📖🖊 ♧ 08. So Mystique ♧

491 94 32
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

______________________
____________________________

"Kita hidup di dunia tidak sendiri, ada dimensi lain yang berdampingan dengan dunia kita. Mereka hampir mirip seperti kita, namun dengan wujud yang jarang bisa diterima akal manusia. Mereka melihat kita, dari tempat yang kita tidak bisa melihatnya balik."

















*****

Uuh! Sangat mengenaskan.

Mbak itu terjatuh dari tangga yang licin, kepalanya terbentur salah satu anak tangga saat hendak mencuci piring kotor ke kran di samping kamar mandi. Temannya memunggut pecahan kaca yang berserakan, sementara yang lain memangkunya sambil menangis, panik melihat darah mengalir di kepala dan dia belum juga bangun. Mbak Fatma juga buru-buru datang setelah mendengar suara itu, menelepon ambulance dan segera membawa mbak yang malang itu ke rumah sakit.

Santri putri lain ikut membopong tubuhnya yang basah sebagian karena terkena air di lantai kamar mandi pondok ke dalam mobil Ambulance yang parkir tidak jauh dari pondok putri. Semoga dia tidak apa-apa. Mbak Fatma bicara pada Kang Hasan, sesekali raut muka mereka berubah takut. Seperti ada yang janggal.

"Di tangga ini emang sering kejadian kayak gitu sih." Naira bicara begitu kepada Ayla.

"Kejadian?" tanya Ayla dengan nada sedikit penasaran diburu rasa ingin tahu. Sepuluh tahun lalu, saat Ayla ke sini, Ayla tidak pernah ada niat untuk berkunjung ke pondok putri apalagi untuk tahu hal seperti ini.

"Ntar, aku ceritain di kamar aja." Naira sedikit berbisik ke telinga Ayla dan menggandeng tangannya untuk kembali ke kamar.

"Kamu gak pernah denger cerita ini dari Mbak Fatma atau Kang Hasan? Soal kejadian-kejadian janggal di pondok ini?" Dia menutup laptopnya dan mengambil dua bantal, yang satunya diserahkan pada Ayla.

"Eh? Kejadian janggal apaan sih? Kepo tau!" Ayla berusaha memburunya dengan pertanyaan.

"Iya, kejadian kayak tadi. Kepleset di tangga ini. Padahal tangganya tuh enggak licin. Tiap tahun pasti ada aja yang jatuh, kadang yang selamat selalu bilang hal yang sama. Kerasa kayak ada yang lewat cepat di sampingnya, terus berasa ada yang dorong dari belakang dan tiba-tiba kayak kehilangan keseimbangan. Kadang, kalo tengah malem, ada juga yang sering liat anak kecil rambut putih duduk di tangga. Pasti itu penunggu di sini deh!" Naira mendramatisir ceritanya dengan melototkan kedua bola matanya. Tapi dia gagal, Ayla sama sekali tidak takut dengan wajah imut itu.

"Udah aah, Ra! Parno sendiri tau jadinya." Ayla tidak takut dengan wajah melotot Naira, tapi ceritanya cukup membuat bulu kudu sedikit berdiri.

"Ok, tapi kalo mau tau cerita sebenarnya, minta aja ceritain Mbak Fatma atau Kang Hasan. Kayaknya mereka tau sesuatu deh." Naira memberi tahu saran yang cukup menarik.

"Gak tertarik juga sih." Ayla menyangga dagu dengan tangan kiri. Padahal ia sendiri sangat suka dengan sarannya itu.

"Nih, mau aku kasih gak? Mp3 lagu-lagu EXO. Enak tau! Didengerin pas gabut." Dia mengecek playlist di ponselnya. Mereka saling bertukar lagu via bluetooth.

Pondok di sini memang cukup bebas. Santri putri boleh menggunakan ponsel dan membawa barang-barang elektronik lainnya seperti laptop, tapi kalau sudah jam delapan malam, semua ponsel dan laptop harus dikumpulkan ke pengurus. Saat mengaji juga tidak boleh bawa HP.

"Gak perlu semuanya, aku bisa cari sendiri." Ayla menolak tawaran Naira yang hendak mengirim semua Mp3 itu ke ponsel milik Ayla.

"Aku pulang dulu yah, Ra. Udah mau sore nih. Bentar lagi Asar." Ayla meraih tas dan berdiri untuk pergi.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now