📖🖊 ♧ 52. Descrimination ♧

423 39 24
                                    

Setelah membaca ini, saya harap tidak ada kontroversi atau rasa benci terhadap agama apapun. Percakapan dalam dialog antar tokoh adalah murni sebagai bumbu konflik yang sedang ingin diciptakan Author. Ingat, genre cerita ini adalah fanfiction, 100% isi adalah fiksi. Tidak bermaksud menyinggung agama tertentu. Harap jadi pembaca yang bijak dan patuhi aturan serta jaga etika dalam menulis komentar. Atas pengertian dan perhatiannya. Saya ucapkan terima kasih! 🙏

Happy Reading Gaes (!) 💜

______________________
_____________________________

"Tasbihku dan Rosariomu selamanya takkan pernah bisa bersatu, tapi tolong jangan jadikan perbedaan ini sebagai alasan untuk saling mendeskriminasi."
















*****

"Maukah kau menjadi museumku? Aku ingin kau menjadi tempatku tersimpan selamanya setelah semua ketenaranku perlahan jadi sejarah. Maukah kau menua bersamaku?"

Ucapan Namjoon sangat serius. Itu bukanlah sebuah guyonan atau kata yang punya konotasi berbeda. Maksudnya sudah sangat jelas! Sebuah ajakan yang berhasil membuat Ayla bungkam dengan semua kata-kata Namjoon itu. Ayla hanya bisa menatap dan mematung. Semilir angin masih melintas tanpa sungkan di antara mereka berdua senja itu.

Langit di San Maroco perlahan menghitam, matahari mulai kembali ke tempat peraduan. Ayla menghabiskan sepanjang senja bersama Namjoon. Lelaki itu masih terdiam menunggu jawaban Ayla. Mata sipitnya terlihat lembut, memancarkan sorot tak sabaran. Ingin segera mendengar apa kata yang akan diucapkan oleh bibir Ayla.

"Oppa, ini semua ... maksudku-" Ayla kehilangan tiap diksi di pikirannya.

"Mian, aku terlalu egois. Aku jadi kekanak-kanakan karena mengutarakan keinginanku untuk terus bersamamu. Aku sungguh menyukaimu Ayla dan kupikir inilah cinta." Mereka berdua masih bicara, menghabiskan detik-detik terakhir matahari terbenam sempurna.

"Oppa, aku ....."

Ayla masih tidak bisa mengatur kalimatnya sendiri. Dia ingin mengatakan sesuatu yang entah apa.

Dasar si Ayla!

Jawab iya aja gitulooooh!

Gemes anjir! Orang lagi lamar disuruh nunggu terus!

"I Live so I Love. Live and Love, Love and Live. You make 'I' turn on 'O'. If 'I' is me and 'O' is Our, so 'Love' cann't be 'Love' without letter 'O', and if 'O' is 'Our', so 'Our' cann't be 'Our' without you. Cinta membuat seseorang merasa hidup (live). Kata cinta (love) yang bagiku sekarang berarti ada dalam hidupku karena adanya dirimu, Chakhae," ucap Namjoon dengan tatapan serius. Mata sipitnya semakin menajam.

"Aku menerima terlalu banyak cinta darimu, Oppa. Apakah aku pantas?" Ayla menunduk.

"Kau tak perlu mengatakan itu. Aku sudah paham maksudmu. Apa yang sedang kau ragukan, Chakhae?" Tanya Namjoon menatap wajah Ayla yang menunduk.

"Orang tuaku," guman Ayla lirih.

"Kau meragukanku karena itu, Ayla?" Namjoon masih dalam posisi melihat wajah Ayla yang menunduk.

"Tidak, Oppa. Bukan begitu. Aku sama sekali tidak pernah meragukan keseriusan, Oppa." Ayla menekuk lututnya. Dia sekarang membiarkan dagunya menyentuh kedua lutut dengan merangkul dua kaki mungilnya.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now