan keranjang kue ditangannya, jangan lupa kostum kelincinya yang berdebu dan meninggalkan noda putih karena suatu hal.

"Kookie tak sengaja menumpahkan tepung bibi galak."

Adunya dengan manik mata polos, merasa senang dengan kehadiran mama yang kini membersihkan wajah dan pipinya yang penuh dengan tepung. Beberapa kali bocah kecil itu mengedipkan kelopak matanya saat ada tepung yang masuk ke dalam kelopaknya. Kasihan tapi menggemaskan karena Jungkook sangat menggemaskan dengan aksen mengusap mata dengan sapu tangan kelincinya ia seperti anak kelinci yang tersesat dan menangis.

Sang mama tersenyum, ia menurunkan dengan perlahan tangan Jungkook kecil dan meniup kelopak mata kanan anak asuhnya itu. Bahkan perlakuan yang ia tujukan seperti seorang ibu pada anaknya, walau pada kenyataannya dia adalah seorang wanita yang menjanda tanpa anak. seorang wanita mulia yang membangun sebuah panti asuhan bagi mereka yang terlantar, merawat anak tanpa orang tua seperti anaknya sendiri. Sebuah ide penuh kemanusiaan yang mampu membuat ia terhibur, dan belajar bahwa tak mempunyai anak itu bukan sebuah hal yang patut di tangisi. Bersyukur karena Tuhan masih mempertemukan dengan anak-anak hebat yang ia asuh.

Bisa mengajari mereka, dan begitu sebaliknya. Karena menurutnya anak-anak yang mengajarkan dia menjadi orang tua yang baik entah itu sempurna atau tidak. Dari kelas ekonomi panti asuhan ini memang nampak kekurangan hanya saja anak didiknya berusaha untuk mencukupi kebutuhan mereka. Entah makan atau pendidikan, dan menjual kue biskuit atau makanan manis membuat mereka bisa bertahan hingga sekarang. Di dunia yang penuh dengan persaingan kasta ini.

"Sudah, tak sakit lagi kan?" tanyanya dengan suara lembut juga tatapan sayang yang teduh. Sebuah senyum tipis tertarik ke atas, yang menampilkan dimpel di pipinya. Wanita cantik dan manis secara bersamaan walau usinya tak lagi anak muda.

"Gomawo mama, Kookie sudah baikan." Si kecil tersenyum, menampilkan giginya mungil berbentuk kelinci. Senyuman yang membawa kebahagiaan itu pendapat sang mama dan beberapa anak disana. Bahkan Jungkook kecil sangat menggemaskan dengan baju yang ia kenakan saat ini, bisakah sang mama mengabadikan senyuman itu sebagai gambar foto? Agar kelak senyuman itu masih ada hingga anak asuhnya Jeon Jungkook bisa melihat dirinya ketika dewasa.

"Aigu, kenapa kau semanis ini. Kau membuat mama tersipu dengan senyuman kelincimu."

Merasa gemas, tanpa ampun sang mama mencubit pelan hidung bangir Jungkook. membuat Jungkook tertawa geli karena tangan halus mamanya. Tak ada rengekan atau pun protes hanya sebuah gelak tawa spontan dari seorang bocah yang merasa bahagia.

"Mama, mama kenapa mama suka hidung Kookie?" tanyanya setelah tangan itu terlepas. Bahkan Jungkook kecil bergelayut manja di lengan sang mama. Seperti tak membiarkan wanita itu bangun dari bersimpuhnya.

"Karena Kookie menggemaskan juga tampan itulah kenapa mama suka hidung Kookie. Kau tahu betapa bahagianya mama bisa menjadi orang tuamu, sangat disayangkan anak mama yang tampan ini harus dibuang dulu." ucapnya dengan bibir yang mengerucut gemas, bahkan tangannya sangat lihai mencubit atau menyentuh dengan ujung jemarinya. Merasa jika Jungkook pantas menerimanya dengan kasih sayang yang lebih dari ini.

"Mama kan ibu Kookie. Kookie sayang mama, jangan tinggalkan Kookie ne." Tiba-tiba saja Jungkook kecil menghampiri sang ibu, memeluknya dan merangkul manja di leher sang ibu. Ia tak peduli jika tubuhnya yang masih ada noda putih tepung akan mengotori pakaian abu-abu milik mamanya. Nyatanya ia tak menerima amarah dari sang mama, malahan dirinya di peluk dengan sayang.

Haru - Haru (Sad Story Jeon Jungkook) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang