📖🖊 ♧ 19. Feeling ♧

476 56 69
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

_______________________
___________________________

"Aku mengenalmu tanpa sengaja, Aku mencintaimu juga tanpa syarat. Inilah yang disebut sebagai takdir."











*****

Ayla masih saja mengatur degup jantungnya yang kacau agar tidak terlalu kencang. Dia meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Meraih guling dan terus meninjunya dengan keras sampai mengumpat kasar, mengatai Kamal dengan nama keisi kebun binatang kecuali kupu-kupu, lalu membenamkan kepala ke kasur, lelah.

"Kamal SIAAALAAAAANNN! Gua jadi takut! Kalo sadar tuh cowok gila bakal nemenin gua Seoul! Gua takut diapa-apain. Abii Umiiikkk toloongin anakmu! Apa gua batalin aja yah tawaran Pak Kepala Sekolah? Jangan! Jangan Ayla! Nanti kepala sekolah kecewa sama gua. Ayla bodoh! Ngapain juga lu pake masuk ke sana siiihhh! Ya ampun, jantungan! Gua takut banget!"

Ayla masih terus saja marah-marah pada dinding kamar. Kasihan dinding dan guling di kamarnya, gak salah apa-apa padahal. Ayla begitu panik, Kamal adalah lelaki pertama yang berani memeluknya-selain ayahnya.

"Takut kenapa, La?" Rai berdiri di belakang Ayla sambil memiringkan kepala penuh keheranan.

"Engg-enggak kok. Gua cuma takut gak diizinin sama ortu. Lo kok masuk gak ngetuk pintu dulu sih?" Ayla kaget menyadari Raisyah sudah berdiri di belakangnya, berusaha secepat mungkin mencari alibi, memutar isi kepala dengan memeras segala diksi dalam otak jenius itu.

"Oouuhhh. Bilang aja ini kesempatan emas, semua orang juga mau kali, La! Bisa masuk ke SMA terbaik, terfavorit dan paling bergengsi di Seoul itu, gratis lagi! Kurang enak apa coba? Hahahhaha, Yahh sorry ... abisnya pintu kamar lo tadi gak kekunci, gua liat lo lagi baring, jadi gua masuk aja." Rai dengan semangat naik ke atas tempat tidur lalu duduk bersilah. Ayla seketika bangun untuk menyamakan pandangan mata mereka.

"Iya sih, tapi Abi gua bukan orang yang mudah ngizinin kek gitu." Ayla tertunduk lesu.

"Semangat, La!" Rai tersenyum, membuat Ayla mendapatkan energi positifnya lagi.

"Makasih, Rai."

"Eiits, inget? Dalam persahabatan gak perlu ngucapin banyak terima kasih dan maaf, okee?" Rai mengangkat tangan kanannya untuk mengajak Ayla tos.

"Siap bos!"

Toss!

Suara dua telapak tangan mereka yang melakukan highfive.

"La, lo beneran gak sakit, kan?" Raisyah menyentuh kening Ayla penuh kekhawatiran.

"Gua udah sehat! Udah mendingan!" Ayla berteriak dan menekankan kata 'udah sehat' untuk meyakinkan temannya.

"Terus tadi kenapa tiba-tiba ngajak pulang? Udah gitu, muka lu kek ngeliat setan tau gak. Tiga tahun gua sering main ke rumah Sherly gak pernah tuh gua liat setan, palingan si Andra. Mirip dikit kek setan, kelakuannya doang." Raisyah mencoba menebak.

"Udah jangan dibahas, g-gua cuma ... kena ... sa-sakit perut! Heheh, sama pusing, makanya pucet." Ayla tidak menceritakan kejadian sebenarnya dan berusaha mencari Alibi lagi.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now