📖🖊 ♧ 02. Ozlem ♧

808 126 35
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

___________________
__________________________

Musim semi.
Saat salju Kota Istanbul mulai meleleh perlahan.
Saat kuncup mahkota bunga-bunga tulip terindah mulai berlomba bermekaran.
Saat ujung dahan pepohonan mulai malu-malu bertunas hijau menawan.
Hamparan alam melepas jubah putih kebanggaan.
Menarik atensi tanpa pilih-pilih dari berjuta pasang mata di bawah sinar hangat surya.
Tepat hari itu, seorang pangeran kecil tiba.
Bak seekor mariposa kecil hinggap di keluarga kami.


Istanbul, 22 Maret 2001

******

"Oeek! Oooeekk! Oooeek!"

Suara tangis bayi memecahkan hening malam di salah satu ruang bersalin Istanbul Ikitelli City Hospital. Seperti baru kemarin terdengar di gendang telingaku.

Usiaku saat itu, baru dua tahun, tapi cara berpikir dan bicaraku sudah seperti anak umur enam tahun, beberapa tahun lebih dewasa dari balita pada umumnya. Aku masih ingat detail kejadian ini, sama gamblangnya seperti ingatanku saat Anne mengajariku bicara untuk pertama kali. Ingatanku extraordinary, sangat tajam dan itu bukan hal baik. Tak selamanya semua kenangan adalah kenangan indah, tapi mau tidak mau, memori otakku selalu mengingat itu semua, tanpa pilih-pilih.

Bangunan rumah sakit Istanbul ini adalah tempat lahirku dan Ozlem, sekaligus saksi bisu satu serpihan kenanganku dengannya, Tuan Kim. Aku bahkan tidak bisa mendefinisikan apakah itu termasuk kenangan indah atau kenangan menyakitkan. Semua terjadi bersamaan, tercampur aduk. Dua puluh tahun ke depan.

Salah satu tangan kecilku digandeng tangan kekar Baba. Bersama, kami berlari secepat kilat masuk ke dalam ruangan, sontak setelah mendengar suara tangisan. Pintu sebuah bilik ruangan 4×5 m² dibuka, cat temboknya putih dan keramiknya bersih, kotak-kotak berjejer rapi. Tidak banyak benda-benda terlihat, netraku hanya fokus pada sesuatu. Bayi bertubuh mungil terlelap dalam dekapan hangat dua tangan seorang malaikat berwujud wanita tercantik sedunia yang kusebut Anne. Rupa bayi itu, sekilas sangat mirip Anne. Perawat bermata biru meraih raga mungil bayi berbalut selembar kain biru muda itu dari dekapan Anne dengan sangat hati-hati dan memberikannya kepada Baba.

"Selamat, Tuan. Bayi Anda laki-laki dan sehat," ucap seorang perawat wanita yang memakai baju serba putih dan rok di atas lutut. Perawat itu tersenyum lebar nan bahagia, deretan gigi putihnya terpampang jelas. Seolah mengatakan ikut senang dengan kelahiran bayi tersebut.

Baba langsung menggendong tubuh bayi itu dan mengumandangkan adzan di telinga kanan disusul iqomah di telinga kirinya, sama seperti yang dilakukan seorang ayah muslim pada umumnya kepada bayi baru lahir. Selesai melakukan itu semua, Baba mencium kening Anne. Seolah memberi tahu pada dunia, betapa ia sangat mencintainya. Mereka saling menatap satu sama lain. Saling tersenyum bahagia lalu pandangan Baba mengarah ke bayi itu.

"Ozlem." Kata pertama yang Baba ucapkan saat melihat wajah mungilnya. "Aku ingin menamainya Ozlem." Baba mengusap pipi merah bayi itu. Dan menyerahkannya pada Anne lagi.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum