"Waktu olimpiade sesi matematika tinggal sepuluh menit lagi."

Kiana mengembuskan berulang kali napasnya. Kertas olimpiade berisi dua puluh soal pilihan ganda, dan sepuluh soal essay yang tertera di layar iPad.

Sekarang Kiana ada di nomor tiga essay. Bagian pilihan ganda sudah ia kerjakan semua dengan yakin dan ragu. Keraguan tetap ada dalam dirinya, terlebih untuk nomor tiga essay yang sangat sulit bagi Kiana ini.

Kiana sudah empat menit--sebelum juri memberi pengunguman-- hanya berdiam diri karena soal nomor 3 yang isi pertanyaannya adalah; Rata-rata nilai ulangan dari 20 siswa kelas A adalah 60. Jika ditambahkan dengan beberapa orang siswa dengan rata-rata 70, maka rata-rata total menjadi 62.

Tentukan berapa banyak siswa yang mendapatkan rata-rata 70?

Sebenarnya pertanyaan ini mudah dibanding pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Sagara sudah mengajari Kiana di hari pertama di apartemen saat itu, namun sungguh sekarang Kiana tidak ingat apa-apa.

Benar, kalau kalian dapat menjawab soal yang sekarang membuat Kiana diam, dan kalian mengatakan bahwa soal tersebut adalah mudah, maka selamat, sepastinya semakin bertambah orang yang membenarkan omongan murid-murid SMA Tunas Bangsa tentang kapasitas otak siswi kelas XI IPS 2 bernama Kiana Sharetta Hauri itu.

Kiana mengangkat kepalanya menghadap depan, ke arah televisi yang menempel di dinding atas gedung, di sana memperlihatkan Zayara Audy yang tampaknya sedang mengoreksi ulang jawaban adik kelasnya itu yang saat ini pasti sudah selesai.

"I don't know..," lirih Kiana.

"Waktu tersisa lima menit lagi, semua tangan tidak boleh memegang pena di detik terakhir."

Kiana semakin bimbang. Dia takut, padahal seharusnya Kiana tidak berhak merasa takut karena pada akhirnya ia tidak bisa, kan?

"Kalau gak bisa jawab, lo lompat ke soal lain aja. Lo gue perhatiin sering stuck di satu soal sampai timer lo udah abis. Kuncinya, jawab semua soal, ga boleh kosong."

"Jawab semua soal, gak boleh kosong, jadi kalau gue gatau gimana?? Masa ditulis 'saya gatau nomor ini, saya mau pulang' gitu?"

"Ahahahahahaha, lo aneh."

Cepat-cepat Kiana mengambil pena penyentuh iPad dan melompat ke soal nomor empat dan lima essay. Dia menghabiskan hanya dua menit untuk dua soal terakhir, karna menurut Kiana memang mudah. Kiana tidak tahu kalau semua jawabannya salah atau benar.

Tidak boleh ada soal yang tidak diisi. Jangan sampai karena nomor tiga essay ini, Kiana jadi tidak selesai soal berikutnya. Seperti yang dikatakan Raksa padanya, tawa cowok itu pun seakan masih terdengar di telinga Kiana.

"Only 180 seconds left."

Layar iPad Kiana melicin karena keringat di telapak tangannya. Kiana merasa pusing ketika belum ada satu pun angka yang muncul di otaknya untuk mengisi jawaban soal essay nomor 3.

"Finished."

"I'm done."

"Finished."

"Finally done!"

"Gue udah selesai dari tadi."

"Selesaiii!!!"

Panik.

Kiana semakin panik. Kaos kakinya di bagian telapak juga sudah basah karna Kiana keringat dingin. Suhu yang dihasilkan AC membuat jantung Kiana tidak tenang, terlebih ucapan para peserta olimpiade lain yang sudah selesai dan maju ke depan mengantar kertas dan iPad olimpiade.

Rewrite My Heart [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora