📖🖊 ♧ 31. Tragedi ♧

468 46 46
                                    

Happy Reading Gaes (!) 💜

_______________________
_______________________________

"Permintaan terakhirku, tolong jangan lupakan aku."
















23 Desember 2014

*****

Ayla sekarang di bagian depan Severance Hospital, mengisi formulir untuk tindakan selanjutnya di tempat administrasi. Sayangnya, dia masih di bawah umur dan belum bisa jadi penanggung jawab tapi beruntungnya Ayla punya uang, petugas setuju dengan sebuah jaminan Ayla harus membawa wali, apa? Dia harus minta tolong ke siapa sekarang? Apa dia harus melibatkan Kamal dalam masalah ini? Ayla tidak bisa berpikir jernih sekarang, dia akan memikirkannya nanti.

Langkah kaki Ayla segera berlari ke ruang bersalin begitu semua urusan selesai, tapi pintunya sudah ditutup dan dia tidak bisa masuk ke dalam. Akhirnya, Ayla cuma bisa mondar-mandir di depan ruang bersalin, menunggu sahabatnya dan berharap cemas. Malam ini begitu panjang, Ayla duduk lalu berdiri, terus-menerus mengulangi kegiatan yang sama selama beberapa jam di koridor putih bersih yang hanya ada beberapa bangku kursi milik rumah sakit. Suara tangisan bayi terdengar, Ayla langsung bahagia begitu mendengar suara tangisan manis itu. Seorang dokter wanita berwajah asli korea keluar dari pintu ruangan.

"Anda keluarga dari pasien Nyonya Nadia Nairafelia?" Dokter itu bicara dengan menggunakan bahasa korea, tapi Ayla sudah sangat paham karena lama tinggal di Seoul.

"Bukan, Dokter. Saya temannya," jawab Ayla dengan cemas.

"Oh, begitu. Saya hanya ingin memberi tahu kalau Nyonya Nairafelia meninggal waktu proses melahirkan."

Degh!

Detak jantung Ayla rasanya seketika terhenti.

Naira?

Meninggal?

Energi Ayla tersedot habis, tubuhnya lemas tanpa tenaga, terduduk ke lantai. Gravitasi menarik semakin berat di bawah telapak kakinya. Koridor putih itu seketika jadi lebih dingin dari sebelumnya. Jaket dan syal Ayla tidak bisa menahan hawa dingin membeku. Setiap anggota tubuhnya membatu. Bibir Ayla seolah terkunci untuk bicara. Sorot matanya kosong dan dari tepi kedua matanya keluar cairan bening. Ayla menangis dengan pandangan kosong. Tangannya memegang ujung bangku besi koridor rumah sakit yang terletak tepat di sampingnya. Tangannya lebih dingin dari besi itu. Pikiran Ayla sekarang benar-benar hampa! Kosong tanpa sisa. Dia kehilangan sahabat terbaiknya.

Dokter masih melanjutkan perkataannya, meskipun Ayla tidak bisa mencerna satu pun kalimat yang diucapkan dokter itu. "Nyonya Nairafelia melahirkan di usia yang terlalu muda, otot-otot rahim belum siap sempurna untuk melahirkan janin. Tekanan darahnya juga tinggi, kami tidak bisa mengambil resiko untuk membiarkan ibu dan janinnya mati. Jadi, kami melakukan tindakan terbaik untuk menyelamatkan bayinya. Maafkan kami." Dokter pergi berlalu begitu saja.

Ayla masih mematung. Manik mata coklat gelap itu kemudian melihat pintu terbuka perlahan. Kesadaran dan kontrol tubuhnya kembali pulih. Dia menyeka air mata dan segera berlari masuk ruangan. Naira sudah menutup mata. Suster membersihkan sisa-sisa darah dan merapikan alat-alat operasi lainnya.

Seorang suster memberikan secarik kertas pada Ayla."Nyonya Naira memberikan surat ini sebelum proses melahirkan tadi, dia meminta agar disampaikan kepada Anda."

Ayla masih tidak bisa bicara apapun. Dia menatap wajah pucat Naira yang sekarang sudah tidak bernyawa di atas ranjang kamar rumah sakit. Tertidur damai. Wajahnya nampak kelelahan, tapi memancarkan aura kebahagiaan.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now