📖🖊 ♧ 56. Rush ♧

433 40 14
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

________________________
___________________________

"Biarkan hidup ini mengalir sebagaimana mestinya. Just do your best! Hidup memang begini, kita yang menjalani, Tuhan yang menentukan, dan orang lain yang mengomentari."













Seoul, 22 Maret 2023

*****

~Ayla

Tiga tahun berlalu begitu cepat.

Beberapa tahun lalu, aku menghabiskan masa magangku bukan di Seoul. Membuatku dan Namjoon harus kembali jauh. Itu tidak masalah, selama ini Namjoon dan aku juga sudah sering berhubungan jarak jauh. Kesibukan tour konser dan promosi album BTS menjadi rutinitas yang harus dijalani Namjoon selama menjadi idol dan leader di grup boyband tersebut.

Sementara Namjoon sibuk dengan karirnya, aku sibuk dengan kegiatan magangku. Pandemi Virus Corona yang pernah menyerang dunia pada awal tahun 2020 berimbas dalam kesusahan di berbagai negara, termasuk negara yang kutinggali, Korea Selatan. Kekurangan tenaga medis membuat kami, para lulusan dokter yang masih magang harus turun tangan menangani bencana akibat virus mematikan itu. Satu-persatu pasien postif Covid-19, rekan dokter senior, para perawat, dan bahkan teman-teman magangku harus meninggal. Menjadi korban.

Kelelahan karena tekanan bekerja dan siaga 24 jam sehari adalah jaminan yang harus dibayar. Selalu waspada, kami adalah orang-orang di garda terdepan yang menangani para pasien positif, resiko terkena paparan virus juga sangat tinggi. Baju APD, masker, dan face shield sudah seperti pakaian sehari-hari. Kematian adalah hal biasa yang sering kulihat selama masa magang. Ini semua termasuk bentuk pengorbanan atas dedikasi dalam dunia medis, aku tidak takut mati di sini, karena inilah pilihanku dari awal. Namjoon selalu menyemangatiku, dia membuat ragaku yang jatuh dalam keraguan selalu kuat serta bangkit untuk kembali mendapat energi positif baru.

Dosen waliku, Profesor Eundoo adalah salah satu dokter ketua dalam pembuatan vaksin untuk virus Covid-19 di Negara Korea Selatan. Beliau menunjukku ikut serta dalam riset pembuatan vaksin itu. Sebagian dokter dan peneliti yang terlibat meragukan keputusan Profesor Eundoo, bagaimana bisa dia memasukkan anak magang dalam riset yang melibatkan banyak nyawa ini. Tapi, professor tetap yakin dengan keputusannya untuk memilihku ikut serta.

Alhasil, setelah melihat kinerjaku dalam menyelesaikan masalah untuk percepatan riset vaksin, aku diberi banyak pujian. Kerja keras tidak pernah menghianati hasil. Namaku masuk dalam salah satu jajaran dokter yang menemukan vaksin pertama virus Corona, padahal aku belum mendapatkan surat lisensi sebagai dokter, notabene title-ku yang masih dokter magang bahkan sudah diabaikan. Aku kini tidak pernah dipandang sebelah mata lagi. Ini keajaiban! Perlahan Korea Selatan berhasil pulih kembali. Virus mematikan itu akhirnya bisa ditangani dengan baik dan pandemi yang menyerang serta melumpuhkan segala aktivitas kembali normal setelah harus berdiam diri dalam ketakutan di dalam rumah. Pandemi sudah resmi berakhir. Gerakan lepas masker sudah dijalankan. Tiga tahun lebih menjadi masa yang lumayan lama untuk menormalkan segalanya.

Masa magangku pun juga telah habis. Semua pencapaian, membuatku langsung dapat tawaran bekerja menjadi salah satu dokter tetap di rumah sakit umum dekat Gereja Myeongdong. Kabar baiknya, aku dan senior Geong Min bekerja di rumah sakit yang sama, dia di bagian poli gigi dan aku di bagian poli ibu dan anak. Rasa bersalah pada Naira membuatku ingin terus menolong wanita lain melahirkan anaknya dengan selamat untuk menebus semuanya. Dan sekarang, aku sedang bersiap untuk menyelesaikan pasca sarjanaku, mengambil studi spesialis kandungan.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now