📖🖊 ♧ 16. JIS ♧

492 70 21
                                    

Happy Reading gaes (!) 💜

_____________________
____________________________

"Sekolah itu tempat yang berisik kalau menurutku."






*****

Tung Tung Tung!

Bel masuk berbunyi. Seperti titah tanpa kata, bel itu mampu membuat semua murid sudah duduk rapi pada bangku mereka masing-masing. Kelas Ayla sepi, kebanyakan anak-anak di dalam sibuk dengan urusan masing-masing. Belum ada yang akrab satu sama lain. Tidak ada anak nakal pengacau di kelas. Semua adalah siswa-siswi pilihan, terbaik dan terpintar di angkatan IPA. Ayla menimbang hal itu setelah tidak melihat Raisyah masuk ke kelas ini, padahal jurusan peminatan mereka berdua sama.

Ayla sekelas dengan Sherly, di kelas X IPA A dan Raisyah masuk kelas X IPA E. Tebakan Ayla, kelas diurutkan sesuai hasil nilai tes. Ayla pemegang kursi beasiswa jalur undangan, jadi tidak melewati seleksi tes tersebut. Rai bilang Sherly itu anak yang sangat pintar di kelas dulu, tidak heran jika dia masuk kelas A. Lalu Andra? Dia satu-satunya yang masuk kelas Jurusan Bahasa. Mungkin karena dia pengen pinter nge-gombal jadinya masuk kelas bahasa.

Teman yang Ayla kenal di kelas ini hanya Sherly. Yang terlihat seperti orang berwajah Asia Tenggara tampaknya hanya Ayla seorang, dua orang siswa Indonesia pemegang kursi beasiswa J.I.S. lainnya memilih jurusan yang berbeda di sekolah ini. Ayla mendapat informasi itu setelah bertanya pada staf waktu konfirmasi pendaftaran ulang bersama Rai tempo hari lalu. Wajah Sherly terlihat seperti darah campuran, khas sekali Eropa tapi ada juga sedikit ras Asia Timur, Ayla belum tahu banyak soal dia.

Maklum kalau jarang sekali ada orang Indonesia, ini adalah sekolah internasional, tidak banyak siswa Indonesia yang sekolah di sini karena kebanyakan memang anak orang asing. Jakarta International School terbilang cukup elit untuk ditempati orang-orang biasa. Di sini, hanya ada dua kemungkinan saat kau bisa masuk. Jika kau tidak kaya, minimal otakmu harus super pintar.

Seseorang masuk, tapi bukan guru. Ketua OSIS menyebalkan, tau siapa? Yap! Itu Kamal dan beberapa senior kelas.

"Ketua kelas, selesai pelajaran harap segera menyetorkan nama-nama anggota kelas yang akan dipilih sebagai kandidat anggota OSIS baru."

Kenapa hal sepele itu tidak diumumkan lewat speaker sekolah saja sih? Yah, alasannya sudah jelas, karena Kamal ingin cari muka di depan anak-anak baru supaya lebih dikenal. Ayla tidak sedang berpikir buruk, tapi dari gelagatnya yang sok caper (cari perhatian: kamus akronim bahasa gaul), sudah bisa ditebak, kan?

Pandangannya mengitari seisi kelas, mencari anak cewek yang cantik. Ayla menutup muka dengan buku, bersikap tak peduli dan berharap dia tidak mengenali. Sampai pada momen ketika bola mata Kamal fokus ke arah Ayla sebelum gadis itu sempat meninggikan posisi buku.

"Heh, anak baru! Kelasmu di sini rupanya." Dia berjalan dan menggebrak meja Ayla yang memang tidak jauh dari pintu dan tempatnya berdiri. Ketiga kalinya Ayla harus meladeni berdebat dengan cowok blasteran gila ini!

"Apa masalah lo sih? Gangguin mulu!" Ayla membanting buku, tak kuasa menahan amarah karena sejak kemarin Kamal terus mencari gara-gara. Ayla hanya ingin kehidupan sekolah yang damai di JIS! Bukannya menghabiskan hari-hari berurusan dengan cowok yang bahkan Ayla gak tahu kenapa dia gangguin ketenangan hidupnya terus.

"Yang sopan sama senior! Belum akrab udah manggil lo gua!" Dia menggebrak meja Ayla untuk yang kedua kalinya. Oke, keributan mereka sekarang jadi fokus utama perhatian seisi kelas. Tidakkah dia sadar perbuatannya itu memalukan untuk ukuran ketua OSIS? Mengajak siswi kelas satu berdebat di kelasnya sendiri.

𝐇𝐢𝐬 𝐅𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐚𝐭𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐠𝐢𝐫𝐥 ✔Where stories live. Discover now