8

6.9K 349 45
                                    

Jangan lupa vote yaa :)

.
.
.
.
.




Masih terlalu pagi bagi mereka memikirkan hal yang rumit. Tapi nyatanya mata pelajaran pertama adalah matematika. Bu Endang mengadakan ulangan harian dadakan.

Ketika yang lain pusing karna tak belajar, berbeda dengan Killa sekarang. Soal matematika hari ini cukup mudah menurutnya. Bahkan Dara dan Feli pun merasa mudah mengerjakan soal-soal hari ini.

“Untung semalem kita numpang tidur di Killa ya, Ra.” Ucapnya bangga karna hari ini ia bisa mengerjakan soal tanpa embel-embel ‘La, nomer 2 apa?’

Dara yang diajak bicara hanya diam saja tak menanggapi ocehan Feli barusan. Menurutnya itu tak penting.

“Abis ini gak ada tugaskan?”

“Persetan sama tugas, gk peduli gua.” Kata Dara santai menanggapi pertanyaan Feli.

“Ye dasar, maemunah!” 

“Gak ada kok, Fel. Abis ini kita kosong lagi kan?”

“Wahh ... emang iya, La?” Killa hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Kalo punya telinga tuh dipake, jangan Cuma dijadiin pajangan doang dodol!” Geram Dara sambil menarik ujung rambut Feli. Membuat sang pemilik rambut hampir saja oleng.

Kini mereka tengah berjalan menuju ke toilet bersama. Jangan heran, ini sudah menjadi kebiasaan turun-temurun untuk kaum wanita. Dimana hanya satu orang yang punya hajat maka yang lain ikut meramaikan.

Setelah selesai, kini mereka kembali berjalan bersama. Tujuan kali ini adalah perpustakaan. Jika kalian berpikir mereka akan belajar tentu saya tidak, sudah jelas mereka pasti akan tidur. Serajin-rajinnya anak rajin pasti butuh waktu beristirahat. Dunianya juga bukan tentang belajar, belajar dan belajar.

Sedangkan disisi lain, Arkan dan teman-temannya tengah bermain basket di lapangan.

“Ar, gimana rasanya mabok?” Tanya Ken basa-basi kepada Arkan. Padahal kejadian itu sudah terjadi dua hari yang lalu, tetap saja Ken membahas hal tak penting itu menurut Arkan.

“Parah lo, gk biasanya sampe separah itu.” Kata Raja menimpali ucapan Ken sebelumnya.

Arkan tetap melanjutkan aktivitasnya memantul bola basket ke tanah. percuma menanggapi ocehan kedua temannya itu.

“Untung aja gak jebol tuh sama Sandra hahaa,” tatapan tajam Arkan layangkan kepada Raja yang tengah tertawa. Keempat temannya hanya menyaksikan antara bos dan anak buah yang mungkin akan ada perang dunia ketiga.

Sekali lagi Raja berbicara, Arkan pastikan satu lemparan keras akan mengenai muka pas-pasan milik Raja.

“AH MANTAP.” Tepat setelah Raja mengatakan itu, satu lemparan keras bola basket melayang menuju ke arahnya. Dengan sigap Raja menghindar yang mengakibatkan bola itu mengarah kepada wanita yang kini tengah berjalan dipinggir lapangan.

“Killa awas!” Teriak Gavin dari kejauhan.
Bola basket mengenai tepat pada wajah Killa. Feli dan Dara yang melihat itu secara reflek menahan badan Killa yang hampir saja terjengkang.

Gavin berlari menuju ke arah Killa. Menatap wajah wanita itu dengan penuh rasa khawatir. Dilihatnya Killa yang terus saja memegang kepalannya yang mungkin terasa pusing akibat benturan dengan bola tadi.

“Hidung lo berdarah, La.” Kata Dara.

“Kita ke ... ,” belum sempat Gavin menyelesaikan ucapannya, tangan Killa sudah ditarik orang pelaku dari sumber kegaduhan ini. Tak tinggal diam, Gavin pun ikut mencekal pergelangan tangan Killa yang membut mereka berhenti berjalan.

KILLARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang